"arina, sini !"
arina yang celingak-celinguk langsung senyum lega menemukan simon.
"gue pikir salah tempat tadi, bang."
simon ketawa, "sorry tadi mau langsung turun masi ngasih hape dulu ke nino. btw, udah makan? "
arina ngangguk, "udah kok."
"beneran? " tanya simon. "soalnya nino pemotretan masih tiga jam lagi. kalo lo nggak terlalu laper mendingan makannya bareng sama nino abis pemotretan. sambil diskusi tentang konsep vlog."
"siap, bang. gue masi kenyang kok." jawab arina. "gue bisa langsung mulai ngerekam kan? "
simon mengangguk, "iya gaperlu sungkan, rin. gue udah bilang kok sama staff majalah."
arina mengangguk lega. tangannya mulai sibuk mengutak-atik kamera. jujur ini pertama kalinya masuk ke studio pemotretan, membuat jantungnya berdebar. rasanya kedua matanya pengen jelalatan liat satu persatu piranti canggih disitu. tapi otaknya masih cukup waras untuk gak bikin malu nama nino.
jadi arina mulai membidikkan kamera ke arah nino yang lagi ngobrol sama si art director. pemotretan nino kali ini temanya adalah etnik timur. sebenarnya ini pemotretan yang melibatkan banyak anak para artis terkenal lainnya. cuma karena nino sibuk jadi dia terpaksa pemotretan sendirian. nino tampak santai dengan balutan sarung tenun dan kemeja putih yang tidak terkancing sempurna, memperlihatkan dada bidangnya yang terpatri beberapa tatto kecil di sekitar leherㅡmembuat ingatan arina kembali pada kejadian ambigu waktu itu.
'fokus rin, demi duit semesteran !' batin arina sambil berusaha mengalihkan pikirannya dan mencoba mencari sudut yang pas.
sebenarnya, arina masih nggak tahu harus membidik nino seperti apa. otaknya masih belum kunjung kepikiran satupun konsep. dari hasil stalkingnya beberapa hari ini, nino jelas seorang musisi, aktor, dan model yang berbakat. entah kenapa justru saking terlalu banyaknya bakat tersebut bikin arina jadi bingung, sebenernya nino ini seorang apa ? image apa yang sebenernya pingin ditonjolkan nino dari vlognya ? yang tentunya beda dari vlog artis lainnya ?
"minum dulu, nih."
arina mengalihkan pandangannya dan agak terkejut seorang cowok menyodorkan minuman ke dia.
"ambil aja, ini semua juga buat staff kok."
arina terdiam sejenak lalu cepat-cepat menggeleng. "saya bukan staffㅡ"
"orangnya nino kan ?"
arina mengangguk raguㅡmasih nggak terbiasa dengan identitasnya sebagai orangnya nino. sambil berusaha menebak siapa cowok bertopi di depannya ini.
"gue sama kayak eloㅡ" ucap si cowok. "nih, kopinya dianggurin aja ?"
arina lalu meringis kecil sambil menerima. "sorry sorry. makasih ya kopinya."
"selaw, belinya juga bukan pakai duit gue kok. kenalin gue ardhito."
arina mengangguk, "arina."
"arina ? vokalisnya mocca dong ?"
arina sekali lagi meringis kecil, sementara si cowok tertawa renyah pada guyonannya sendiri. kalau bukan karena lagi di tempat baru, arina mah ogah basa-basi begini. tapi sebagai orangnya nino dia harus bisa jaga image juga kan.
"bisa nih kita kolab nyanyi bitterlove, ya gak ?"
untuk ketiga kalinya arina meringis. mau ngatain garing kok nggak tega. dari penampilannya bukan tipikal yang socially neglected, tapi kenapa basa-basinya garing banget.
"lagi recording buat behind the scene atau gimana ?"
"semacam itu...buat vlog ?" ucap arina dengan nada ragu. mengingat managemen nino nggak membahas terkait hal apakah project vlog ini boleh dibocorkan ke orang lain atau nggak.
cowok bernama ardhito mengangguk, "oh, gue baru tahu nino punya vlog juga...iya sih rata-rata artis pada bikin vlog. youtube emang punya pangsa pasar yang lebih menjanjikan dari pada tv jaman sekarangㅡ"
ucapan ardhito membuat arina tersenyum tipis. ucapannya ringan, tapi entah kenapa membuat arina semakin terpacu untuk membuat vlog nino nantinya lebih dari sekedar vlog artis lainnya.
---
"...jadi konsepnya gituㅡno ??"
nino mengerjapkan kedua matanya begitu si fotografer, atau yang biasa dipanggil mas tendra itu mengernyit.
"iya iya."
"iya apa ?"
"iya paham."
"paham apanya ?"
kini giliran nino yang mendengus karena merasa pertanyaan mas tendra seakan sengaja mempermainkannya.
"semalem abis berapa botol sih di party nya lula ? sampe jam segini masih sober aja luㅡ"
nino hanya mengalihkan wajah. tanpa sadar kedua manik matanya menangkap pemandangan baru. maksudnya arina ngobrol dengan cowok baru lagi. gercep juga itu cewek adaptasi sama lingkungan baru. padahal kayaknya pertama kali kenal kayak anak alim yang gak banyak omong. pikir nino.
"mas ?"
"ㅡapa ?"
"ituㅡ"
mas tendra reflek iku noleh ke arah nino memperhatikan. lalu mengangguk, "itu si dodot, adeknya nicho."
"nicho ?"
"nicholas."
"iya nicholas siapa ?"
"lah ? nicholas putra ??" jawab mas tendra dengan raut bingung. "sarung yang lo pake sekarang punya siapa kalo bukan brand nya nicholas putra ?"
"oh." jawab nino singkat, tapi matanya masih belum teralihkan. "trus ngapain adeknya disiniㅡ"
"dan terus ngapain juga kita bahas dia ya betewe ? emang lo udah paham penjelasan gue tadi ?" sindir mas tendra. "pokoknya pemotretan hari ini kudu kelar ya, no. gila kali lo ya udah reschedule tiga kali. nih cuma elo aja yang bisa jadi pengecualian. kalo nggak karena bos gue fans berat emak lo."
nino cuma mendengus.