Trouble is a Friend

81 6 0
                                    

Hari ini aku mengantar Ibuku ke rumah sakit karena ia mengalami flu dan batuk. Kami pergi berdua ke rumah sakit. Ya, hanya berdua. Aku tidak memberitahu Kak Rey soal kondisi Ibuku karena ini hanya penyakit ringan. Bukan suatu hal yang perlu diceritakan.

Setelah Ibuku selesai diperiksa, kami lalu menebus obat dan biaya pemeriksaan. Setelah itu kami berjalan di koridor rumah sakit menuju ke tempat parkiran mobil. Dari arah berlawanan aku melihat dua orang yang kukenal dari kejauhan. Ketika mereka mendekat dan berpapasan denganku, mereka terlihat terkejut.

"Eh, Adel... Tante..." Sapa Kak Cecile dengan ramah namun agak canggung. Ia lalu bersalaman dengan Ibuku. Wajah Ibuku terlihat tidak begitu ramah kepada Kak Cecile. Setelah Kak Cecile yang bersalaman, Kak Rey lalu ikut bersalaman.

"Tante sakit apa? Kok Adel tidak cerita?" Tanya Kak Rey dengan wajah khawatir.

"Ibu cuma flu dan batuk kok. Makanya aku tidak cerita." Jawabku yang diiyakan oleh Ibuku. Ibuku juga terlihat tidak terlalu ramah kepada Kak Rey. Walaupun Ibuku tahu bahwa Kak Cecile sudah memiliki pacar, kurasa ia tak suka melihat Kak Rey pergi bersama cewek lain.

"Kita mau menjenguk Brie. Keadaannya sekarang sudah sangat kritis. Aku khawatir." Kak Cecile mencoba menjelaskan alasan mengapa ia datang ke sini berdua dengan pacarku. Ah, aku baru ingat bahwa sudah lebih dari setahun aku tidak menjenguk Kak Brie.

"Ngomong-ngomong Tante sudah menebus obat atau baru mau diperiksa? Biar aku ikut temani." Aku bisa melihat raut wajah Kak Rey yang menunjukkan perasaan tidak enak.

"Tante sudah beres, kok. Ini mau pulang." Jawab Ibuku.

"Ah, kalau begitu aku antar pulang, ya Del? Cile, kamu saja ya, yang menjenguk Brie? Aku titip salam untuknya." Pinta Kak Rey dan dijawab dengan anggukkan dari Kak Cecile. Sepertinya mereka baru saja datang dan baru akan menuju ke ruang inap Kak Brie.

"Tidak usah, Kak Rey. Aku bisa mengantar Ibu pulang sendiri. Kak Rey tetap jenguk Kak Brie saja, ya." Jawabku sambil menggenggam tangan Kak Rey dan tersenyum.

"Brie itu siapa? Dia sakit apa?" Tanya Ibuku. Aku memang tidak pernah menceritakan soal mantannya Kak Rey ini kepada Ibu.

"Eum... Brie itu..." Sebelum Kak Rey menjelaskannya, aku langsung memotong.

"Kak Brie itu seniorku. Teman seangkatan Kak Rey dan Kak Cecile di SMA. Ia menderita Kanker Otak, Bu. Aku salut ia masih bisa bertahan sampai detik ini."

"Astaga, kasihan sekali. Kalau begitu kita ikut jenguk saja, Del." Ibu turut iba dengan keadaan Kak Brie.

"Tapi 'kan ibu perlu istirahat..." Bukannya aku tidak mau menjenguk Kak Brie. Sungguh, aku sangat ingin menjenguknya. Aku sangat ingin mengetahui bagaimana keadaannya sekarang. Tapi aku tidak bisa membayangkan bakal secanggung apa ketika Ibu yang merupakan Calon Mertua Kak Rey bertemu dengan Kak Brie, mantannya Kak Rey.

"Aku tidak begitu mengenal Kak Brie, Bu. Jadi biar mereka saja yang menjenguk Kak Brie, kita pulang saja, ya? Aku duluan ya, Kak Rey, Kak Cecile..." Ujarku pamit.

"Apa benar kamu tidak mau diantar?" Kak Rey menggenggam pergelangan tanganku untuk menghentikan langkahku. Aku menjawab dengan anggukkan mantap.

"Saat ini Kak Brie lebih membutuhkanmu daripada aku." Ujarku.

* * *

Kak Cecile:

Del, maaf ya, tadi aku menjenguk Brie berdua saja dengan Rey. Keadaan Brie sekarang sudah benar-benar sekarat. Sepertinya umurnya tinggal beberapa hari lagi.

Rey sama sekali tidak ingin menceritakan ini kepadamu karena ia tidak ingin menyakitimu. Tolong maafkan Rey juga, ya. Mungkin caranya salah, tapi ia menutupi semua ini karena ia sangat mencintaimu.

Types of Love Side Story: MANIA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang