Prolog

220 31 9
                                    

     Hatiku terasa ditusuk-tusuk pisau yang sangat tajam saat aku melihat seseorang yang sudah terbaring ditutupi dengan kain berwarna putih. Aku menangis sejadi-jadinya sambil ku goyang-goyangkan badannya berharap ia akan bangun. Tapi semua itu sia-sia, dia telah pergi meninggalkan aku selamanya. Aku berharap semua ini adalah mimpi, ku cubit pipi ku dan aku merasakan sakit akibat cubitanku. Saat sudah terbukti bahwa ini semua nyata, air mata ku sudah mengalir membasahi pipiku, aku tak menyangka semua ini terjadi. Dia meninggalkan aku begitu cepatnya, rasanya aku juga ingin menyusulnya. Andai saja bunuh diri tidak berdosa, mungkin sekarang juga akan aku lakukan. Aku tak tahan melihat dia terbaring tak berdaya, akhirnya ku putuskan untuk keluar dari ruangan yang sangat aku benci ini.
     Aku berjalan menuju taman di belakang rumah sakit, dan duduk di kursi panjang. Aku mengingat kejadian-kejadian manis saat bersamanya, dia membuatku jengkel, dia membuatku marah, dan dia juga membuatku tertawa dengan kekonyolannya. Tak bisa aku bayangkan jika aku hidup tanpanya, pasti hidupku akan hampa. Tak ada lagi dia yang membuat hatiku berdebar-debar saat bersamanya, tak ada lagi seseorang yang bisa membuatku nyaman, dan tak ada lagi senyum darinya.

Semoga kalian senang membacanya ya, jangan lupa vote dan comment:)

TIME TRAVELLERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang