2

141 22 4
                                    

Aku  menatap langit-langit kamar dengan pikiran kosong. Lalu ada suara ketukan dari luar kamarku, spontan saja aku langsung berdiri dan membuka pintu.

“Non Enna makan malam sudah siap, non disuruh ke bawah untuk makan bersama” kata bik Lilis (pembantu di rumahku)

“Iya bik, nanti saya ke bawah”

Setelah berbincang dengan bik Lilis, aku mengambil hp ku lalu segera turun ke bawah.

“Ayo dek makan sini” Ujar mama
Aku duduk di sebelah bang Iyan ( kakak kandung ku)

“Ngapain lo dikamar aja dari tadi? Engga bosen lo? Tanya bang Iyan sambil mengangkat sebelah alisnya

Aku mengacuhkan pertanyaan abangku, karena aku pikir tidak ada faedahnya kalau aku menjawabnya.

“Kalo ditanya ya jawab, bukannya didiemin aja” ucap bang Iyan dengan kesal.

“Terserah gue mau jawab apa engga, kan yang punya mulut gue bukan lo”

“Diomongin malah ngebantah, makanya kalau udah siap pacaran ya lo juga harus siap kehilangan”.

“Kok lo nyangkutin itu sih bang? Kan gak ada hubungannya”.

“Lo ngurung diri di kamar karena lo masih gak terima kalo Ejak udah meninggal kan?”

“GUE BILANG ENGGA USAH BAWA-BAWA EJAK” bentak ku karena hatiku sudah panas mendengar ocehan dari bang Iyan

“Udah-udah ayo makan, mama liat kamu sama abang kamu enggak pernah akur” Ucap mama sambil melerai perdebatan aku dengan bang Iyan.

Tiba-tiba ada suara ketokan pintu dari luar rumah.

“Bik Lilis tolong bukain pintunya” teriak mama

“Sedhela buk” jawab bik Lilis

Dengan cepat bik Lilis pun berlari dan membukakan pintu

Selang beberapa menit kemudian...

“Malem om, tan, bang, Enna”. Ucap seorang lelaki yang baru datang.

Lelaki tersebut adalah Alif, Alif adalah sahabat ku sejak kecil. Aku dan Alif telah berteman baik dan Alif pun selalu ada di saat aku membutuhkannya.

“Ayo sini duduk nak Alif, kita makan malem bersama”. Ucap papa

“Iya om”

Alif pun duduk dan kami memulai makan malam.







Jangan lupa like dan commentnya ya:)

TIME TRAVELLERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang