10

40 11 3
                                    

~Tolong jangan mengacuhkan ku, karena aku merindukan marah dan perhatianmu~

Setelah beberapa lama kemudian, akhirnya Ejak pun berhenti di sebuah pantai.

"Ngapain kita disini?" tanya Enna

"Udah ikut aja"

Kemudian Ejak menarik tangan Enna, dan mengajaknya duduk di pinggir pantai, sungguh indah dan nyaman tempat ini. Suara desiran ombak yang sangat indah dan hembusan angin yang membuatku semakin nyamanberada disini.

"Gimana baguskan?" tanya Ejak

"Iya bagus"

"Kalo kamu lagi ada masalah, dateng aja kesini. Dijamin kamu bakalan tenang kok".

"Kamu sering ngelakuin itu?"

Ejak hanya menganggukan kepalanya yang berarti iya.

"Ya udah ayo kita main pasir" Ajak Ejak lalu menarik tangan Enna.

Aku pun mengekori kemana pun mereka pergi.

Kemudian Ejak mengajak Enna untuk bermain pasir bersama anak-anak kecil. Sungguh menyenangkan bisa bermain dengan anak-anak yang lucu dan terutama aku sangat senang bisa bersama lagi dengan Ejak. Ya walaupun aku cuman melihatnya dan tak bisa menyentuhnya, aku seolah-olah sedang menonton film romantis yang diperankan oleh aku sendiri:)

Aku duduk didekat mereka yang sedang asik bermain dan bercanda.

"Haus enggak?" tanya Ejak kepada anak-anak kecil

"HAUSS" Jawab mereka secara bersamaan

"Ya udah ayo kita minum kelapa es muda, kakak yang traktir" ucap Ejak

"YEAYY" Suara teriak bahagia dari anak-anak kecil tersebut

"Lets go" Ucap Ejak sambil mengacungkan jarinya ke tempat penjual es.

Ejak pun kemudian mengode bahwa Enna harus mengikutinya, akhirnya Enna berjalan mengikuti Ejak. Lalu duduk di kursi samping Ejak.

"Bosen gak?" tanya Ejak

"Enggak ah, malahan aku seneng banget bareng mereka". Jawab Enna sambil melirik ke arah anak-anak kecil yang sedang berebut es

"Bareng aku enggak seneng?" goda Ejak

"Ya jelas senenglah" Jawab Enna sambil tersenyum

"Kita tunggu sampe matahari terbenam ya? Mau liat sunset, pasti bagus banget".

"Iya aku juga pengen liat"

-
-
-
Setelah sudah berapa lama, akhirnya yang ditunggu-tunggu segera datang. Sebentar lagi matahari terbenam, Enna dan Ejak pun segera duduk di pinggir pantai. Dan benar saja, matahari terbenam sangat indah. Mereka pun tak lupa untuk mengabadikannya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sudah, ayo pulang" Ajak Ejak

-
-
-
Sesampainya di rumah, Enna pun segera masuk. Dan ketika Enna ingin berjalan ke kamarnya, tiba-tiba bang Iyan memanggilnya.

"DEK"

Spontan saja Enna langsung menoleh ke arahnya, bang Iyan pun berlari kecil ke arahnya.

"Dari mana aja lo?"

Heh... Aku benci ini... Aku benci saat bang Iyan memarahiku. Aku hanya menatap dua orang tersebut dengan malas, lalu aku pergi meninggalkan mereka berdua dan memutuskan untuk ke kamar lebih dahulu. Aku tak mau mendengar bang Iya memarahiku.

Gubrakkkk (suara pintu yang dibuka dengan dorongan yang sangat kuat)

Aku melihat Enna membanting hpnya diatas kasur, lalu segera duduk dengan melipatkan kedua tangan didepan dadanya.

"Emang tu orang kerjaannya marah terus, dikit-dikit marah... dikit-dikit marah... bosen gue denger omongannya" Oceh Enna seorang diri

Aku kemudian keluar dan membiarkan Enna berbicara, telinga ku sangat panas mendengar dia bicara, dan mungkin itu juga yang dirasakan bang Iyan saat aku membantahnya. Wajar saja bang Iyan selalu memarahiku.

Kemudian ku putuskan untuk pergi ke kamar bang Iyan dan melihat ekspresi wajah bang Iyan setelah memarahiku.

Saat ku langkahkan kaki masuk ke kamar bang Iyan, sungguh teriris hatiku saat melihat bang Iyan menangis sambil menatap foto ku berdua dengannya ketika aku masih kecil.
Ini adalah fenomena langkah yang aku lihat, aku tak pernah melihat bang Iyan menangis. Pernah sih, tapi itu dulu saat dia masih kecil dan sekitar kelas 2 SMP. Yang aku tahu, bang Iyan adalah orang yang cuek, dingin, dan cool. Tapi itu semua sangat berbanding terbalik dengan yang aku lihat sekarang.

"Dek sekarang lo udah gede, udah ngerti arti kehidupan. Jadi jangan sampai lo terjerumus ke arah yang salah. Gue tau bahwa lo udah bisa ngebedain mana yang benar dan mana yang salah, tapi gue cuman takut kalo ada orang yang nyakitin lo. Gue enggak mau adik gue nangis cuman karena kehilangan seseorang yang dicintainya, inget dek setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Gue cuman mau buat lo jadi orang yang kuat, biar suatu saat nanti lo siap jika harus menghadapi sakit hati." Ucap bang Iyan kepada foto ku sambil mengelusnya.

Sekarang mata ku sudah panas dan siap untuk meneteskan air mata. Aku malu dengan diri ku sendiri , aku malu karena aku terlalu egois dan tidak mendengarkan perkataan bang Iyan. Padahal bang Iyan sangat menyayangiku, ternyata marahnya bang Iyan hanya karena dia sangat mengkhawatirkan ku dan ingin yang terbaik buat ku. Maaf bang jika aku selalu membuat mu khawatir. Jika aku sudah kembali ke masa depan, aku akan berjanji akan menuruti semua perkataan bang Iyan.

TIME TRAVELLERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang