BAB 9 [Persiapan yang terlupakan]

113 55 0
                                    


بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Allah tidak pernah salah dalam menyusun scenario hidup. Jadi sebagai pemeran kita hanya di tuntut untuk melakoni apa yang Allah mau. Sudah, hanya itu.
Hasil akhirnya? jangan khawatir itu sudah menjadi keputusan sang sutradara kehidupan. Selama apa yang di perintahkan kepadamu kau kerjakan dengan baik dan khidmat, maka bersiaplah untuk menerima sesuatu yang luar biasa darinya.”

✨🌧 Rain Astyy 🌧✨

🍁🍁🍁


Afwan dengan typo(s)
Happy reading😍😘
__________________________

Tak terasa waktu berjalan dengan cepat. Besok adalah hari yang mereka nanti-nantikan. Hari di mana mereka akan melakukan perjalanan panjang dalam rangka porseni kali ini. Malam itu Syila tampak sibuk dengan packingnya selama beberapa hari kedepan.

"Ngapain?" sapa Ainun sembari duduk di samping Syila.

"Gak. Ini Aku lagi packing," jawab Syila sambil memasukkan jilbab kedalam tasnya.

"Ohh iya btw kamu udah packing belum?" tanya nya kemudian.

"Belum. Abis Aku gak tau mau bawa apa."

"Lahh, gak usah bawa banyak-banyak kali kita kan cuman empat hari."

"Iyaa Aku tau. Hanya saja Aku masih bingung tau, harus bawa apa."

Syila tertawa kemudian memegang kedua pundak Ainun pelan. "Hidup itu rumit jadi jangan tambah di perumit. Ingat, hidup ini keras kuyy."

"Hahaha dari mana kamu copas kalimat Misro?"

"Gak sengaja tadi liat di mushaf nya"

Mereka berdua tertawa.

Syila kemudian memasukkan jaket hodienya yang merupakan sweater kesayangannya itu kedalam tasnya. Baru saja ia berniat menarik resletingnya tetapi pergerakannya tiba-tiba terhenti kala ia menyadari sesuatu.

"Sepertinya ada yang Aku lupa," gumamnya namun masih bisa di dengar oleh Ainun.

"Apa?" tanya Ainun penasaran.

Syila kemudian mengingat-ngingat apa yang sebenarnya dia lupa saat ini.
"Mushaf ada. Baju, rok, jilbab, selimut, sendal, novel, juga ada. Tapi kenapa kayak ada yang kurang yah?" Syila mengernyitkan keningnya berpikir.

Ainun yang mendengarnya di buat tidak mengerti olehnya. Dia juga ikutan berpikir, apa coba yang saat ini di lupa oleh sahabatnya itu?

Masih dengan berpikir, pandangannya kini memonitor semua yang ada di dalam kamarnya itu. Tak lama kemudian pandangannya terhenti di satu objek yang terpajang di dekat jendela kamarnya. Lengkungan tipis berhasil terpancar di wajahnya.

"Jadi sepertinya itu yang Aku lupa."

Tak butuh waktu yang lama Syila pun bergegas melangkahkan kakinya menuju meja yang ada di dekat jendela tersebut. Disana terdapat foto yang di bingkai indah olehnya, di dalam foto tersebut terlihat jelas bagaimana senyum manis dari seorang “Hyun binaktor yang sangat di gemarinya saat ini, juga pemeran dari drama “crash landing on you” yang kemarin baru saja tamat dengan akhir yang membahagiakan (happy ending).

Terkadang ia berpikir, apakah kelak kisah cintanya juga akan berakhir happy ending seperti di kebanyakan drama korea yang ia nonton atau tidak?

Entahlah ia tidak tau. Ia hanya akan berpasrah diri tohh ia punya sutradara terhebat dalam hidupnya. Yang menentukan alur kehidupan setiap hambanya.

Ainun berdecih melihat tingkahnya.
"Sebegitu sukanya kah kau dengan aktor mu itu?"

Syila hanya melihat Ainun sekilas kemudian kembali menatap aktornya. Di usapnya foto tersebut, Syila tersenyum. "Mianhe oppa sudah melupakan mu," ujarnya lirih.

Ainun geleng-geleng kepala melihatnya.

"Oh iya btw Ruqayyah mana kok gak keliatan?" tanya Syila kembali menghampiri Ainun. Dia kemudian memasukkan foto itu kedalam tasnya.

"Dia di aula bareng Misro sama dewi mungkin A'yun juga. Mereka lagi itu, kasih arahan ke Akhwat mengenai keberangkatan besok juga kegiatan porseni nantinya, beserta apa-apa yang harus mereka bawa," jelas Ainun panjang lebar. Syila hanya ber oh ria menanggapinya.

°°°

Dari penjelasan Ustadzah tadi ada yang tidak di mengerti atau bagaimana? tanya Ruqayyah.

"Besok kita berangkatnya jam berapa Ustadzah?" tanya salah satu Akhwat.

"Mm mungkin jam delapan pagi kalau tidak ada halangan in syaa Allah. Iya kan A'yun?" tanya Ruqayyah sambil menolehkan badannya menghadap ke A'yun.

"Iya jadi besok kita berangkatnya jam delapan pagi. Awas kalau ada yang telat," ucap A'yun tegas. Jangan heran dengan setiap perkataannya, sebab di antara semua takhassus dirinyalah yang paling tegas. Bahkan di kalangan Akhwat pun dia di juluki sebagai pembina galak.

"Iya Ustadzah," jawab semua Akhwat kikuk.

"Jangan cuma kata iya Ustadzah ujar misro menyusul kalimat A'yun tadi. Dia sengaja menekan kata ‘iya’ pada kalimatnya.
Tetapi kalian itu harus menghargai waktu. Kalian pernah dengar kan pepatah yang mengatakan Waktu adalah pedang kalian juga pastinya tau apa makna dari pepatah tersebut," ujar misro bijak.

"Na'am Ustadzah."

Dewi mencubit lengan Misro pelan dengan maksud memberi kode agar dia tidak lagi melanjutkan perkataannya. "Sudah. Kasian mereka," ujar dewi merasa iba saat melihat Akhwat yang sedari tadi menunduk takut.

"Ohh iya abis dari sini kalian semua ke hammam bersih-bersih, kemudian langsung tidur biar nanti cepat bangunnya. Oh iya, jangan lupa baca do'a sebelum tidur. Kalian semua udah packing kan?" tanya Dewi lembut.

"Kholas ustadzah" jawab Akhwat serempak.

"Na'am, toyyib. Kita akhiri pertemuan ini dengan do'a kafaratul majlis."

Tak lama kemudian Aula itupun di iringi dengan do'a kafaratul majlis dari para santri Akhwat, yang kemudian di tutup dengan salam oleh Ruqayyah.


********

Tbc ..

📕HATI-HATI KETIKA MEMBUANG KERTAS!

Saya nasihatkan kepada saudara-saudaraku yang ingin membuang kertas-kertas agar memeriksanya kembali sebelum ia buang.

Apabila dia mendapati di kertas itu (tertulis) sebuah ayat ataupun hadits dari Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam maka hendaklah kertas itu di ambilnya kemudian membakarnya.

Jangan kalian remehkan permasalahan ini!

Barakallah fiik

Rengkuh Aku Dengan Mahabbah-muTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang