BAB 10 [Perjalanan]

159 51 0
                                    


بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Berusahalah menjadi manusia luar biasa di antara manusia yang biasa-biasa saja, ibaratnya menjadi pemilik teater di antara ribuan pemain sandiwara yang ada

🎬 Rain Astyy 🎬

🍁🍁🍁

Abaikan typo(s)
Happy reading :"))
_______________________

Malam telah berlalu. Matahari sudah menjalankan tugasnya sedari tadi dengan bertengger di ufuk timur untuk memancarkan sinarnya yang berkilau, di iringi dengan kicauan burung yang terdengar merdu mengepakkan sayapnya menari di udara. Pagi itu seluruh Santri maupun pembina itu sendiri di sibukkan dengan kegiatan mereka masing-masing. Santri yang sedang menunggu Bus setelah sarapan paginya, sementara pembina yang masih kumpul di rumah Ustadz Rahman.

"Berhubung saya tidak bisa pergi, jadi saya serahkan tanggung jawab Santri sepenuhnya kepada kalian," ujar Ustadzah Maryam.

"In syaa Allah ustadzah," jawab pembina serempak.

"Bagaimana persiapannya, sudah selesai semua?"

" Iya Ustadzah," jawab Ainun.

"Baiklah kalau begitu kita tutup sampai di sini. Kalian siap-siap, sepertinya Bus nya sudah datang," ujar Ustadzah Maryam setelah mendengar suara klakson dari Bus.

"Na'am Ustadzah," ujar semua pembina sembari bangkit dari tempat duduknya, kemudian satu persatu mulai menyalami Ustadzah Maryam.

"Oh iya, Ustadz Rahman di mana Ustadzah? kami mau pamit," sahut Syila.

"Ustadz Rahman kumpul dengan Hafidz dan teman-temannya. Gak apa-apa kalian pergi aja, tidak enak sama supir Bus nya kalau membiarkan mereka menunggu lama."

"Yaudah kami pamit yah mii, titip salam sama Abi," pamit Ruqayyah mewakili semua pembina.

"In syaa Allah nak, hati-hati di jalan."

"Iya ummi, assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam" jawab ummi Maryam tersenyum.

°°°

"Masih lama kumpulnya Abi?" tanya ummi Maryam menghampiri suaminya. "Sepertinya bus nya sudah datang."

"Baiklah kalau begitu kita tutup sampai di sini. Ingat pesan saya tadi, kalau ada apa-apa langsung menelfon," ujar Ustadz Rahman mengingatkan.

"In syaa Allah Ustadz. Kalau begitu kami pamit dulu," ujar Afif mulai menyalami ustadz Rahman, begitupun dengan Saiful, menyisakan Hafidz yang masih setia di tempat duduknya.

"Assalamualaikum Ustadz."

"Wa'alaikumussalam" jawab Ustadz Rahman.

"Aku tunggu di luar Fidz," titah Afif.

Hafidz mengiyakan perkataannya, tak lama kemudian Afif pun keluar.

"Kalau begitu Hafidz pamit juga Abi, Ummi," sahut Hafidz undur diri.

"Jaga adikmu di sana yah Fidz, kamu sendiri kan tau dia orangnya bagaimana."

Rengkuh Aku Dengan Mahabbah-muTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang