5.Sebuah ilustrasi tentang patah hati

117 18 1
                                    

"Jika kamu sedang mencintai seseorang, maka kamu harus siap merasakan patah hati karena siap atau tidak, patah hati akan menghampirimu dengan sendirinya"

"Assalamu'alaikum, Rai ini bu laila"
"Waalaikumsalam bu, ada apa bu?"
"Besok kamu sibuk ga? Engga kan ya, besok tolong anterin kaila sekolah ya, karena mobil ibu di service, bisakan?"
"Anterin Kaila? Sekolah? Iya bu bisa bu, dengan sangat senang hati bu"
"Makasih, besok ke rumah jam 7 ya, ga boleh telat ya"
"Iya bu, siap"

Tuttuttut.
Belum sempat bu laila mengucapkan salam kaila merampas telponnya dan langsung mematikan telponnya.

"Kamu kenapa? mamah belum selesai telponan sama Rai?" Bu laila menggubris tak terima apa yang dilakukan anak semata wayangnya itu.

"Mamah yang kenapa? Kenapa nyuruh Rai anterin aku kenapa enggak arman aja" Cetus kaila membalikkan pertanyaan.

"Ya ampun kai, gapapa kali. Lagian kan arman udah keluar sekolah toh juga Rai mau mau aja ga keberatan" Jawab bu laila polos.

"Ah mamah mah ga ngerti aku deh"

"Rai itu baik loh" Bu Laila membujuk seolah-olah ingin mendekatkan putrinya dengan pria mantan asdos nya itu.

"Apaan si mamah? POKOKNYA AKU GAK MAU DIANTERIN SAMA COWOK ES BATU ITU!" Kaila menggubris memalingkan matanya dan lari menuju kamarnya.

Brugg.
Suara pintu kamar kaila terbanting hebat.

"Astagfirullahalazim, Ya Allah berikanlah ke sholehahhan kepada putri hamba. Ya Allah"

Bu Laila hanya terdiam mengelus dadanya mencoba bersabar atas segala perilaku kaila yang tidak sewajarnya.

***

Bagi kaila sosok seorang Rai itu misterius. Mengundang banyak penasaran dan juga kebencian. Itulah alasan mengapa kaila tidak ingin dijemput olehnya.

Manusia yang menurutnya tidak mensyukuri ketika orang orang menginginkan kenalan dengannya tapi dia menolak ajakannya. Aneh bukan? Begitupun kaila, dia merasa heran apa yang terjadi pada dirinya. Semasa dulu dia respect kepada raihan dan tidak begitu jutek, tapi setelah kaila tahu bahwa raihan adalah mantan asisten dosen mamihnya sikap kaila berubah panas dingin.

Malam itu keadaan sunyi hanya ditemani bintang-bintang yang indah lewat kaca jendela kamar kaila. Wanita itu lagi-lagi merenung, memikirkan apa yang terjadi pada dirinya sambil melihat keindahan malam yang bersinar dan bulan yang gemerlap mempesona.

"Jika malam tidak ada bulan? Mungkinkah malam akan bersinar? Mungkinkah malam akan indah?" Celoteh nya tak sadar semacam dimabuk oleh keindahan malam.

"Idih ko puitis gini gue" seketika kaila tersadar dari sikap so puitis nya itu.

Semakin malam membuat pikirannya semakin kusut. Ia pun membuka ponsel untuk  mengecek apakah ada pesan yang masuk atau tidak dan ternyata nihil, tidak ada satupun pesan yang muncul.

"Gak ada niatan ngchat gue gitu si rai? Besok katanya mau jemput? Ahelah rese emang itu bocah"
Entah kenapa kekesalan secara otomatis muncul ketika raihan tidak mengabari dirinya. Mungkin kaila menginginkan raihan mengirimkan pesan singkat bahwa dia besok akan mengantarnya ke sekolah namun apa yang dipikirkannya jauh dari kenyataan.

Mungkinkah ini cinta? Atau sekedar suka?

Kadangkala wanita itu misterius soal rasa, dia tidak ingin mengakui perasaannya namun dia ingin dimengerti terkait perasaannya dan kadangkala wanita juga tidak menyadari apa yang dirasakannya.

AKU, MASALAH DAN HIJRAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang