Sedari tadi Nayla dan Alena tak henti hentinya mengkibas kibaskan tanganya ke leher.
"Panas bet nih kantin." Keluh Alena.
"Iya,tau nih.kepenuhan orang banyak dosa sih.Kelas aja yuk!"
Alena mengangguk pasti "hayukk!"
Mereka pergi keluar kantin bersama perginya rasa napsu makan dari diri mereka.Suasana kantin yang begitu panas membuat rasa malas lebih dominan dari rasa lapar.
"Anjir!liat nih Al,martabak manis nya enak banget." Kata Nayla seraya menodongkan ponselnya ke arah Alena.
"B aja." Jawab Alena cuek.
Nayla mendengkus kesal "Lo tuh ya,emang nggak ngertiin kalo gua pengen martabak manis.Beliin kek!"
Alena menatap Nayla jengah "Idiwh,kita kenal?"
"Kalo kaga kenal ngapain sebangku?"
"Takdir." Jawab Alena tanpa beban.
"Serah lu dah serah.." Final Nayla.
"Eh Al,gua mo nanya sama lo."
"Tanya ya tinggal tanya aja."cuek Alena.
"Kemarin lo kemana?katanya di mall.Gue udah kesana sama Anal,kita udah nyari kemana mana tapi lo nya nggak ada.
"Ohh i-itu gw-gw nggak jadi ke mall." Jawab Alena sedikit gugup.
Nayla mengedikan bahunya acuh "Ouh."
🌹🌹🌹
Di depan kelas 11ips 2,kini Revan berdiri.Menunggu Nayla keluar dari dalam ruang kelas.
"Yuk kak!" Ajak Nayla girang seraya menarik tangan Revan.Tapi Revan malah menghentikan langkahnya membuat Nayla ikut berhenti.
"Kenapa berhenti kak?"
"Nay" panggil Revan.
"Ya?" Tanya Nayla bingung.
"Maaf aku nggak bisa anter lo pulang,mama suruh buru-buru sampe rumah soalnya." Ujar Revan dengan raut wajah menyesal.
Nayla menepuk nepuk punggung Revan beberapa kali "Ya udah nggak papa,sans lah kak."
"Aku duluan ya." Kata Revan kemudian mengacak rambut Nayla,sebelum ia benar benar pergi.
Sial! Kini Nayla yang bingung harus pulang naik apa.Gawai nya lowbat,Revan dan Alena sudah pulang duluan.Padahal niat nya akan mengajak Revan jalan jalan dulu sebelum pulang.Main ke taman menikmati senja bersama,kemudian beli martabak manis.Sayang,itu hanya angan saja.
Tapi memang seharusnya Revan lebih mengutamakan mama nya bukan? Nayla baru pacarnya jadi dia masih belum punya ikatan lebih.Nayla tak berhak melarang dan mengekang Revan juga.
Sebuah ide terlintas di benaknya,tanpa pikir panjang,Kakinya langsung melangkah membawa badannya ke kelas XI ips 3.
Beruntung merekan belum pulang,jadi Nayla masih bisa pulang dengan aman.
Tak perlu menunggu lama,satu persatu siswa didalam kelas tersebut akhirnya keluar.Melihat orang yang ia cari sudah keluar.Nayla buru buru mendekatinya.
"Anter pulang." Ujarnya sambil menepuk pundak Anal.
Anal menoleh,menyeritkan dahinya kemudian melontarkan pertanyaan.
"Revan?"
"Udah pulang.Disuruh buru buru sama mamanya." Jawab Nayla lemah sambil menunduk.
Anal menyeringai. "Hh,yaudah ayo!"
Saat berhenti di lampu merah,mata Nayla tak sengaja melihat penjual martabak ingin membuka kedainya.
Nayla mengoncang goncangkan tubuh Anal "Mau martabak manis." Rengek Nayla.
"Mana ada yang buka Nay."
"Itu!" Tunjuk Nayla dengan telunjuknya.
Anal mendengkus pasrah.Setelah lampu hijau,ia menjalankan montornya ke kedai Martabak tersebut.
"Sono buruan pesen!"
"Iye,sabar dong."
Setelah menunggu 10 menit,akhirnya Nayla sudah kembali dengan 2 bungukus martabak di tanganya.
"Lama banget si." Keluh Anal
"Kan nunggu abangnya siap siap dulu pea"
🌹🌹🌹
Montor Anal berhenti saat sampai di depan kediaman Nayla.Segera Nayla turun dari ninja hijau tersebut.
"Ngga mampir?" Tanya Nayla.
"Nggak,titip salam aja."
"Oh oke.Sono pergilu!"
"Dih ngusir."
"Nih buat tante Yenna." Kata Nayla sambil menyondorkan sebungkus martabak manis.Kemudian di terima Anal.
"Makasih." Ucap Anal kemudian melesat pergi dari rumah Nayla.
Nayla berjalan menghampiri ibunya yang sedang memasak di dapur.Memeluknya dari belakang.
"Dapet salam dari Anal bun." Ujarnya kemudian menaruh bungkus martabak manis itu ke meja makan.
"Dia nggak mampir?" Tanya Syara.Muncul dari arah dapur bersama balado kentang di tanganya.
"Enggak!" Jawab Nayla sedikit memekik,pasalnya ia sedang di ruang keluarga.
"Martabak manis nya mana dek?" Tanya Deven.
Bukanya menjawab,Nayla malah menidurkan kepalanya di paha Deven.
Deven mengusap kepala Nayla."lo belum ganti baju dek.Ganti baju dulu sono."
"Males."
Bunda yang baru saja datang hanya bisa geleng geleng dan terkekeh melihat kelakuan anak keduanya itu.
"Nay,padahal kamu bukan anak bontot loh.Kenapa manja banget sama abang?" Ceplos Syara (bunda Nayla)
Nayla menatap lekat wajah Deven "Bang Nay ga boleh ya manja sama abang?" Tanya Nayla
Deven kembali mengusap kepala adiknya "Boleh kok.Bunda aja yang iri,nggak bisa manja sama orang ganteng kayak abang."
Bunda terkekeh "Nggak ada yang ngelarang buat manja sama abang kok Nay."
Nayla teringat ia tadi punya martabak manis yang belum di makan.Nayla bangun dari tidurnya kemudian mengambil roti bakar berserta piring sebagai alas.
Setelah mengambil satu buah martabak manis,Nayla kembali berbaring dengan paha Deven sebagai bantal.
"Makan duduk dong Nay." Kata sang bunda mengingatkan.
"Enak kan gini bun."balas Nayla.
"Biarin lah bun." Timpal Deven.
2 biji martabak telah habis di makan Nayla.Rasa ngantuk menghampirinya membuat nya terlelap dengan posisi yang sama.
Menyadari adiknya yang tertidur Deven bergegas menggendong kekamar,membaringkan tubuh Nayla di kasur yang memang tak begitu besar.Nayla tak suka berlebihan ia memilih kasur secukupnya saja,agar masih banyak ruang untuk mendekor kamar bernuansa ungu muda tersebut.
Deven mencium kening Nayla sekilas.
"Bahagia terus ya dek,abang sayang sama lu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dare
Teen FictionTERKADANG CINTA LEBIH RUMIT DARI MATEMATIKA "Kenapa kisah yang hadir di hidup gua harus berawalan dari sebuah dare?" Fake love??? Start : 3 feb 2020