Sakit

9 3 0
                                    

Setelah memikirkan ucapan ayah kemarin,Nayla berniat untuk membicarakan tentang hubungan nya dengan Revan.

Tadi ia juga sudah mengirim pesan,mengajak Revan bertemu saat istirahat pertama di taman belakang sekolah.Untungnya Revan menyetujui ajakan Nayla.

Kini dua sejoli itu sudah duduk manis di kursi besin taman.

"Eem kak." Kata Nayla memecah keheningan.

Revan menoleh "ya?"

"Maaf ka,kalau Nayla su suka buat kakak marah atau sebel dengan sifat Nayla."

Revan tersenyum "Engga kok."

"Udah nggak usah mikirin ya aneh aneh.Gue mau kekelas dulu ya,ada yang belum selesai gue urus." Pesan Revan sebelum benar benar pergi.

Karena Revan sudah jauh,kini Syara yang jalan mendekat ke Nayla.Menepuk bahunya pelan "sabar."

Masih ingat Syara? Bukan bunda Nayla lho ya.Syara yang berantem sama Gilsha di part pertama.

Memang nama Syara dan Bunda Nayla sama.Semua itu terjadi karena detik detik Syara di lahirkan Bunda nya Nayla selalu menemani Bunda Syara.Bahkan hingga Syara sudah lahir.

Tapi kalo di rumah Syara lebih sering di pangil Ara,jadi ga ketuker deh sama Bunda Nayla.

"Nay kok dia gitu?" Tanya Syara

"Mungkin bener kata Ayah.Gue ngebosen in." Cicit Nayla.

Syara terlihat sedang berpikir,telunjuknya di ketuk ketukan di dagu.

"Kenapa?" Tanya Nayla heran dengan Syara.

"Em..kalo menurut gue sih masalahnya bukan di elo tapi di dia."

Alis Nayla menyerit "Maksud nya?"

"Lo ada perdebatan sama Revan sebelum ini?"

"Enggak."

"Dia marah di depan lo?"

"Enggak."

"Lo ngelakuin sesuatu yang buat dia ilfeel?"

"Menurut gue sih enggak."

"Berarti emang dia sendiri alasan sikapnya berubah."

"Dia udah nggak sayang lagi sama gua?"

"Kita lihat beberapa hari kedepan.

"Ini waktunya buat gue kasih tahu ke dia.

💔💔💔💔

Sore ini Nayla pulang bersama Anal karena katanya Anal ingin mengajak nya pergi.

"Kemana sih Nal?"

"Liat aja."

Setelah 10 menit,Akhirnya montor Anal berhenti.Berhenti tepat di sebuah Taman.

Anal membawa Nayla terus berjalan hingga betapa terkejutnya Nayla melihat pemandangan di depanya ini.

Sepasang kekasih yang sedang tertawa bersama sambil memakan ice cream di tangan mereka.

Dada nya sesak,jantung nya berdebar hebat,sakit .Hatinya sakit melihat semua ini.Setetes demi setetes air matanya mengalir.

Anal membawa Nayla ke kursi besi taman dan mendudukanya perlahan.

Anal memeluk Nayla,mencoba memberi ketenangan.

"Nay,Dia itu pacar Revan,Bukan selingkuhannya.Dan di hubungan ini,lo adalah selingkuhanya Revan."

"Tapi kenapa gue?kenapa Nal? Hiks hiks."

Anal memegang dagu Nayla,mengarahkan wajah Nayla agar menatap nya.

"Revan cuma dapet dare dari temen temen nya.Kalo dia berhasil dia akan di kasih paket liburan berdua sama pacarnya.Tapi bukan itu yang penting,kalo Revan nggak ngelakuin darenya,Revan bakal nggak temenan sama mereka lagi.Soalnya selama ini apapun dare yang muncul mereka selalu di laksanakan setiap anggota."

"Jadi gue cuma sebatas,sebuah dare?hiks."

Anal kembali memeluk Nayla.Ia tak tega melihat Nayla menangis seperti ini.Tapi kalo tidak di beritahu sekarang Nayla akan lebih sakit nantinya.

Setelah kepulangannya di rumah,Nayla masih saja terdiam di kamar.Sudah berkali kali pintu kamarnya di ketuk oleh semua anggota keluarga.

"Dek,lo kenapa? Cerita sama abang!" Seru Deven dari luar kamar.

Seolah telinga Nayla tuli.Ia tak peduli bujukan apa saja yang di ucapkan siapaun manusia di luar kamar.

Sakit hati yang ia rasa sudah membuat semua,seluruh anggota badanya mati rasa.Tak ada yang ingin ia lakukan selain menangis,menangis dan menangis.Suara petir bergemuruh kemudian di susul hujan turun dengan deras,seolah mewakili perasaan dan keadaan Nayla.

Cahaya matahari menembus kaca jendela yang dari kemarin belum di tutup,menganggu tidur gadis cantik yang masih sakit hati.

Nayla melenguh kemudian membuka mata.Ia segera bangkit dan menuju kamar mandi.

"Sayang." Sapa sang bunda melihat anak nya turun dengan keadaan mata sembab dan wajah pucat.

Deven datang dari arah atas kemudian merangkul Nayla"kalo sakit nggak usah sekolah aja dek."

Nayla hanya menggeleng lemah kemudian duduk di meja makan.Hari ini Deven yang mengantar adiknya,sebenarnya tadi Anal sudah menawari untuk berangkat bersama tapi Nayla menolak.

Sebelum Nayla melangkah keluar Deven terlebih dahulu mencium keningnya,mengusap rambutnya lembut."jangan larut dalam kesedihan,mungkin ini awal dari kebahagiaan."

Selama di sekolahan Nayla tampak tak bersemangan.Di panggil teman saja tak ia hiraukan,bahkan Alena yang di dekat nya saja tidak di perhatikan.

Alena menepuk bahu Nayla"Nay
Nayla menoleh.Wajahnya semakin terlihat pucat.

Melihat Nayla pucat Alena semakin panik.

"Lo sakit Nay?"

"Enggak."

Anal datang dari arah belakang Nayla kemudian merangkul pundaknya.

"Yuk pulang."

Nayla mengangguk "duluan ya Len.

Stay strong,buat Nayla :)
Semoga dapet penganti terbaik :)
Oh ya jan lupa vote🍭

DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang