Suara ketukan lembut di pintu kamarku yang berangsur angsur menjadi kasar mulai memasuki gendang telingaku. Rasanya seperti istirahat paling tenang dalam hidupku ditarik begitu saja.
"Prilly, ada Ali di bawah. Kamu samperin sana."
Kalimat pertama yang aku dengar tepat setelah bangun dari tidur siang yang begitu nyenyak. Setelah sekian lama tidak pernah punya waktu untuk istirahat ketika matahari sedang bersinar terik.
Astaga kenapa Ali harus berkunjung hari ini sekali, aku bahkan belum mendapatkan hak istirahat siangku sepenuhnya.
"Iya mah, bilangin tunggu bentar aku mau cuci muka."
Setelah selesai merapikan sedikit penampilan, Aku segera turun kebawah menuju ruang tamu, takut-takut Ali sudah menunggu lama tetapi ketika aku sudah berada di anak tangga terakhir, yang tertangkap oleh kedua mataku malah Ali yang sedang ngobrol santai bersama Papa sembari menyesap secangkir teh di tangan masing-masing.
"Anak papah bangunnya siang banget."
Ucap Papa segera setelah aku duduk disampingnya.
"Pah, ini tidur siang pertamaku setelah 4 tahun lamanya loh."
"Ya tapi kan gak sesiang ini juga, kamu lihat tuh jam berapa sekarang."
Aku hanya memutar bola mata malas. Lalu mengalihkan pandanganku pada Ali yang ternyata juga sedang menatap ke arahku.
"Sorry ya aku ganggu waktu istirahatnya, hari ini aku mau ajak kamu ketemu Ayah sama Bunda soalnya."
Mataku sukses membulat sempurna mendengar ucapan Ali. Hal sepenting ini kenapa baru diberitahukan kepadaku sekarang. Bahkan ada sebuah teknologi yang dinamakan aplikasi chat yang bisa ia gunakan untuk mengabari ku terlebih dahulu.
Dasar menyebalkan.
"Loh! kok kamu gak bilang sih, aku kan belum siap-siap."
Aku mulai kelabakan, mendengar ajakan Ali barusan langsung membuat ku panik.
"Santai aja, cuma dinner bareng dirumah. Lagian mereka juga mau kenal calon menantunya dong."
Yah walaupun pernikahan kami nantinya adalah hasil dari sebuah perjodohan, aku tidak akan menggampangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pernikahan kami. Karena di dalam perjodohan ini aku dan Ali pun sama-sama tidak keberatan.
"Yaudah, mau berangkat jam berapa?"
"Habis maghrib aja, sekalian aku shalat disini oke."
"Sip."
Ali berdehem dan melanjutkan obrolannya dengan Papa. Sepertinya mereka sedang berdiskusi mengenai bisnis yang dijalankan oleh Ali. Aku sempat mendengar kata-kata saham dan profit di dalam obrolan mereka hingga Mama datang dengan membawa dua buah long dress di tangannya.
"Ali, menurut kamu Prilly cocok pakai yang navy atau yang maroon?"
Aku menaikkan sebelah alis mendengar pertanyaan Mama. Long dress tersebut tidak terlihat biasa, aku bisa langsung mengenali kalau itu adalah produk handmade dari boutique milik Tante Esther yang baru saja resmi menikah satu minggu yang lalu.
Lalu pertanyaannya kenapa long dress itu ditujukan untukku?
Aku tidak merasa akan menghadiri sebuah acara penting dalam waktu dekat.
"Navy aja ma, nanti hijabnya silver. Di kepala aku Prilly cantik banget kalo gitu."
"Okedeh, tapi cocok ya sama suit punya kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Feeling
FanficPrilly dan Ali tidak pernah mengira bahwa ketika Tuhan memutuskan sebuah takdir untuk memberi mereka kesempatan berupa anugerah dalam merawat seorang anak dengan keunikan yang luar biasa. "Kheitan beda sama temen-temen yang lain ya pah?" "Jagoan ter...