BAB 8 : youth

1.1K 156 6
                                    


Jika kalian masih ingat tentang acara grand opening snackO yang ada di mall X. Maka hari inilah acara tersebut dilaksanakan. Pagi-pagi sekali aku bangun untuk membantu Ali mempersiapkan segala hal yang ia butuhkan untuk acara nanti. Dari seragam karyawan yang menjadi outfitnya hari ini dan juga berkas-berkas penting yang berkaitan dengan izin kerjasama, sertifikat layak tempat, dan ah aku tidak tahu namanya pokoknya Ali dapatkan setelah pemeriksaan produk makanan di snackO itu aman di konsumsi dan sesuai standard.

Aku kira hal seperti ini akan di urus oleh Jhonny—dia ini kalau disebuah perusahaan besar bisa dikatakan sebagai wakil direktur atau tangan kanan Ali. Kalau suamiku 01 maka Jhonny adalah 02 nya.

"Kamu berangkat langsung pake seragam atau casual dulu li?" Tanyaku sedikit keras, karena Ali sedang mandi.

"Pake seragam bun, soalnya hari pertama aku mau ikut masuk dapur juga."

"Oke, cepetan mandinya! kamu udah setengah jam loh disana."

"Yah biar ganteng lah bun!"

Aku menggeleng pelan mendengar jawaban Ali. Tidak habis pikir dengan Ali yang seperti anak kecil.

Setelah menyiapkan segala keperluan Ali, aku pun berjalan keluar menuju dapur. Memulai kegiatanku memasak sarapan untuk kami berdua. Tidak untuk Kheitan, karena tepat malam kemarin Ibu dan Ayah datang ke rumah. Mengatakan ingin mengajak cucunya jalan-jalan seharian. Aku sih mengizinkan, bahkan merasa senang karena Ibu dan Ayah punya niat untuk jauh lebih dekat dengan Kheitan. Tapi Ali jadi super posesif, memberikan rentetan list untuk orang tuanya apa yang tidak dan boleh mereka lakukan jika ingin membawa Kheitan pergi.

"Dasar! Kamu kira kami gak pernah merawat anak kecil."

"Ibu yakin kamu dulu lebih merepotkan dari pada Kheitan!"

Aku ingat sekali bagaimana sebalnya Ibu dan Ayah ketika Ali seperti tidak mempercayakan Kheitan pada mereka. Sampai-sampai berkata seperti itu. Tapi untungnya ya sekarang Kheitan sudah berada dirumah mertuaku, dan hingga pagi ini pun aku tidak mendapatkan panggilan dari Ibu sekiranya Kheitan rewel. Anakku memang pintar.

"Mama masak sarapan apanih?"

Aku sedikit kaget mendengar suara Ali dari arah pintu dapur. Melihat Ali yang sudah rapi dengan seragam aku jadi tersenyum sendiri. Cowok di depanku dengan pakaian seperti ini saja sudah tampan.

"Hm kamu tuh tadi bunda sekarang mama, besok mommy abis itu umi ya li."

Ali terkekeh mendengar jawabanku. Lalu mendudukan dirinya di ruang makan.

"Gak tau Illie, aku nyaman manggil kamu dengan semua sebutan ibu. Kamu okay gak?"

"Ya gapapa sih, aku santai aja. Cuma lucu kamu tuh ntar kalo Mama Papa sama Ayah Ibu yang dengar gimana?"

"Ya gapapa juga! Aku bakal jawab hal yang sama. Hahaha."

Memang Ali ini terlalu extra-ordinary. Segera setelah sup jagung dan beberapa helai roti panggangku sudah matang, langsung ku sajikan di meja makan dan kami pun sarapan bersama.

Pagi ini Ali minta dibuatkan sarapan yang ringan, karena nanti saat grand opening dia pasti juga ikut makan. Setelah selesai aku merapikan bekas sarapan kami dan mencucinya. Sedangkan Ali masih duduk dan menghabiskan segelas air mineral.

"Beneran gak mau ikut nih?"

"Iya Ali, aku jaga rumah aja gapapa."

"Aku ngundang artis loh bun buat acara hari ini."

"Siapa emang?"

Tanyaku masih dengan fokus pada sabun-sabun berbuih yang menempel di piring dan alat masakku yang lain.

Beautiful FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang