Bagian 2. Gadis Rambut Merah.

18 6 0
                                    


2 tahun kemudia.

Jauh di ujung Negri Wisteria, di sebuah desa di dekat pantai. Tempat tugas Izana yang suda di tempati selama 2 tahun terakhir, di sinilah Izana, dalam rumah sederhana dengan banyak buku dan dokumen.

Izana menghelan nafas, pekerjaannya selesai. Izana menatap ruang kerja sederhana di sebuah rumah di desa itu. Izana menoleh melihat jendela di samping, suara anak anak terdengar sangat ramai malam ini.

Izana ingat jika hari ini ada perayaan untuk panen yang melimpah, pesta panen mungkin. Dia tak tau, tapi setiap setahun sekali, para warga akan merayakan perayaan itu jika panen melimpah.

Izana menghelan nafas, dia menyadarkan punggungnya di kursi dan memejamkan matanya. 2 tahun, dia rasa baru kemarin dia duduk dan melihat banyak masalah di sini.

Bandit, kekeringan dan juga binatang binatang sihir yang membuat onar, beruang misalnya.

Tapi itu 2 tahun yang lalu, sekarang semua beres dan tak ada masalah. Penduduk yang ramah dan desa yang damai. Izana bisa pulang dan menyerahkan semuanya ke masyarakat.

Izana keluar dan melihat banyak orang yang duduk dan ada yang kesana kemari, seperti pasar.

Izana mengambil pedang dan keluar menyusuri kios dan toko toko. Banyak anak anak yang kesana kemari. Izana berjalan dan melihat beberapa orang yang sedang tawar menawar.

"Ini baru ku petik tadi, harganya seperti biasa"

Izana melihat gadis berambut merah yang sedang tawar menawar. "Kakak! Ayo beli ini! Ini baru kami buat."

Seruan anak kecil membuat Izana mengalihkan perhatian, anak anak penjual manisan. "Wah! Aku mau, aku mau! Apa mau tukar dengan barangku?"

Gadis rambut merah lagi, batin Izana.

Gadis itu menyerahkan bola biru dengan isi air? Apa itu sihir? Tapi tak mungkin, sihir sangat jarang ada di dunia ini.

"Kakak buat ini lagi ya? Kakak, bisa kakak carikan obat untuk nenek Ilas? Dia sakit, sepertinya pinggangnya encok lagi" ujar anak lelaki itu.

"tentu, dua hari lagi aku akan datang. Rotinya ku makan ya, dah kakak pergi"

Gadis berambut merah itu pergi. Izana tak meliha wajahnya, tapi lupakan.

Izana kembali berjalan melilihat lihat. Lalu ia putuskan kembali.

Saat ia kembali, Geo sahabatnya suda menyambutnya.

"Yo! Bro, uda punya calon belum? Ryuu bahkan suda menentukan siapa yang akan kau nikahi loh, suda 2 tahun"

Izana menatap datar dan hanya berjalan melewati sahabatnya, dia masuk ke ruang tamu dan duduk di kursi kayu begitu juga Geo. "Apa maumu Geo?" tanya Izana langsung ke inti.

Geo mendengus "Aku akan ke kerajaan tetangga. Sebrang pulau ini. Ya, beberapa minggu lagi sih. Ryuu menyuruhku menyampaikan ini padamu." Geo menaru kertas dengan gambar kalung dengan berlian biru sebagai hiasannya.

"Ini adalah kalung milik Nona Niva, dia adalah salah satu dari klan tersembunyi. Dia hilang setelah bulan purnama biru bersama seluruh Clannya." jelas Geo.

Izana mengambil gambar itu "Artinya 25 tahun yang lalu. Tapi mengapa kau menunjukannya padaku Geo?" tanya Izana.

Geo menyilangkan tangannya "Aku baru ingat Iza, Ryuu bilang jika teman Mia memiliki kalung ini, dan Mia bilang temannya dalam kesulitan. Dia bilang sejak dia jadi Ratu, temannya hilang tanpa kabar" jelas Geo.

Izana menaru gambar itu "Apa ciri ciri gadis itu?"

Geo berdecak "Ini yang membuatku heran. Dia itu selalu bergonta ganti penampilan. Misalnya saja dia menyamar sebagai pedagang atau bisa juga menjadi pengelana, penyair dan lainnya. Ratu memberiku ciri khususnya. Matanya berwarna hijau,"

Izana mengangguk paham "Mudah, matanya berwarna hijau, aku yakin kau pernah menggodanya Geo" ucap Izana dengan nada sinis.

Geo mendelik dan bangkit membenarkan letak pedang di sabuk pingganya. "Tapi Iza, kau harus hati hati" pringat Geo.

Izana mengangkat sebelah alisnya "Hati hati?" ulangnya.

Geo mengangguk "Mia mempringatkan mu sesuatu. Dia bukan orang biasa, perangai orang ini saling berkeblakangan seperti kepribadian ganda." Geo menatap jahil temannya "Aku ingin tau bagaimana dia bisa meluluhkan hatimu" lanjut Geo dengan nada geli.

Izana melotot ganas, Geo tertawa melihat itu "Maaf maaf, tapi jujur saja Iz, aku fikir kau terlalu tertutup dan juga terlalu acuh. Jangan samapi sikapmu itu menyakiti orang lain. Apa lagi jika dia adalah orang yang penting bagimu. Kau pasti akan menyesal"

Izana merasa jika sahabatnya aneh. Cukup membuatnya merinding. "Pergi sana!" usir Izana dengan nada datar.

Sedangkan yang di usir hanya tertawa.

***

Izana memacu kudanya melewati jalan setapak di hutan lebat. Sekali kali ia berhenti dan kembali memacu kudanya.

Di benaknya, dia meruntuki dirinya yang bisa bisanya tersesat. Padahal dia yakin jalannya suda benar.

Izana berhenti di pinggir sungai dan membiarkan kudanya istirahat. Dia turun dari kuda dan memutuskan istirahat di sana sebentar.

++++

Izana membuka matanya, dia tak sadar suda ketiduran di sana. Suara nyanyian samar ia dengar, suara yang lembut dan juga merdu. Izana megangi kepalanya yang terasa pusing.

Apa dia salah dengar? Nyanyian? Di hutan?

Izana ingat, hutan yang ia lalui adalah ilusi. Mungkin itu cuma ilusi saja, atau mungmin dia terlalu lelah.

Tapi setelah beberapa menit dia sadar, Matanya bertemu manik hijau daun itu.

Kyaaaaaa!

Brruuffff....

Mereka diam beberapa lama hingga triakan gadia itu terdengar dan air menghajar wajah Izana dengan keras.

Izana batuk batuk karna itu cukup membuatnya seperti orang yang baru tenggelam.

Izana menongak menatap gadis berambut merah yang menatapnya tajam, Gadis itu memakai kain putih yang membalut tubuhnya. Matanya memicing tajam melihat tanda di tangan—ralat, sepertinya di tubuh gadis itu.

"Maaf saya tidak bermaksud. Nona, anda salah paham, saya tak sengaja-

"Cabul! Dasar Pria tak tau sopan santun!"

Izana mengejapkan matanya, dia menoleh ke kanan dan ke kiri, dia bukan di hutan. Tapi di sungai. Bagaimana bisa!

Sial!

Son Of Night : Loyalty.
Fantasy - Histori.

2. Gadis Rambut Merah.

Bersambung.....

Son Of Night : Loyalty.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang