Bagian 4. Yuko Human From.

10 5 0
                                    


Izana berkali kali protes pada gadis itu supaya tidak mengatainya cabul atau mesum. Tapi mengingat kejadian memalukan tadi, seperti ya wajar saja jika gadis itu memanggilnya seperti itu.

Sungguh hari kesialannya. Dan dia pastikan ini salah Geo yang datang dan membawanya pesan. Poor Geo.

"Uh... Kau menyalahkan sahabatmu sendiri huh? Siapa? Geo? Geo Middleton? Hei, walau dia Playboy, dia tidak mesum seperti dirimu!" ujar Yuko yang berjalan di depan Izana.

Izana memutar bolamatanya malas "Berhenti memanggilku cabul dan mesum, aku punya nama" balas Izana jengah.

Yuko tertawa geli "Apa ada wanita yang kau intip masi mau menyebutkan nama pengintip itu? Mimpi saja" balas Yuko santai.

Izana mendelik, tapi ada benarnya juga yang di katakan gadis itu.

"Tau salah tapi masi mengelak, orang sepertimu masi ada saja ya" ejek Yuko santai.

Izana memggeram "Hei, berhenti mengejekku" serunya.

Yuko memasang wajah pura pura takut "Hu~ seram~"

"tapi sayangnya Cabul" lanjut gadis itu dengan lidah terjulur mengejek Izana.

Izana melotot "Apa apaan itu"

Yuko mendelikan bahu beberpa menit kemudian mereka sampai ke sebuah rumah kayu yang telihat minimalis. (gambar di multimedia)

"Hei, kita sampai. Istirahatlah untuk malam ini, dan jangan sekali kali kau mengintipku mandi lagi!"

Izana melotot garang, Yuko tertawa kecil dan melompat ke pohon lalu menghilang di balik dedaunan.

Izana duduk di lantai kayu den menari pedangnya di samping. Ia melepas jubahnya dan bersandar di dinding.

Hutan itu lebat.

Hutan terlebat yang pernah dia singgahi. Izana menghelan nafas, dia harus kembali ke kerajaan dan dia ingat jika masi banyak tugas di sana.

Ah, dokumennya pasti suda menumpuk di sana. Mengingat dia suda 2 tahun di sini.

Srak... Srakk...

Izana melirik kesamping. Dia duduk setelah melihat mahluk bertanduk dengan badan manusia, tapi punya sayap.

Izana mengambil pedangnya dan mundur perlahan. Entah jenis iblis apa di depannya, yang jelas dia belum pernah lihat.

"Cain! Jangan ganggu tamuku"

Suara itu mengalihkan perhatian mahluk itu dan Izana. Yuko datang dengan dres hitam lengan pendek selutut.

'Nona Yuriko, anda membawa manusia. Dia membawa pedang emas' suara mahluk itu membuat Izana merinding.

Yuko melangkah dan sekarang berada di samping Izana,

"Dia ajudan sahabatku, apa masi ingat dengan mantan pendeta suci yang kita slamatkan?" tanya Yuko santai.

'Nona Mia? Tuan yuu? Apa nona akan pergi menemui nona Mia?' tanya mahluk itu balik.

Yuko mengangguk "Jika kalian mengizinkan, tapi sejujurnya aku enggan pergi. Di luar memuakan" jawab Yuko enteng.

Izana menatap bingung, Memuakan? Apa yang di maksud Yuko?

"Cain, tolong rubah wujudmu. Tamu kita ini sangat sensitif terhadap bangsa golongan kita. Hati hati juga padanya. Dia cabul"

Izana melotot sedangkan mahluk itu menggeram 'Apa nona telah di nodai mahluk ini! Nona harus menikah bersamanya!'

Kini Izana dan Yuko memplototi mahluk itu "Tidak" jawab mereka bersama.

'Tapi itu hukumnya nona! Dan darah nona ada di pedangnya' lanjut mahluk itu.

Yuko mengibaskan tangannya "Dia tak akan mau menikah dengan mahluk jadi jadian sepertiku Cain. Mungkin nanti aku akan memakan jiwanya"

Izana mendelik "Maaf saja nona iblis, jiwa saya tidak enak" balas Izana.

Yuko tertawa "Benar benar tidak enak, karna kau cabul dan mesum" ledek Yuko.

Orang itu berubah menjadi anak laki laki berambut hitam dengan manik mata hitam legam.

"Nona Yuri, sebaiknya anda mengunjungi teman anda. Urusan di sini biar saya yang tangani"

Gadis itu menoleh dengan sebal "Owh... Jadi kau berniat mengusirku seperti hari hari yang lalu, hah! Karna kau mengusirku aku bertemu si cabul ini-

"Aku tidak cabul! Aku tidak tau kenapa aku di sana dan aku tidak tertarik dengan tubuh teposmu itu!" potong Izana.

Yuko melotot, di balas plototan juga oleh Ksatria itu. Cain menghelan nafas, "Nona, maaf jika saya sering mengusir nona. Tapi sekarang nona Mia meminta anda menemuinya, dan sepertinya orang yang telah brani mengintip anda mandi adalah pembawa pesan yang tak sengaja tersesat. Jadi tolong ikut tuan ini" jelas Cain.

Dua orang itu menoleh dengan raut seolah berkata ku bunuh kau.

Anak itu memutar bola matanya. "Sebaiknya anda istirahat atau setidaknya jamu tamu kita nona" ujar Cain.

Yuko tersenyum mengejek. "Aku ingat, tamu ini sepertinya kelaparan" ucap Yuko dengan nada mengejek.

Izana mendelik "Ter-se-rah" balas Izana ketus.

Yuko tertawa dan tersenyum "Cain, kami pergi. Jaga tempat ini untukku" pinta Yuko lembut.

Cain membalasnya dengan menberi hormat. Yuko menarik Izana dan sedetik kemudia mereka ada di tengah kota.

Izana melihat itu bergidig, perutnya tiba tiba mual karna tadi "Apa itu?"

"Bukan apa apa. Ayo ke kedai. Aku juga mau makan."

Lagi dan lagi, Izana hanya bisa pastra di tarik gadis itu. Bukan hanya kedai, dia berkeliking ke tempat yang Izana duga pasar malam.

*

Paginya.

Izana meregangkan tubuhnya, matahati suda tampak di sana. Dari kejauhan, Izana bisa melihat Yuko yang sedang santai—gadis itu tampak asik karna bermain akrobat.

Ngomong ngomong, mereka sekarang ada di padang rumput di bawah tebing. Izana tidak tau dia dimana pastinya, karna tadi malam Yuko hanya bilang mereka tidur di di sebuah tempat di mana dia bisa melihat banyak bintang.

Dan itu benar benar bisa melihat banyak bintang. Mereka tidur di padang rumput yang sangat luas di lereng gunung yang landai di ketinggian sekitar 500 meter—Yuko yang memberi tahu.

Izana sekarang merasa seperti budak yang mengikuti tuannya kemanapun. Sial.

Apa lagi tadi malam mereka tidur dengan alas Rumput. Dia bersumpah jika rumput di sini itu seperti kapuk, sangat sangat dan sangat lembut. Uhg, mengapa fikirannya menjadi konyol seperti ini.

"Fikiran yang menarik"

Izana terlonjak, dia melompat keblakang dan menghelan nafas. "Sejak kapan kau di sana?" tanyanya.

Yuko diam lalu tersenyum "Hem... Sejak dari tadi" jawab Yuko santai.

Izana duduk dan menaru pedangnya di samping. "Jadi, apa yang akan kau lakukan padaku? Instingku tak pernah sala jika kau menginginkan sesuatu" ujar Izana to the poin.

Yuko tersenyum dan duduk, penampilan gadis itu mirip seperti saat di hutan. "Baguslah... Ayo bicara My Prince"

Son Of Night : Loyalty.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang