Bagian 7. Memory.

17 5 2
                                    


30, 40 botol sudah Yuko minum tapi dia tidak mabuk. Itu cukup membuat pemilik toko tercengang.

3 pria tadi suda teler karna alkohol. Gadis itu tersenyum lebar "Yey! Winer! Ah tak asik. Kalian ka'o" seru Yuko kecewa.

Pemilik toko kehabisan sekitar 65 botol. Dan yang paling banyak minum adalah Yuko. Para pria itu hanya bisa menghabiskan paling banyak 15 botol.

Gadis itu bersandar sambil membuka tutup botol dengan wajah tak seceria tadi. Dia meminumnya, bahkan menghabiskan semuanya.

"Ah! Aku iri dengan kalian tuan tuan. Kalian bisa mabuk tapi aku tidak bisa mabuk walau aku minum seribu botol, tapi mungkin jika anggur buatan Cain berbeda. Uh, aku kangen rasanya yang membuat ku meledak ledak" gumam Yuko kecil.

"Yukooo! Di sini kau! Astaga! Kenapa kau kabur kemari! Aku dan Ryuu dari tadi mencarimu!"

Suara triakan itu membuat toko langsung gaduh. Semua pelayan berlutut memberi hormat. Gadis itu tersenyum dan menunjukan botol yang kosong.

"Mia~ sahabat manis ku~ kamu tak boleh kemari. Ryuu pasti akan ceramah padaku. Ah aku lupa!"

Gadia itu bangkit dan memberi hormat dengan tangan kanan yang di letakan di dada dan tangan kiri di lipat ke blakang, lalu membungkukan badan sedikit.

"Your Majesty!" seru gadis itu.

"Hentikan itu. Ayo kembali ke istana, kau... Apa kau membuat mereka mabuk Yuko? Astaga... Kau ini Ksatria terhebat sepanjang masa dan bahkan kau tau jika kau tak akan mabuk jika minum minuman dengan dosis sekecil itu. Ah... Gawat, aku akan memanggil Cain kemari! Kau harus ada yang-

"Mia, tenang. Yuko tidak papa" potong Ryuu.

Yuko tersenyum dan tertawa lepas "Yaampun! Ah Ryuu, uhum, yang mulia-baik baik, ayo pulang. Aku tidak akan mengacau kerajaan sahabatku. Ternyata anak ingusan benar benar menjadi raja hem."

Yuko memberi tatapan seolah mengejek Raja itu. "Demi Mia, aku akan melakukan apapun demi dirinya. Aku sungguh sungguh ingin membawa dan melindunginya. Ini bukan janji seorang Ksatria. Tapi janji seorang pria" Yuko meniru kata kata dan ekspresi Ryuu saat dulu datang padanya.

Ryuu memasang tampang masam sedangkan Mia tercengang "Ahaha~ baik baik, aku tidak janji berhenti mengejekmu. Ucu~hahaha... Astaga, aku sangat sangat terkesan denganmu Ryuu. Tapi untungnya kau benar benar menjaga Mia untukku. Ayo kita pulang~ aku lapar"

Mia menghepan nafas sedangkan Ryuu hanya bisa tertawa canggung.

Gadis itu berbalik "Tuan~ trimakasi minumanya" seru Yuko dan menarik dua orang penting itu lalu melebur dalam bayangan.

*

Yuko muncul di Ruang tahta, dia menghelan nafas lelah.

"Yuko, kau baik baik saja? Cain bilang blakangan ini kau aneh, ada apa?"

Yuko mengibaskan tangannya sebagai balasan pertanyaan Mia. "Aku ingin istirahat, aku akan menginap beberapa hari sebelum kembali ke tempatku. Aku ingin bicara sesuatu, err... Permintaan mungkin?"

Ryuu melirik Mia yang mendelikan bahunya. "Mia, Ryuu, sepertinya beberapa tahun lagi hiduku akan mencapai batas" ucap Yuko.

"Katakan itu bohong" timpal Ryuu.

Yuko melangkah ke arah kursi yang biasa sahabatnya duduki. "50 tahun dia hilang. Dia bangun, tapi sayang dia melupakan kami dari bangsa yang ia lindungi. Ryuu, aku mau minta tolong padamu"

Yuko memunculkan sebuah belati dengan gagang yang di ukir mawar "5 tahun terakhir aku merasa jika semua makin larut. Saat aku bukan diriku sendiri, saat dimana aku tak bisa membedakan mana baik mana buruk."

Yuko melempar pisau itu dan di tangkap oleh Ryuu. "Aku tidak ingin membunuh sahabat dan rekan rekanku. Tolong pimpin mereka, aku harus pergi. Sebelum terlambat" jelas Yuko.

Ryuu menatap datar "Dimana pemimpin dan dirimu yang menyebalkan itu? Tidak Yuko."

Ryuu melangkah mendekati Yuko dan memberikan pisau itu, "Kau akan tetap bersama kami. Kau teman, sahabat, kerabat, dan juga keluarga kami yang berharga." tegas Ryuu dengan senyuman khas.

Mia menepuk bahu Yuko "Ryuu benar. Kau suda seperti kakak bagiku. Yuko tetaplah bersama-Yuko! Hei Yuko"

Mereka panik, gadis itu pingsan begitu saja.

"Ryuu, kita bawa Yuko ke kamar. Aku akan mengobatinya"

*

"I-za-na! Izanaaaa! Kamu dengar tidak sih?"

Yuko mendelik melihat laki laki yang masi sibuk dengan bahan makanan di depannya.

Yuko menghelan nafas "Kau mengabaikanku, sungguh, menyebalkan" dumel gadis itu.

Laki laki itu menoleh, wajahnya masi terlihat jengah karna suda dari tadi Yuko berbicara tak henti henti.

Gadis itu tersenyum dan menunjukan tangannya yang suda berlumuran darah dan pisau masi menancap di sana. Sontak itu membuat laki laki itu menatap tajam.

"Aku tadi tidak sengaja, lukanya langsung tertutup tadi. Tapi karna kau terus mengabaikanku, jadi aku membuarkan saja. Sakit. Tapi rasanya tidak seberapa, apa kamu tau kenapa?" tanya gadis itu.

Leki laki itu menghelan nafas dan mengibati tangan Yuko hanya dengan menyentuhnya.

"Sebenarnya apa yang kerajaan lakukan padamu Yuko" gumam laki laki itu khawatir.

Gadis itu berfikir. "Aku pernah bangun, tapi kakiku suda tidak ada. Aku fikir aku tidak punya kaki. Lalu besoknya, aku tidak bisa melihat. Karna mereka tak melepasku, aku membunuh mereka. Apa salah?" jawab gadis itu.

Laki laki itu menghelan nafas berat, dia mengelus rambut Yuko."Kenapa kamu jadi Ksatria? Kenapa kamu menolong Iblis Seperti ku Yuko?"

Mata gadis itu tampak redup. Dia menunduk melihat tangannya yang suda tak berdarah. "Iblis? Jangan bercanda. Mana ada iblis mau menolong dan mengibati orang orang, dasar setan. Aku mau memukul wajah terlalu tampanmu itu, ck. Aku heran kenapa kamu tampan tapi sangat cerewet seperti nene gambreng." oceh gadis itu.

Laki laki itu meringis "Kau orang pertama yang terus menerus mengejekku Yu-

"Masa bodoh~ karna kamu sangat membosankan~" nyanyi gadis itu.

"Hah... Dasar kau ini"

Yuko bangun dari tidurnya, dia duduk di atas tempat tidur berwarna putih bersih. Kepalanya terasa sakit. Matanya menatap lurus ke arah balkon kamar.

Kamar itu gelap. Hanya di terangi oleh cahaya rembulan. Mirip seperti malam itu.

"Aku kangen kamu Ana. Kenapa kamu memilih tidur dan menunggalkan kami?"

Tok tok.

"Yuko. Ini Geo"

Yuko mengubah rambutnya menjadi merah "Masuklah," seru Yuko.

Pitu terbuka. Suara langkah terdengar. Yuko menjentikan jarinya dan semua jendela terbuka.

Gadis itu bersiul "Ryuu dan Mia pengertian juga" gumam gadis itu.

Pasalnya, kamar Yuko ada di tempat tinggi dan juga langsung bersentukan dengan alam.

"Semoga kau betah di sini. Ah, ini kastil milik Izana. Tapi Izana tak akan kemari, dia sibuk mengurusi Girlfriends-nya di sana. Uh, penggila kerja. Ku harap sahabatku tak merepotkanmu ya"

Yuko menggeleng "Ya... Dia cukup kesal pasamu Geo. Saat bersama ku dia selalu mengaitkan hal hal berbau mesum denganmu" ujar Yuko santai.

"Uh, sahabat laknat kau Iza" gumam Geo tak terima.

Yuko tersenyum. Dia melihat malam yang makin larut. Fikirannya langsung tertuju pad Cain.

"Gawat. Ck. Aku tidak akan mengampuni kalian"

Yuko melirik Geo. "Aku pergi. Sampaikan salam ku pada Mia dan Ryuu"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Son Of Night : Loyalty.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang