10. Tahta Media Sosial
***
Di tahun 2020 ini banyak sekali drama yang terjadi, mungkin setiap bulannya ada yang namanya trending topik sampai bisa dibicarain satu bulan penuh. Akhir ini banyak postingan yang membut pro dan kontra adu komentar bukan adu logika.
Mungkin dari kalian yang sering banget pantengin ig, tiktok, twitter, fb pasti banyak bangetkan drama-drama media sosial. Kalau lagi heboh satu topik, semua orang bakal tahu. Nggak lama ada komentar pro kontra, nggak lama permasalahan dimulai.
Dan mungkin saking sudah hapalnya drama media sosial, kita jadi bisa tahu aliran yang akan terjadi jika ada postingan atau peristiwa yang dibuat.
Uplod – dilihat banyak orang – komentar – pro kontra – disebar – permasalahan – dihujat – klarifikasi – pro kontra – terkenal
Tapi kenapa sih semua postingan atau kejadian yang dibicarain itu selalu yang jelek? Ke mana yang bagusnya? Tenggelem?
Riset ini dibuat berdasarkan apa yang telah dibaca, dikumpulkan, diketahui kebenarannya.
Ada yang kenal Mbak Rrrr? Sebagian orang sudah mengenalnya, dikasih tunjuk fotonya akan tahu, dikasih tunjuk videonya akan tahu. Tentang apa? Kejelekan, kontranya. Tapi kenapa bisa terkenal?
Kita bisa lihat dari alur di atas tadi. Awalnya biasa saja, dia uplod dan dilihat banyak orang. Kemudian munculah komentar-komentar yang membicarakan postingan ini. Pro kontra terbentuk.
Mungkin sedikit kasar, tapi bagian paling ekstremnya adalah bagaimana cara netizen Indonesia menanggapi. Kita sudah lihat, kita sudah mengetahui masalahnya, kita sudah tahu dia salah, kita sudah memberi tahu yang benar.
TAPI!
Kenapa kalian menyebarkannya? Kenapa kalian menaikkan tangga mba ini supaya makin terkenal? Kenapa kita nggak bisa berhentiin jari supaya nggak mengomentari dia?
Oke, dia peristiwa itu selesai.
Nggak ada yang membicarakannya lagi.
Tamat.
But? Hah, anaknya mulai aktif ya Bund?
Kita sudah banyak melalui drama, dari prank sampah kenapa kita nggak belajar? Mas-masnya mungkin sekarang sudah terkenal dan yang membuat terkenal adalah komentar netizen Maha Benar.
Sayangnya netizen nggak ikutan terkenal gimana dong?
Kita nggak diundang acara talkshow, nggak diundang buat klarifikasi, seakan-akan komentar kita cuman buat pancuan, tangga untuk mengantarkan mereka ke tahta tertinggi. Tahta kemenangan.
Secara logikanya, mereka membuat konten dan menunggu tangga kemenangan dari komentar. Semakin banyak komentar, semakin banyak tanda share ditekan, semakin perbandingan di antara kalian terbentuk.
Jika postingan itu positif bagus, tapi kenapa? Kata tanya itu akan terus ada sampai ada yang menyadari bertapa berbahayanya tahta kemenangan media sosial.
Terlebih lagi kita masih dalam kondisi masa pandemi, teman kita selama di rumah saja hanya keluarga dan ponsel. Media sosial mungkin sudah menjadi makanan kita setiap hari, sulit mengontrol diri jika ada hal viral.
Maka dari itu jaga tangan kalian, latih diri kita agar tidak terus berada di dalam media sosial. Sebentar lagi semuanya akan kembali normal dan penggunaan pada smartphone juha harus berkurang.
Jangan buat kata terkenal sekarang jadi jelek.
Harta Tahta Urat malu
Lebih baik Harta Tahta Chef Renata:)
Ciao!
situs yang dikunjungi:
https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/91-media-sosial-dalam-perspektif-psikologi
KAMU SEDANG MEMBACA
POLAROID [RISET]
RandomSemua informasi ada di sekitar kita. Melalui tangkapan mata, informasi bisa terserap ke otak kita dan menjadi ilmu yang berguna untuk masa depan. Cara lainnya adalah menangkapnya dengan kamera, mencetak hasil dan menganalisisnya menjadi informasi ya...