Ep.01 Dhanisa&Alvin

16 3 0
                                    

Di saat mentari terik di siang hari. Di bawah pohon rindang. Disana duduklah seorang gadis sma dengan rambut terurainya duduk manis sambil membaca novel. Menghabiskan waktunya untuk membaca novel hingga waktu berakhirnya istirahat kelas berbunyi. Angin sejuk membuat gadis itu merapikan rambut panjangnya yang ter-urai.

"Hai... Aku duduk di samping kamu boleh ya?" Ucap anak lelaki yang memiliki bola mata begitu indah dan rambut pirang asli. Gadis itu tak menjawab hanya bergeser sedikit.

Lelaki itu membawa gitar dan memainkan gitarnya di samping gadis itu. Dia tak bernyanyi hanya memetik senar gitarnya dengan begitu lembut membuat suasana di bawah pohon rindang itu lebih nyaman. Tak lama kemudian lelaki itu langsung menjulurkan tangannya ke gadis itu.

"Kenalan yuk! Aku Alvin dari kelas B disebelah sana." Ucap lelaki itu sambil menunjuk ke arah kelasnya.

Gadis itu tak merespon jabat tangan lelaki itu maupun menjawab ucapan lelaki itu. Lalu anak lelaki itu menarik tangannya dan berfikir mungkin dia gak mau di gangu. Dan anak lelaki itu kembali memainkan gitarnya. Tak lama kemudian suara bel masuk kelas berbunyi. Gadis itu bangkit dari bangku tersebut.

"Dhanisa" ucap gadis tersebut.

Lelaki itu sejenak terdiam "siapa?" Tanya anak lelaki itu kembali memastikan apa yang ia dengar.

"Namaku Dhanisa" ucap gadis itu dan ia berjalan meninggalkan lelaki itu.

"Salam kenal ya Dhanisa" teriak lelaki itu merasa senang karna bisa mengenal nama gadis tersebut.

-

Dhanisa adalah gadis yang cuek dan hanya menghabiskan banyak waktunya untuk membaca novel. Dan karna sifatnya itu dia tak memiliki banyak teman. Tapi, Ia memiliki sahabat sejak SD yaitu Liana. Dan Dhanisa anak yang cukup pintar di kelasnya. Hanya saja kebiasaanya yang tak bisa bersikap ramah pada orang lain itu yang membuatnya sedikit di jauhi orang orang.

Alvin adalah lelaki yang ceria, yang bersinar bagaikan mentari di pagi hari. Dia suka sekali bermain musik dan gitar adalah salah satu alat musik keahliannya. Dia di lahir kan di Australia, dia pindah ke Indonesia sejak SMP jadi bahasa Indonesianya sudah cukup lancar.

-

Mendengar teriakan Alvin, Liana yang menunggu Dhanisa di depan pintu kelas melihat ke arah Alvin.

"Kenalanmu? Sejak kapan kamu punya temen cowok?" Ucap Liana kepada Dhanisa. Dhanisa menengok sejenak ke arah Alvin.

"Entah lah tadi dia bilang namanya Alvin sih" jawab Dhanisa singkat kepada Liana.

"Baru kenalan yak? keknya pernah dengar namanya tapi dimana yak? Btw Ganteng banget trus rambutnya pirang gitu. Kek bule banget ngak sih?" Ucap Liana yang takjub melihat ke tampanan Alvin.

"Apaan sih yuk masuk bentar lagi tuh guru dah mau sampai." Ucap Dhanisa mengajak Liana untuk segera masuk kedalam kelasnya.

Setelah kelas selesai Dhanisa di hujani banyak pertanyaan dari Liana. Karena baru kali Liana melihat sahabat dari kecilnya ada lelaki yang mencoba mendekatinya. Karena dari sd Dhanisa sudah terkenal begitu jutek pada semua orang kecuali orang orang yang sudah dekat padanya.

"Dhanisa semalam aku mimpi apa ya?"ucap Liana ke Dhanisa.

"Hah...?" Ucap Dhanisa bingung karna pertanyaan  dari Liana.

"Kan kamu yang mimpi kok kamu tanya aku deh" timpa Dhanisa.

"Ya siapa tau kamu tau aku semalam mimpi apaan. Aneh aja baru kali ini ada cowok yang berani deketin kamu, kamu juga gak marah ke dia biasanya kan. kamu bakalan marah dan pergi menjauh dari orang yang pengen Deket dengan kamu." Ucap Liana kepada Dhanisa.

Dhanisa hanya menatap sinis ke Liana dan menghela nafas. "Aku tak ada tenaga untuk itu lagian dia tidak menganguku  seperti yang lain." Jelas Dhanisa.

"Btw nama dia Alvin kan jangan jangan yang di bicarakan satu angkatan kita. Anak lelaki yang paling ganteng di angkatan kita." Ucap Liana. Liana memang senang mendengar gosip gosip yang tersebar di sekolahnya.

"Terus? Aku harus apa?" Ucap Dhanisa yang dari tadi membaca novelnya.

"Ya... Kamu beruntung banget di saat anak anak perempuan angkatan kita mau kenalan sama dia ragu ragu. Eh dia malah deketin kamu." Ucap Liana.

Dhanisa kini menatap sinis lagi kepada Liana. "Sudah lah Liana aku tak peduli pada hal yang seperti itu." Ucap Dhanisa yang sudah lelah akan banyaknya pertanyaan dari Liana. Ruang kelas itu sudah sepi hanya mereka berdua yang sedang asik berbincang tak sadar bahwa ruang kelas itu sudah sepi. Liana yang melihat di luar kelasnya ada seseorang yang menunggu di samping pintu keluar kelasnya. Liana tersenyum dan segera pergi keluar meninggalkan Dhanisa.

"Dhanisa maaf aku baru inget aku ada urusan aku duluan ya." Ucap Liana yang bergegas meninggalkan Dhanisa yang sedang merapikan mejanya. Dhanisa keluar kelas dan dia baru menyadari bahwa Alvin ada di sana.

"Kamu ngapain nunggu orang? Sudah gak ada orang lagi di dalam." Ucap Dhanisa. Sambil melihat ke dalam kelas memastikan tak ada orang yang tersisa di dalam kelas.

"Aku lagi nungguin kamu" ucap Alvin. Dhanisa menatap sinis ke Alvin dan ia mengunci ruang kelasnya.

"Ada perlu apa sama aku?" Ucap Dhanisa ke alvin. Sejenak Alvin berlagak seperti orang yang sedang berfikir.

"Ngak ada apa-apa sih. Kamu sekarang mau kemana aku temenin ya?" Ucap Alvin dengan penuh semangat.

"Hah...? Ngak perlu aku cuman mau balikin kunci ini ke kantor terus pulang." Ucap Dhanisa yang merasa tergangu.

"Dhanisa kamu pulang di jemput? Atau bawa kendaraan sendiri?" Ucap Alvin ke Dhanisa. Dhanisa mulai kesal Dhanisa langsung menendang kaki Alvin dan memarahi Alvin.

"Mau mu apa sih jangan gangu aku dan juga terserahku aku mau pulang pakai apa. Kamu gak perlu tau." Ucap Dhanisa dengan amarah di dalamnya. Alvin yang menerima bentakan Dhanisa dan hanya tersenyum.

"Aku pengen liat kamu tersenyum boleh ngak? Aku tau sebenarnya kamu pasti cantik banget kalau sering tersenyum." Ucap Alvin sambil tersenyum. Dhanisa yang kesal dia menendang tulang kering Alvin dan segera pergi meninggalkan alvin yang sedang kesakitan.

Setelah mengembalikan kunci Dhanisa menaiki bis dan duduk paling belakang. Sejenak Dhanisa memikirkan kalimat yang di lontarkan oleh Alvin sebelumnya. "Aku pengen liat kamu tersenyum. Apa apaan sih dia aneh banget. Kenapa dia ngomong gitu coba gak jelas banget." Dhanisa mengumam di kursi belakang bus. Dan ia sebenarnya juga sedikit merasa senang karna ucapan Alvin tersebut.

Perkenalan mereka bermulai dengan cara yang tak wajar.

Di sisi lain Alvin yang tulang keringnya tertendang. "Aduh kuat banget dah nendangnya. Kalau tau sesakit ini harusnya tadi aku menghindar aja." Ucap Alvin sambil mengelus tulang keringnya.

OUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang