Dhanisa meletakkan tasnya di atas mejanya. Melihat ruang kelas yang masih sepi hanya ada beberapa orang yang baru datang. Dhanisa duduk sambil membaca bukunya dikelas. Dhanisa tak tenang seperti biasanya dia merasa kali ini membaca novelnya merasa tak nyaman. Sempat terpikir dalam benak Dhanisa apakah ini pertanda buruk akan tiba. Tapi ia menepiskan mungkin karna masih moodnya kemarin. Jadi dia menutup bukunya dan dia melamun di kelas itu. Hingga Liana tiba dengan nada ceria "Dhanisa my best friend my Hero my the best Helper" ucap Liana menggoda Dhanisa. Dhanisa yang melamun tersadarkan dengan rayuan dari Liana. Dhanisa yang tersadarkan melihat ke arah Liana dengan tatapan sinis. Liana yang menerima tatapan sinis itu semakin memohon agar di pinjamkan buku pr itu. Dhanisa hanya bisa menghela nafasnya melihat kebiasaan sahabat dari SMP-nya tak pernah berubah itu. Dhanisa memberikan buku catatan dan tugasnya kepada Liana. Liana menerima buku tersebut dengan senyuman lebar terpancar di wajahnya. "Dhanisa kemarin kamu pulang bareng Alvin yak?" Tanya Liana sambil menyalin tulisan ke bukunya. "Ugh... Ah... Itu iya dia minta aku temenin nyari novel gitu dia." Jawab Dhanisa santai. "Lalu bisa kau jelaskan mengapa orang yang paling ganteng di sekolah ini bolak balik di depan kelas?" Ucap Liana sambil menunjuk ke depan kelas. Dhanisa mendengar kalimat barusan dari Liana ia terkejut dan langsung berjalan ke depan kelas menghampiri Alvin.
"Ada apa?"ucap Dhanisa menghampiri Alvin yang dari tadi sudah mondar mandir di depan pintu kelasnya. "Bagaimana kondisimu apa sudah baikan kemarin sepertinya kamu sakit jadi aku khawatir hari ini kamu ngak masuk kelas?" Ucap Alvin begitu perhatian kepada Dhanisa. Wajah Dhanisa memerah, "aku baik baik saja, apa kamu kesini hanya karena itu?" Ucap Dhanisa. "Tidak sebenarnya aku pengen kita tukaran nomor hp agar aku bisa menanyakan mu soal itu" ucap Alvin sedikit ambigu. Seisi kelas Dhanisa terkejut mendengar itu. Semua mata di kelas itu hanya tertuju ke mereka berdua karna ucapan Alvin. "Apa maksudmu soal itu jangan membuat semua orang bingung karna ucapanmu yang ambigu itu." Ucap Dhanisa dengan nada sedikit tinggi karna ia sadar menjadi pusat perhatian semua orang. Alvin yang baru sadar akan kalimatnya yang begitu ambigu kini wajahnya ikut memerah. "Maaf maksudku soal novel aku ingin memberi tahukan komentarku soal buku yang kamu sarankan." Ucap Alvin dengan wajah malunya yang begitu menggemaskan. "Bukannya kau bisa memberikan komentar soal itu saat kita bertemu di istirahatkan. Sebaiknya kamu balik ke kelasmu sebelum semuanya semakin berfikir aneh." Ucap Dhanisa sedikit kasar ke Alvin. "Ah... Kalau begitu maaf kamu baik baik saja kan aku ingin memastikan kamu baik baik saja." Ucap Alvin ingin mendengar bahwa dhanisa baik baik saja. "Iya aku baik baik aja sudah kamu kembali saja ke kelasmu" ucap Dhanisa yang ingin semua mata yang tertuju padanya berhenti melihatnya. "Baiklah kalau begitu sampai jumpa nanti Dhanisa" ucap Alvin sambil pergi meninggalkan Dhanisa.
Dhanisa langsung menghela nafas dan merebahkan kepalanya di atas mejanya. "Ahahaha Alvin ternyata imut juga ya nis, polos banget sampai aku kepikiran aneh aneh barusan karna ucapannya itu ahahahhaha" ucap Liana saat melihat Dhanisa begitu kerepotan seperti itu. "Apaan dia itu seperti orang paling cantik aja nyuruh si alvin pergi begitu saja, emang dia siapa sok cantik banget." Ucap Rena. Rena orang paling merasa dirinya cantik dan merasa dirinya yang paling kaya di sekolah itu. Dia juga memiliki dua orang pengikutnya yang sifatnya sebelas duabelas. Liana yang mendengar itu Liana kesal dan ingin marah kepada Rena. Saat liana ingin berdiri dan marah tangan Dhanisa menahannya. "Sudahlah biarkan saja dia mau bilang apa Liana." Ucap Dhanisa yang paham jika sahabatnya itu begitu kesal karna di omongin dari belakang. Liana yang di tahan akhirnya ia menahan emosinya karna sahabatnya. Tapi tetap saja Liana menengok ke arah Rena seperti menunjukan taringnya. Dan pelajaran di kelas pun di mulai.
Saat istirahat Dhanisa duduk di bangku taman seperti biasanya sambil membaca novel. Kali ini Alvin tak datang menghampiri ia. "Apa aku tadi begitu kasar ya ke Alvin sampai dia gak datang" Ucap Dhanisa dalam hati lalu Dhanisa menggelengkan kepalanya dan kembali membaca novelnya. Tiba tiba Dhanisa mendapatkan telpon dari ibunya yang jarang sekali menelpon dia di saat jam sekolah. Dhanisa mengangkan telponnya. "Halo, bu kenapa?" Ucap dhanisa. "Halo Dhanisa kamu bisa izin ngak coba kamu cek adekku itu di sekolahnya mama baru dapet telpon dari pihak sekolahnya katanya dia pingsan dan badanya panas" ucap mama Dhanisa. Dhanisa yang mendengar itu dia bergegas ke ruang wali kelasnya. "Bu Yanti maaf Bu saya mau izin Bu sepertinya adik saya lagi sakit di sekolahnya." Ucap Dhanisa dengan tergesah gesah. Ibu Yanti yang mendengar itu langsung mengiyakan Dhanisa. Karena Dhanisa juga salah satu murid kesayangnya. "Tapi kamu kesana mau pakai apa kan kamu gak bawa kendaraan Dhanisa." Ucap ibu Yanti. Dan saat itu Alvin lewat depan pintu ruangan Bu yanti. "Alvin sini nak kamu bawa kendaraan kan bisa ngak temenin Dhanisa adeknya sepertinya sakit. Nanti ibu minta izinkan ke gurumu." Ucap ibu Yanti. Dhanisa yang begitu panik. Dan Alvin langsung mengiyakan. Dan Alvin segera mengambil mobilnya.
Dhanisa dan Alvin kini pergi menuju ke sekolahnya Nusa. Alvin berusaha untuk membuat Dhanisa tenang dan tak panik. Dan Dhanisa kini tangannya di pegang lagi oleh Alvin. Dhanisa yang panik kini pelan pelan mengatur nafasnya agar lebih tenang dan tak begitu panik lagi. "Tenang dulu ya Dhanisa berdoa aja adikmu gak kenapa kenapa." Ucap Alvin menenangkan Dhanisa. Dhanisa kini terlihat tak begitu panik. Alvin membawa mobil dengan sedikit mengebut agar cepat sampai. Sesampai di sekolah Dhanisa langsung menuju ke UKS melihat kondisi adiknya. Adiknya terbaring pucat padahal saat pagi adiknya terlihat baik baik saja. Dhanisa mengecek jidat adiknya dengan tangannya begitu panas dan Dhanisa langsung pamit ke wali kelas Nusa untuk membawa Nusa ke rumah sakit. Dhanisa meminta tolong ke Alvin agar di beri tumpangan ke rumah sakit. Dan mereka pergi ke rumah sakit bersama.
Dhanisa begitu panik dari sebelumnya karna kini badan adiknya begitu panas membuat ia takut adiknya kenapa kenapa. Saat di rumah sakit Dhanisa langsung di bantu oleh petugas rumah sakit. Dhanisa yang menunggu adiknya yang sedang dalam pemeriksaan dokter Alvin menemaninya sambil memegangin tangannya agar Dhanisa tak begitu panik. Dhanisa tak banyak berbicara Alvin juga tak bisa menghiburnya. Saat ini Dhanisa tenggelam dalam pikirannya. Memikirkan kondisi dan dia juga menyalahkan dirinya karna tak memperhatikan adiknya.
Kini dalam heningnya lobby di rumah sakit Dhanisa hanya bisa bersandar dalam pelukan Alvin. Tanpa banyak kalimat terucap kini mereka hanya menunggu konfirmasi dari dokter sudah 10 menit berlalu. Akhirnya dokter keluar dari ruang IGD. Dhanisa segera menghampiri dokter yang keluar dari ruang IGD. "Bagaimana dok adik saya dia baik baik saja kan?" Tanya Dhanisa. "Tenang saja adikmu, dia mungkin stres emosinya ngak stabil yang membuat dia kelelahan dan pingsan. Apa dia mempunyai masalah? Hanya beberapa kejadian yang pernah terjadi seperti ini, apa mungkin karna orang tuanya. Sepertinya orang tau kalian tidak ada disini." ucap dokter itu membuat dhanisa terdiam dan tertunduk. Lalu dokter itu meninggalkan Dhanisa yang terdiam di depan pintu. Alvin hanya bisa memegangin Dhanisa memastikan dia tidak tumbang. Tak berapa lama Dhanisa langsung masuk ruangan IGD dan menghampiri Nusa yang masih terbaring tak sadarkan diri. Dhanisa menangis sambil memegang erat tangan adiknya itu. Alvin yang melihat Dhanisa menangis dia pergi keluar dan menunggu di luar ruangan IGD tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR LOVE
Teen FictionDhanisa. Gadis cuek yang menghabiskan waktunya dengan membaca novel. Dan Alvin, pria tampan yang begitu ceria. Alvin selalu menganggu Dhanisa. Demi mendapatkan perhatian dari Dhanisa. Dhanisa memiliki keluarga yang sibuk. Membuat Ia dan adiknya jar...