Ep.07

1 0 0
                                    

Dhanisa menangis dalam rasa bersalahnya tak bisa memperhatikan adiknya. Sedangkan Alvin duduk di lobby depan ruangan IGD. Tak lama kemudian datang pasangan suami istri yang menghampiri Alvin. "Permisi mas tau dimana ruang IGD yang anak bernama Nusa didalamnya?" Tanya wanita kepada Alvin yang sedang menunggu. Alvin hanya menunjuk ke ruangan di depannya. Wanita tersebut berterima kasih kepada Alvin dan segera masuk bersama suaminya kedalam ruang IGD tersebut.

Tak lama kemudian terdengar suara dhanisa dari dalam ruang igd dengan penuh amarah. Alvin yang mendengar emosi Dhanisa itu dia langsung bergegas masuk dan melihat kondisi dalam IGD. Dhanisa begitu marah terhadap wanita yang sebelumnya bertanya pada Alvin. "Sekarang lihat Nusa pingsan. Dia membutuhkan ibu, ibu selalu saja sibuk dengan kerjaan. Dhanisa tak membutuhkan ibu tapi lihat Nusa dia masih kecil dia masih butuh perhatian dari ibu, tapi mengapa?" Ucap Dhanisa selagi membentak ibunya. "Dhanisa, tenanglah adikmu hanya pingsan. Dia bukan di panggil yang berkuasa." Ucap ayahnya Dhanisa. Alvin yang tak mau ikut campur urusan keluarganya Dhanisa dia memilih kembali keluar. "Apa ayah bilang hanya pingsan? Ayah bagaimana jika Nusa sakit bagaimana jika itu mempengaruhi mentalnya? Apa ayah pernah memikirkannya?" Ucap Dhanisa. Di saat Dhanisa marah kepada kedua orang tuanya. Nusa tersadarkan "kakak kenapa kakak marah marah ke ibu sama ayah?" Ucap Nusa yang baru saja tersadar dan melihat Dhanisa marah ke orang tua mereka. Dhanisa yang mendengar Nusa sadar ia langsung bergegas lari keluar ruangan. Alvin yang melihat Dhanisa pergi keluar dia mengikuti Dhanisa.

Alvin melihat Dhanisa menangis di bangku taman rumah sakit. Alvin pun langsung duduk di samping Dhanisa dan mencoba memegang tangan Dhanisa. Tapi Alvin di kejudkan dengan respon dari Dhanisa yang malah langsung memeluknya. Karena Dhanisa saat ini benar benar merasakan butuh seseorang yang bisa ia jadikan sandarannya. "Su.. sudah sudahlah Dhanisa jangan nangis, everything Will be okay. Dan adikmupasti akan cepat membaik" Ucap Alvin sambil mengelus rambut Dhanisa. Dhanisa tak merespon ucapan Alvin. Dalam situasi hening hanya terdengar Isak tangis dari Dhanisa dan suara burung burung di taman itu. Setelah Dhanisa merasa baikan Dhanisa pelan pelan melepaskan pelukannya dari Alvin. Alvin memberikan Dhanisa air mineral yang sudah merasa dirinya lebih baikan. Sejenak Dhanisa terdiam dan melihat ke arah botol mineral itu. Dan Dhanisa baru menyadari kalau seharian ini dia sangat merepotkan Alvin dan dia belum ada berterima kasih sama sekali. "Eh... Alvin maaf ya aku hari ini banyak banget ngerepotin kamu. Kalau ngak ada kamu aku gak tau deh hari ini aku bakalan bagaimana. Sekali lagi aku minta maaf ya sudah ngerepotin kamu dan makasih sudah nolongin aku hari ini" ucap Dhanisa ke alvin. "Ah... It's fine kamu gak ngerepotin kok. Padahal aku kan ngak ngapa ngapain" balas Alvin. "Tapi kalau kamu gak ada, aku pasti bakalan ke sekolahnya Nusa mungkin naik bis atau ikut angkot. Belum lagi pas aku mau bawa Nusa ke rumah sakitnya kan. Pasti bakalan makan waktu lebih lama. Karna kamu semua jadi lebih baik" ucap Dhanisa. "Iya sih, btw kondisi adekmu gimana?" Balas Alvin dengan singkat. "Nusa sudah sadar kok makanya sekarang aku tinggal biar dia disana bisa bareng orang tuaku" ucap Dhanisa dengan sedikit senyum. Alvin sedikit senang melihat Dhanisa sudah mulai tersenyum. "Syukurlah kalau adekmu sudah sadar. Btw Dhanisa maaf nih bukannya mau ikut campur atau gimana. Tadi kamu marah marah itu kenapa?" Ucap Alvin dengan santai. Dhanisa langsung mulai kembali cemberut dan Alvin menyadarinya kalau ia baru saja menanyakan hal yang tak seharusnya ia tanyakan di situasi itu. "Eh... Kalau kamu gak mau ceritain juga gak apa apa kok."sambung Alvin dengan cepat setelah melihat perubahan expresi Dhanisa tersebut. Dhanisa kini kembali diam dan mengangkat kepalanya melihat ke arah langit biru yang cerah. "Maaf Vin soal itu mungkin aku gak bisa ceritakan. Btw kamu gak masalah ketinggalan pelajaran hari ini?" Ucap Dhanisa sambil menatap Alvin dengan lembut. Alvin sejenak membuat tatapannya agar tak kontak mata langsung dengan Dhanisa. "Gak apa apa sih. Dari dulu aku malah pengen banget bolos, cuman gak tau dari dulu mau bolos karena urusan apa. But sekarang kesampaian bisa bolos. bukan seneng seneng malah situasinya tegang gini." Ucap Alvin. Dhanisa tertawa kecil mendengar jawaban Alvin. Dan akhirnya mereka bertukar cerita satu sama lain hingga membuat mood Dhanisa kembali ceria. Di waktu yang bersamaan Alvin tak menyadari bahwa dari tadi dia sedang di pantau oleh ayah Dhanisa dari jendela ruang IGD.

Alvin dan Dhanisa kini kembali ke ruang IGD. Saat masuk Dhanisa di sambut oleh adiknya dan kedua orang tua Dhanisa berterima kasih kepada Alvin yang sudah membantu Dhanisa. Terpancar senyuman hangat dari keluarga kecil yang sedang berkumpul di hadapan Alvin. Sejenak Alvin tersadar hari sudah sore dia pamit untuk pulang. Dan di saat bersamaan ayah Dhanisa juga ingin pergi keluar untuk mengurus adminitrasi. Jadi mereka pergi keluar bersama.

Suasana mereka berdua begitu tegang untuk Alvin. Lalu tanpa basa basi ayah Dhanisa langsung menanyakan sama Alvin. "Alvin, kamu suka ya sama anak saya?" Alvin yang mendengar hal tersebut dia terkejut. Alvin mengambil nafas panjang sejenak dan mengatakan "saya bukannya ngak mau bilang sayang anak om. Tapi saya juga masih ragu bisa membuat Dhanisa bahagia." Ayahnya Dhanisa melihat Alvin sejenak dan kembali melihat ke arah jalan. "Bukan saya tak mau anak saya pacaran. Tapi Dhanisa itu anak perempuan saya. Saya ngak mau ada lelaki yang menyakiti dia." Ucap ayah Dhanisa ke alvin. Alvin bingung apa yang sebenarnya ayahnya Dhanisa ingin sampaikan ke ia. "Maaf om maksud om gimana?" Ucap Alvin minta penjelasan apa yang di maksud ayah Dhanisa. Tapi ayah Dhanisa hanya tersenyum dan mengatakan. "Ah... Bukan apa apa saya harap kamu. Menjaga anak saya ya. Hibur terus dia jika dia di sampingmu." Ayahnya Dhanisa merasakan bahwa Alvin tak memiliki niat buruk seperti banyak lelaki bejat di luar sana. Alvin mendengar hal tersebut dia merasa seperti mendapatkan restu untuk bersama Dhanisa. Tapi siapa yang tau apa itu yang sebenarnya ingin di sampaikan ke Alvin atau itu hanya sugesti dari pemikiran Alvin. Akhirnya mereka berpisah di depan administrasi Alvin pamit dan langsung pergi meninggalkan rumah sakit. Dalam perjalanan pulang Alvin begitu bahagia tak terkira.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang