16. RUMIT

1.2K 108 17
                                    

Tidak mengharapkan suatu hal tapi datang begitu saja memang terasa sulit. Terlebih harus iklas yang tidak bisa di iklaskan. Rumit memang jika aku bermain bersama kesalahan, kesalahan yang fatal membuat ku harus bertanggung jawab pada diri ku. Bukan hanya aku yang bertanggung jawab tapi dia juga bertanggung jawab. Karna dia lah yang merusak kehormatan ku, kehormatan yang selalu kujaga di rampas dengan paksaan. Berkali kali aku memberontak tapi kekuatan ku tak mampu melawannya. 

Aku termenung menatap benda kecil yang berada di tangan ku, untuk pertama kalinya aku mencoba beda ini. Benda yang menentukan nasib ku kelak. Setiap detik ku lewati dengan menangis bahkan sampai detik ini dan tak tau kapan aku akan berhenti menangis. Benda penentu nasib memberikan sinyal, benda itu berkata dengan isyarat garis. Hati ku berdebar saat menunggu benda itu memberikan isyarat pada ku. Dan ternyata kesedihan ku bertambah saat benda itu memberika isyarat 2 garis merah yang menandakan bahwa ada manusia kecil didalam perut ku. Hidup ku terasa hancur sia-sia. Apa yang sudah ku jaga hilang begitu saja sekarang bukan itu lagi yang harus ku jaga tapi manusia kecil yang hidup di perut ku harus selalu terjaga.

Setelah mengetahui semuanya aku berniat untuk meminta pertanggung jawaban. Dimalam yang begitu dingin aku melangkah menuju ruumah mewah yang jaraknya dekat dengan rumah ku. Di dalam sunyinya malam aku melihat sosok lelaki yang sedang duduk di depan rumahnya bersama secangkir kopi.

"Ada apa vi??" Tanya lelaki yang duduk dan sedang melihat ku

Aku sangat malu sekali melihat lelaki itu. Untuk melihat wajahnya saja aku tak berani "Ada cio nya om?"

"Cio lagi pergi sama momy. Ada apa?"

Hatiku semakin berdebar. Mungkin ini waktunya aku berbicara pada om harlan.

"Vi, om minta maaf ya kejadian kemaren"

Raut wajah ku semakin pucat aku tak kuasa manahan pertahanan air di mata ku. Air mata yang tadinya sudah kering kini kembali membasahi pipi kembali "Kamu kenapa vi?" Tanya om harlan

Nafas ku tersengah sengah. Tangisan ku semakin menjadi "hiks...hiks Vivi hamil om"

"Ya tuhan" lirih om harlan

*

Apa kau tau perasaan ku? Apa kau tau isi hati ku? Apa kau tau aku masih mencintai mu? Aku tau kau tak mungkin kudapatkan lagi tapi tong jangan suruh aku pergi untuk melupakan mu karna aku tidak bisa. Memahami hidup ku cukup rumit tapi mencintai mu itu sederhana. Aku tau kau luka dengan perihnya hati mu karna ku tapi niscaya lah luka mu akan sembuh dan maafkan aku yang pernah ada di hidup mu sampai saat ini. Aku mencoba belajar iklas mengeluarkan kau dar hari ku tapi tak bisa karna kau abadi ada di hati.

Serumit itu kisah hidup ku. Aku mencintai lelaki tapi aku menikah dengan yang lain dan menjadinkan lelaki itu sebagai anak tiri ku. Posisi yang salah dan seharunya tidak seperti ini, harusnya aku yang menikah bersama nya dan meraih impian bersama tapi kni semua salah ku. Ya Nasi sudah menjadi bubur aku sudah terlalu jauh melangkah sehingga menengok keblakang saja sulit bagi ku.

Pernikahan ku kali ini banyak yang terluka. Pernikahan yang tak wajar bagi ku karna ini bukan impian ku. Andai saja aku bisa menikH dengan lelaki impian ku mungkin bukan seperti ini ceritanya.

Sesuai sepakatan om harlan jika menikahi ku hanya karna tanggung jawab selebihnya om harlan menggapku sebai anak bukan sebagai istri. Karna bagi om halan tante ve lah satusatunya belahan jiwa yang tak akn terganti dan aku pun sangat menerima kesepakatan itu. Sebagai wanita aku juga mengerti perasaan rapuh yang sedang tante ve alami. Setiap tatapan dengan air mata membuat ku rapuh tak kuasa melihat begitu besar hati seorang Jessica Veranda Harlan. Tatap berbeda dari sang anak, saat gracio melihat ku saja ia terasa jijik.

Siapa yang mau menjadi perusak rumah tangga? Pasti tidak ada yang mau karna itu perbutan yang salah dan Aku tau aku salah tapi aku juga tidak mau kondisi seperti ini andai saja aku bisa memilih akan takdir mungkin aku akan memilih gracio untuk menikah dengan ku tapi nyatanya tidak bisa.

-•-

Iklasnya orang bisa berbeda-beda dan banyak macamnya sama seperti vivi yang iklas dengan keadaan tapi ia belum mampu iklas membuarkan gracio pergi dari hatinya. Di hati vivi masih tertera jelas lelaki yang selama ini masih ia cintai, lelaki yang dulu sama sama mencintai tapi saat ini tak mau di cintai karna mencintai sangat mudah yang rumit itu saling mencintai. Rindu yang semakin menusuk tapi persaan ia biasa saja bahkan tidak ada rasa lagi di hatinya

Jogja begitu indah sore ini setelah vivi menyelesaikan kegiatannya di kampus ia di jemput oleh harlan. Lama menunggu dihalte akhirnya mobil itu sampai di hadapan vivi. Seperti niat awal harlan setelah menjemput vivi dirinya akan menjemput eve.

"Dad" unjar vivi sedari tadi ia menahan untuk berbicara pada harlan

"Kenapa?"

"Aku masih sayang sama cio, dan hati aku nggak bisa di ubah. Perasaan ku ke cio itu abadi dad"

"Terus mau mu gimana?"

"Aku mau menikah dengan gracio"

Harlan pun kaget seketika ia memberhentikan mobilnya . "Apa kamu serius?"

"Ya serius dad"

Harlan mengatur nafasnya "Dady tau paham kamu harus hidup bersama dengan orang yanng kamu sayang tapi kenapa harus gracio??"

"Karna aku masih cinta dad"

"Vi, gracio udah bahagia sama shani, dan Dady ngak mau merebut kebahagiaanya. cukup sekali dady membuat gracio menderita"

"Dad.."

"Enggak, Dady nggak akan setuju"

"yaudah kalo itu mau dady.. aku bongkar semua rahasia kita"

"kamu gila? Kamu mau gracio makin parah??

"Ya aku gila, ini semua juga karna ulah dady. Coba dari dulu Dady nggak usah sok jadi pahlawan dan nikahin aku, ceritanya juga nggak akan begini, gracio nggak akan pernah marah sama Dady, mommy juga akan baik-baik aja. aku sedih dad liat momy yang selalu murung tapi tetep baik. Dad udah cukup aku ngerusak rumah tangga dady sekarang biarkan aku bahagia denga pilihan ku."

"Setelah eve lahir saya udah ngelepas kamu. Bebasin kamu untuk pilih kehidupan yang kamu mau. Tapi saya minta tolong jangan gracio"

"Gak bisa! Pokoknya aku harus sama gracio"

"Vi tolong lah... gracio sedang bahagia bersama shani, jangan kamu rusak kebahagian dia"

"Aku yakin gracio akan bahagia bersama aku bahkan jauh lebih bahagia"

Harlan menarik nadas dengan berat setiap tarikan nafas otaknya selalu berfikir, bukan cuman otak tapi perasaanya sedang bermain. Harlan tak mau lagi merusak kebahagian anaknya.

"Saya nyerah dan kamu lakukan semau mu. Tapi saya yakin cinta mereka tidak akan pernah bisa lepas. Dan kamu akan berjuang sia sia"

"Perjuangan ku nggak akan sia sia. Bahkan aku tidak usah berjuang hanya membikarrahasia dan ku yakin gracio yang akan berjuang untuk ku" vivi tersenyum licik

"Yah kita liat aja, gracio tidak sebodoh itu untuk percaya kata-kata mu"

Vivi tersenyum ia merasa bahwa dirinya telah menang dan sebentar lagi gracio akan berbalik pada cintanya.

.
.
.
Typo bertebaran
Jangan lupa vote dan commet

19/03/2020

BetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang