Bab 8.B

35.8K 5K 372
                                    

Selamat malam minggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat malam minggu....... Vote komen jangan lupa yaaa... hahahhaha


"Perasaanku saja, atau kamu memang terlihat lebih cantik hari ini?" Ya Tuhan! Pipi Aurel memanas karena ucapan itu.

"Mungkin perasaan kamu saja." Aurel mencoba mengendalikan dirinya dan bersikap senormal mungkin.

Ivander tersenyum. Dengan spontan dia menunduk dan berbisik "Kalau begitu, aku ingin memiliki perasaan seperti ini sampai nanti, selamanya." ucapnya nyaris tak terdengar sembari mencuri sebuah kecupan singkat di pipi Aurel sebelum pria itu pergi dan kembali ke arah Alaya. Meninggalkan Aurel dengan wajah merah padamnya, dan juga dengan perut yang seakan penuh dengan ribuan kupu-kupu di dalam sana.

Apa Ivander sedang menggodanya? Apa pria itu sedang merayunya? Kenapa???

********************************

Bab 8.B


Ketiganya pulang saat hari sudah mulai malam, karena tadi, Alaya merengek agar mereka makan malam bersama di sebuah restaurant. Kini, gadis kecil itu bahkan sudah tertidur di jok penumpang. Menginggalkan Aurel dengan Ivander yang hening sepanjang perjalanan pulang.

Sesekali, Ivander melirik ke arah Aurel. Perempuan itu banyak diam, tidak cerewet seperti biasanya, dia lebih banyak melamun sembari mengusap-usap perutnya yang sudah tampak terlihat. Padahal, Aurel baru hamil 3 bulan, tapi perutnya sudah terlihat sedikit mungil. Ivander melupakan fakta bahwa ada dua janin di dalam sana, dan dia juga hampir lupa bahwa kedua janin itu masih dalam sengketa. Seharusnya dia tak perlu terlalu memperhatikan kehamilan Aurel, kan?

Ivander mendengkus sebal. Dia tidak suka suasana hening seperti ini, dan dia lebih tidak menyukai pemikiran bahwa Aurel kembali mengandung bayi pria lain.

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Ivander tiba-tiba yang seketika itu juga membuat Aurel menatap ke arahnya.

"Tidak ada." Aurel menjawab pendek.

"Katakan saja. Sejak tadi kamu banyak diam."

Aurel menghela napas panjang, dia mempertimbangkan untuk mengatakan pada Ivander tentang undangan Olivia tadi. "Olivia, temanku tadi. Aku masih memikirkan undangannya."

"Lalu?"

"Dia salah seorang teman terbaikku, walau kami sudah hampir tak pernah berkomunikasi."

"Jadi?"

"Aku mau datang, tapi ragu."

"Kenapa?" tanya Ivander sedikit penasaran.

"Di sana, aku pasti akan bertemu banyak teman-teman seangkatanku. Kemungkinan mereka..." Aurel menggantung kalimatnya. "Kamu pasti tahu bukan, kalau di akhir tahun pelajaran saat itu aku bahkan menyelesaikannya dengan cara yang dramatis?"

The Guardian DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang