Bab 9.B

40.3K 5.7K 505
                                    

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading... VOTE KOMEN jangan lupaaa... muwaahhhh

Aurel merasa sangat terhina "Kamu benar-benar bajingan." Aurel mendesis tajam. "Mereka adalah milikmu. Aku tidak pernah disentuh siapapun kecuali sama kamu!"

Ivander tersenyum miring. "Sayang sekali, aku adalah orang realistis yang berbicara dengan data dan bukti. Maaf." Ivander memunguti pakaiannya dan kembali masuk ke dalam kamar mandi.

"Bajingan kamu Ivan. Aku membencimu! Aku sangat membencimu!" seru Aurel yang sudah diiringi dengan tangisan.

Benci? Benarkah dia bisa melakukannya?

*************************************

BAB 9.B


Keesokan harinya, mereka sarapan bersama. Seperti tak terjadi apapun semalam. Aurel bersikap biasa-biasa saja karena ada Alaya di sana. Pun dengan Ivander. Dia mengabaikan Aurel yang masih berkutat di dapur dan memilih bercakap-cakap dengan Alaya.

"Daddy, Alaya tadi malam mimpi."

"Mimpi apa?"

"Adik kembarnya cowok dan cewek. Yang cewek mirip banget sama Alaya. Yang cowok mirip banget sama Daddy."

Ivander tersenyum. "Kenapa tidak mirip sama Mommy?"

"Karena, teman-teman Alaya pada bilang, kalau Alaya mirip sekali sama Daddy. Makanya, adek-adek juga harus mirip sama Daddy dong..."

Ivander meraih Alaya hingga terduduk di atas pangkuannya. "Coba, tunjuk mana yang mirip?" tantang Ivander.

"Ini..." Alaya menunjuk hidung mancung Ivander. Kemudian menunjuk hidungnya sendiri "Mancung kan?"

"Punya Mommy juga mancung." Ivander belum ingin mengalah, dia kembali menggoda Alaya.

"Ini..." Alaya lalu menunjuk sebuah tahi lalat di telinga Ivander. "Alaya juga punya." Ivander baru tahu bahwa Alaya memiliki tahi lalat disana seperti dirinya.

"Well, itu hanya kebetulan." Ya, siapapun bisa memiliki tahi lalat ditempat yang sama, kan?

Aurel datang dengan membawa beberapa piring dan menatanya di meja makan. "Alaya, kembali ke tempat duduk kamu. Jangan ganggu Daddy, Daddy masih nggak enak badan." ucapan Aurel membuat keduanya menatap ke arah perempuan itu. "Lagi pula, Alaya lebih mirip dengan Mommy. Lihat, warna mata kita sama, Alaya kan perempuan, masa dimirip-miripin sama Daddy, sih..."

Tak tahu kenapa, Ivander tersinggung dengan ucapan Aurel. Alaya memang bukan darah dagingnya, tapi apa salah jika Alaya ingin mirip dengannya.

"Yang penting, Alaya nggak mirip sama Om Mario."

"Ivan!" Aurel berseru keras dengan spontan karena ucapan Ivander tersebut. Alaya bahkan sempat terkejut dengan ulah ibunya itu.

"Benar, kan, apa kataku? Bukannya wajar kalau Alaya mirip dengan Daddynya, bukan dengan Omnya?" sindir Ivander setenang mungkin.

The Guardian DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang