lima

7.3K 794 240
                                    

Hening. Suasana itu yang terasa setelah Bimo mengatakan siapa mendiang istrinya. Seorang wanita yang telah memberikan seorang putri secantik Sera.

"Kami menikah karena sebuah perjodohan." Bimo menarik napasnya dalam - dalam lalu ditutup dengan sebuah tawa yang justru membuat Shani khawatir karena Shani merasa itu bukan sebuah tawa bahagia, tawa itu penuh dengan luka.

"Aku menolak keras perjodohan itu pada awalnya. Tapi aku enggak tahu, Elsa justru bersikukuh menerima perjodohan itu tanpa ada niat menolaknya."

Lagi, Bimo terkekeh sambil menundukan kepalanya. "Dulu aku dendam banget tuh sama dia apalagi kalau inget gara - gara Elsa kamu jadi sering sakit hati, kesel gitu bawaannya kalau lihat Elsa, mana dia bawel banget."

Tawa Bimo berubah menjadi senyuman hambar. "Sebelum aku tahu kalau itu cara dia buat nutupin lukanya."

"Aku berusaha keras buat batalin perjodohan itu, namun tetap gagal. Persis setelah aku sama dia menyandang gelar sarjana, kami bertunangan. Tapi aku enggak patah semangat, aku cari berbagai jalan untuk membatalkan pernikahan itu, minimal mengulur waktu agar aku punya waktu yang cukup buat batalin."

Bimo mengangkat kepalanya dan kembali menghela napas. "Tapi pada akhirnya kami menikah enam tahun lalu, setelah bertahun - tahun terikat sama tali pertunangan yang nyatanya memang enggak bisa saling kami lepaskan. Apalagi setelah aku tahu kalau dia...dia enggak sekuat yang aku pikirin selama ini."

Tes

"Maafin aku El....maafin aku..."

Bimo segera menghapuskan air matanya dan menoleh ke arah Shani yang tengah menatapnya prihatin.

"Eh, aku malah curcol gini ya? Maaf ya Shan," ucapnya sambil tertawa.

Shani hanya mengangguk sambil tersenyum lembut. Ia mengusap punggung Bimo berusaha memberi kekuatan. "Elsa pasti beruntung dan sangat bahagia punya suami sebaik kamu ya Bim?"

"Ya Shan, aku harap gitu."

Bimo mengangguk lalu tertawa lebar. "Pasti lah, suaminya ganteng sama tajir gini."

Shani menggelengkan kepalanya. Ia menatap Sera dengan hati terenyuh. Sera dan Lingga, sama - sama harus hidup tanpa orangtua yang lengkap. Jika Sera sudah pasti ibunya tak ada karena harus berpulang? Sedangkan Lingga? Entahlah, bahkan Shani tak tahu keberadaan ayah biologis anaknya itu berada.

"Sera cantik banget Bim, Elsa pasti senang banget ya punya Elsa."

Bimo mengangguk pelan. Air mata kembali menetes di wajahnya namun secepat mungkin ia hapus.

"Aku bersyukur banget Sera hadir di kehidupan aku dan Elsa, dia malaikat kecilku Shan."

Bimo kembali menoleh ke arah Shani saat menyadari sesuatu. Kehidupan Shani, anak Shani yang lain, usia Lingga dan suaminya.

"Shan?"

"Hmm?" Sahut Shani sambil menengok.

"Lingga bukan anak itu kan?"

Shani mengerutkan keningnnya. "Maksudnya gimana?"

Bimo mengembuskan napasnya kasar. "Lingga bukan anak kamu dan Delta yang kamu kandung pas SMA kan?"

***

"Terima kasih Bim udah dianterin lagi, makasih juga ya udah bikin Lingga happy banget hari ini." Ucap Shani tulus sambil mengusap punggung Lingga yang tampak nyaman tertidur di dalam pelukannya. Kelelahan bermain membuatnya langsung tertidur di dalam pelukan sang bunda saat perjalanan pulang.

Terulang Kembali ( a sequel of BELUM Berakhir) sudah Tersedia Dalam Bentuk EbookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang