PROLOGUE

1.1K 100 36
                                    

Langit malam kota Busan terlihat indah. Berhiaskan ribuan kerlap-kerlip bintang yang seakan menari-mengikuti alunan deburan ombak kala menyapa bibir pantai. Ingar-bingar kota yang terdengar sayup-sayup pun turut meramaikan rungu para pengunjung pantai.

Pantai Haeundae yang terletak di Haeundae-go, Busan semakin dipadati para pengunjung yang didominasi oleh kaum muda-berpasangan yang tengah mabuk asmara kala menikmati suguhan pemandangan pantai yang berdampingan dengan hiruk-pikuk kota. Kecuali, Kim Sohyun.

Gadis bersurai indah yang sedang duduk beralaskan hamparan pasir putih sembari mendekap hampa lantaran keputusannya sendiri. Sepi walau berada di tengah keramaian. Hampir sepanjang malam kedua manik jelaganya menelanjangi kanvas langit yang menyatu dengan laut seperti saat ini.

"Sohyun-ah!"

Sebuah suara menyadarkan lamunannya, sehingga kedua tangannya dengan cepat mengesat bulir bening yang berhasil meloloskan diri dari bingkai almondnya. Sohyun berbalik dengan lengkungan yang merekah kala dirinya mendapati sosok pria berparas tampan yang sedang berlari ke arahnya.

Wajah tampan itu semakin menawan saat semilir angin malam mempermainkan surai legamnya. Menciptakan sensasi debaran yang kian meletup tak karuan. Kalau saja sebuah jitakan tak mendarat di kepala Sohyun dengan segera, pastilah gadis Kim itu terbuai hingga melayang di udara.

"Oppa! Tidak bisakah kau bersikap lembut kepadaku, huh?!"

Sebelah tangannya masih sibuk mengusap bekas jitakan. Sedangkan, pria bertubuh jangkung di hadapannya malah menarik lengannya.

"Ayo, pulang!"

"Aku tidak mau!"

"Wae? Kau masih kesal dengan keputusanku?"

Sohyun membisu sebelum akhirnya beralih memandang permukaan laut yang bermandikan pantulan cahaya rembulan. Hening sejenak hingga sebuah sentuhan di punggung tangannya menyedot seluruh atensinya. Pria berkemeja itu mengikuti Sohyun-duduk menikmati pemandangan langit malam.

"Sohyun-ah, sampai kapan kau akan mempertahankan egomu?"

Bibir mungil Sohyun mengerucut seraya melayangkan tatapan tajam, berharap agar lawan bicaranya segera menciut dan beranjak pergi meninggalkannya seorang diri.

"Sampai oppa berhenti mencampuri urusan hatiku."

Helaan napas kasar pun berhambur keluar bersamaan manik matanya yang berotasi jengah. "Bagaimana aku tidak mencampuri urusan hatimu jika saja kau selalu menolak para pria yang berniat melamarmu. Bahkan appa sampai jatuh sakit, karena terus memikirkan putrinya yang belum menikah di usia yang nyaris menginjak kepala tiga."

"Aku akan menikah," balas Sohyun seraya beranjak dari duduknya.

"Kapan? Dengan siapa?"

Sohyun membisu, membiarkan kedua bola obsidiannya menelisik berbagai bangunan tinggi-berlampu yang berjajar membingkai garis pantai. Pertanyaan menuntut yang terlontar dari bibir pria yang berusia lima tahun lebih tua darinya seakan membuat lidah Sohyun kehilangan fungsi untuk merangkai kata. Sehingga, kini hanya membawa kedua tungkainya terayun meninggalkan pria berkemeja tersebut dengan pertanyaan yang masih tergantung di udara.

CONSCIENCE [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang