02. CLOSER

16 1 0
                                    

"Aku pulang!"

Aku menutup pintu dan melepas sepatuku. Ibu keluar dari dapur dan mengucapkan selamat datang padaku.

"Bagaimana sekolah hari ini?" Tanya ibu.

"Sama saja seperti biasanya."

Ibu tersenyum, "Cepat ganti pakaianmu dan bersihkan dirimu. Setelahnya makan, ya."

"Baik, bu."

Ibu pun kembali ke dapur dan aku pergi ke kamarku yang ada di lantai dua.

Kehidupanku belakangan ini berjalan normal. Tidak ada sesuatu yang spesial. Tapi, musim gugur ini yang spesial bagiku. Aku benar-benar menyukai keindahan musim gugur ini. Mungkin, di musim ini aku akan sering berjalan-jalan sepulang sekolah sejenak. Menikmati indahnya sore hari di musim ini seperti tadi.

Hanya saja, tadi sedikit aneh. Sebelum hari ini, aku tidak pernah melihat perlintasan kereta api yang seperti itu. Akan sangat berbahaya jika kereta melintas di sana. Apa tempat itu sudah tidak dilintasi kereta api lagi, sehingga dipasang tali merah sebanyak itu?

Entahlah. Aku baru melihatnya hari ini. Sungguh sore yang aneh.

Aku pergi untuk membersihkan diriku, kemudian mengganti pakaianku. Setelahnya, sesuai perkataan ibu tadi, aku kembali ke bawah untuk menikmati makan malamku.

.
.
.
.
.
.

Hari berjalan dengan cukup membosankan hari ini. Namun, saat istirahat, aku memutuskan untuk menikmati keindahan musim ini sembari memakan bekalku bersama teman satu kelasku.

"Kau benar-benar menyukai musim gugur, ya. Kau selalu memandangi pemandangan di luar."

Begitu kata mereka ketika aku memandangi keindahan musim gugur. Memang. Aku melihatnya setiap saat. Itu kadang membuatku hilang fokus saat belajar. Tapi, semuanya baik-baik saja. Aku bisa menanganinya dengan baik.

Semua itu kulewati hingga waktu pulang sekolah tiba. Di saat seperti ini, aku bisa bebas berjalan-jalan menikmati musim gugur hari ke delapan ini.

Saat aku keluar dari sekolah. Aku melihat tali merah menghiasi pohon dan juga tiang di luar lingkungan sekolah.

Sepertinya pelakunya belum berhenti menghias lingkungan ini.

Aku dan Reina kembali berjalan ke rumah bersama. Reina menceritakan banyak hal dan aku terfokus pada tali merah yang melingkari batang pohon dan juga tiang.

Aku kembali berpisah dengan Reina ketika sampai di depan gang rumahnya dan aku masih harus berjalan lagi sedikit lebih lama. Namun, aku ingin kembali melihat perlintasan kereta api yang penuh dengan tali merah itu.

Aku kembali mengikuti arah tali merah itu hingga aku menemukan perlintasan kereta api itu. Dari kejauhan, aku bisa melihat Soul yang terlebih berdiri membelakangiku dengan pakaian yang sama seperti kemarin yang berupa kemeja putih dengan rompi hitam bagaikan seorang pelayan kafe.

Aku berlari menghampirinya dan memanggil namanya kencang.

"Soul!"

Dia berbalik melihatku yang berlari ke arahnya dengan senyuman yang sama. Senyuman hangat itu.

"Kau kembali lagi, ya, Hikari?"

Aku berhenti berlari setelah aku sampai di hadapannya dan terkekeh, "Aku hanya ingin menikmati musim gugur ini sembari berjalan pulang. Kemudian, aku memutuskan untuk kemari setelah melihat tali merah yang terikat di sepanjang jalan."

"Ah... Begitu, ya?"

"Iya. Kau tahu, Soul? Tadi di depan sekolah juga ada tali ini!"

"Benarkah?"

"Benar! Sepertinya pelakunya masih terus mencoba untuk memenuhi lingkungan ini dengan tali merah."

Ia tersenyum sembari menatap perlintasan kereta api ini.

Setelahnya, aku menceritakan berbagai hal kecil padanya. Entah mengapa aku mudah sekali menceritakan sesuatu padanya. Tentang musim gugur.

Hingga hari mulai gelap.

"Di mana rumahmu, Hikari?"

"Tidak jauh dari sini. Ada apa?"

"Hanya bertanya. Baguslah jika tidak jauh.

"Sebaiknya kau pulang. Hari sudah mulai gelap."

"Baiklah. Kau sendiri... Di mana rumahmu?"

"Sama. Di dekat sini.

"Terima kasih sudah bercerita padaku, Hikari. Kau bisa menceritakan apapun padaku. Mungkin jika ada masalah... Aku bisa membantu."

"Benarkah? Padahal... Kita baru bertemu kemarin."

"Kau sangat percaya diri saat bercerita padaku. Aku pikir... Kau sudah percaya padaku."

Wajahku memerah. Aku malu sekali mengingat aku sudah menceritakan banyak hal pada orang asing, "Aku suka kelepasan. Maaf."

"Tidak apa. Aku senang jika seseorang percaya padaku. Tenang saja. Aku tidak akan berbuat apapun dengan semua yang telah kau bicarakan denganku."

Aku tersenyum padanya. Ini baru dua hari. Tapi, rasanya kami sudah bertemu lama sekali. Aku merasakan kehangatan darinya yang selalu tersenyum padaku dan dia juga senang mendengarkan seluruh curhatanku.

Bagaimana pun... Soul adalah orang yang baik.

Red Autumn (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang