Chapter 8 : We Are On Our Separate Ways

948 100 48
                                    


"Kak Changbin, bisa ngobrol bentar?"

Ketika namanya disebut, Changbin yang sedang mengerjakan tugas di laptopnya itu mau tak mendongak, sedikit tersentak akan kehadiran seseorang yang sesungguhnya tak ingin ia temui.

Disana Amel berdiri dengan mata bengkak, pun memerah padam. Seperti habis menangis, dan Changbin tahu ada sesuatu yang tidak benar.

"Bisa ngobrol disini aja. Sepenting apa sih?"

Bukan Changbin melainkan Hyunjin yang menyahuti gadis cantik itu, namun sepertinya si gadis tak mengindahkan pertanyaan dari Hyunjin yang memang lebih seperti perintah itu. Bahkan memandang Hyunjin saja tidak, netranya hanya tertuju pada Changbin.

"Aku mau ngomong empat mata aja, dan gak disini."

"Kenapa gue harus ngebiarin lo berdua sama Changbin--"

"Jin, bantuin ngetik ini tugas. Gue gak bakalan lama." Tanpa peduli dengan Hyunjin yang hendak kembali melontarkan protes, Changbin mengambil langkah pergi terlebih dahulu. Membawa dirinya dan Amel menjauh dari keramaian, karena ia tahu bahwa apa yang akan mereka bicarakan tak jauh-jauh dari sosok pria yang berhasil membuat dirinya jatuh terjerembab.

"Kakak kan yang bikin Kak Mahe batalin tunangan aku sama dia?"

Tanpa basa-basi, Amel mengudarakan pertanyaan yang lebih seperti tuduhan pada Changbin ketika mereka sampai pada lorong sepi, dibawah tangga yang cukup gelap padahal hari masih siang.

Ia bahkan yang tak tahu-menahu pasal pertunangan yang sama sekali tak disangka itu jelas terkejut, ini pertama kalinya Changbin mendengar kenyataan bahwa Felix telah pergi sejauh itu dari darinya.

"Lo apa? Tunangan?"

"Iya, kita mau tunangan. Tapi beberapa hari yang lalu Kak Mahe tiba-tiba batalin acara tunangan kita yang gak ada satu bulan lagi. Pasti kakak penyebabnya kan?!"

Suara Amel tetap pada oktaf normal, namun begitu dalam dan dingin. Menyimpan amarah yang ditujukan untuk Changbin, yang tak seharusnya mendapatkan beban itu. Jelas Changbin tertawa, lebih merasa geli akan tuduhan yang tak pernah ia lakukan.

"Kalo lo nggak ngomong sekaran, mungkin gue gak bakalan pernah tau. Denger, apa gunanya gue ikut campur urusan lo sama dia? Gak ada."

"Aku tau kakak suka kan sama Kak Mahe! Kakak sengaja deketin Kak Mahe biar diperhatiin! Kakak pikir selama ini aku gak tau?!!"

Lagi-lagi hanya tawa skeptis di udarakan oleh Changbin, dan diterima oleh Amel sebagai cemoohan yang membuat wanita itu mendadak pundung, bibirnya menggeram.

"Entah lo polos atau emang bego, coba lo tanya sama itu orang siapa yang cari perhatian disini. Sebelum lo kenal sama brengsek itu, dia udah lebih dulu nyakitin. Dan sekarang giliran lo."

Changbin itu memang tidak terduga, ia bisa memanusiakan manusia lain dengan sangat baik pula dapat menjatuhkan setiap manusia yang meremehkan nya. Termasuk gadis cantik yang sekarang wajahnya makin merah padam. Padahal Changbin sama sekali tak berniat untuk membenci Amel.

*•*

"Kacau Bin."

Changbin memperhatikan bagaimana Edo menghela napas panjang setelah menceritakan sesuatu yang tak seharusnya ia dengar ataupun tahu.

"Dia bisa tiba-tiba lupa pake sepatu pas ngampus, pulang jalan kaki padahal bawa mobil, ngelamun mulu, dan tadi dia lagi nemuin Pak Anwar. Gara-gara gak sengaja ngebakar tugas anak-anak yang dia bawa, paling di omelin sekarang."

Mungkin diwaktu yang lampau cerita Edo ini akan mengundang tawa bagi Changbin dan berakhir ia kan mengolok-olok dengan puas sosok pria yang sekarang jadi topik pembicaraan mereka. Kendatipun bukannya tertawa terbahak-bahak, ia malah meringis. Merasa bersalah akan sesuatu yang tak seharusnya jadi bebannya. Bukankah disini dirinya pihak yang jatuh paling dalam?

[17] Hello (Goodbye) | Changlix/Felbin [2020] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang