Chapter 4 : Love or Leave

779 95 103
                                    


"Gak mau pulang? Udah malem banget ini."

Lelaki dengan surai cokelat terang yang baru saja selesai membantu Changbin mengganti perban pada kaki juga lengannya itu mendongak, bertemu dengan hazel bening milik pemuda bersurai senada dengan miliknya yang kini terlihat sayu.

"Temen kamu belum balik, aku gak mau ninggalin kamu sendirian."

Changbin menyengir kikuk, semenjak dirinya dan pria yang menyandang status sebagai kekasihnya itu memilih untuk break, ia menjadi lebih canggung. Seakan keduanya adalah orang asing yang sedang dalam tahan perkenalan.

"Dia gak bakal kesini, udah molor itu anak."

"Yaudah, aku nginep disini."

Changbin terdesak ludahnya sendiri mendengar ujaran Felix yang sepertinya tidak sedang bercanda. Mungkin jika hubungan mereka tidak sedang berada diujung tanduk, Changbin akan dengan sangat senang hati mengijinkan Felix menginap di kamarnya.

Changbin tidak akan mampu membayangkan bagaimana sulitnya untuk sekedar bernapas jika mereka harus berdua semalaman utuh. Changbin tidak yakin ia bisa tidur nyenyak. Lagipula dahulu, ketika hubungan mereka masih baik-baik saja, Felix sama sekali tidak pernah menawarkan diri untuk menginap di kamarnya kalau bukan ia yang meminta hingga harus berguling-guling di jalan.

"Lix, kayaknya gak perlu deh--"

"Aksa, kamu masih sakit dan harus ada yang nemenin. Dan aku yang harus nungguin kamu."

Lagi Changbin merasa asing akan panggilan nama yang jarang sekali Felix gunakan untuk dirinya. Ketika obisidian nya masih betah bersirobok dengan milik Felix, hatinya terasa mencelos.

Felix tersenyum padanya. Napasnya tercekat saat itu juga.

Changbin lupa kapan terakhir kali ia bisa melihat senyum Felix dengan benar. Bukan sebuah senyum buatan ketika ia meminta Felix menemani dirinya makan di waktu lampau.

Jika begini, bagaimana cara dirinya merelakan Felix. Bukannya apa-apa, Changbin tahu betul kini ia bukan lagi yang menjadi prioritas utama. Felix punya rasa baru yang kapan saja mampu menyingkirkan posisinya dari hati pria itu.

*•*

"Tangan kamu di pundak aku, biar gampang."

Felix membantu Changbin berjalan keluar dari kamarnya, pemuda itu mengatakan bahwa ia harus masuk kelas karena sudah lama absen. Dan Felix tak bisa melarang, sebab Changbin begitu bersikeras.

Namun karena kakinya yang masih belum bisa digunakan berjalan dengan baik, Changbin bahkan kesulitan untuk sekedar melangkah.

"Sini naik ke punggung gue, lama lo berdua. Telat nih entar."

Hyunjin yang sedari tadi hanya diam memperhatikan bagaimana Felix membantu Changbin berjalan namun berakhir sia-sia itu akhirnya kesal juga, pria itu membungkukkan badan di hadapan Changbin.

"Gak apa-apa, jalan aja gue tuntun bisa kok." Felix sepertinya tidak menyadari dengkusan sebal yang melulu lolos dari hidung Hyunjin. Sedangkan Changbin tak tahu harus menuruti siapa.

"Mata situ buta, ini kakinya Changbin masih sakit ya kremi. Lo suruh jalan ya tahun depan nyampenya," Hyunjin hampir berteriak keras  seraya menuding  wajah Felix. Lantas dirinya kemudian menarik kedua tangan Changbin dari pundak Felix, dan meletakkan lengan sahabat nya ke leher. "Kalo gak mau gendong ini karung beras, biar gue aja."

Dan setelah mengatakan itu, Hyunjin benar-benar menggendong Changbin di punggungnya. Lalu pergi begitu saja meninggalkan Felix yang memilih bungkam di tempat.

[17] Hello (Goodbye) | Changlix/Felbin [2020] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang