9

9 4 2
                                    

Dan disinilah Ferzya berada, dilorong rumah sakit yang lumayan sepi karena jam sudah menunjukan pukul dua belas malam.

Ia berlari lari dengan nafas yang tak beraturan ditambah matanya sembab karena sedari tadi ia menangis.

Pikirannya tidak tenang dengan ucapan Dea tadi,

"Papa lo kecelakaan, gue tadi liat dia dibopong menuju kamar pemeriksaan"

Ferzya tidak menyangka hal ini bakalan terjadi, setaunya tadi pagi ia sempat melihat ayahnya yang baik baik saja dan masih bisa bersikap manis seperti biasanya walaupun ayahnya cukup tegas, namun percayalah ia kadang menjadi sosok humoris didepan anak anaknya.

Langkah Ferzya terhenti didepan pintu kamar rawat, terdapat kakanya yang tengah duduk sambil menunduk dalam dalam.

Ferzya tak kuasa menahan air matanya, seketika tangisnya pecah dan langsung terjatuh begitu saja dilantai tepatnya di depan kakaknya Ferzyan.

"Papa..."lirihnya sambil tersedu sedu.

Ferzyan mendongak, terlihat adiknya yang sedng menagis didepannya tanpa basa basi ia langsung memeluk adiknya erat membuat tangis Ferzya semakin pecah.

"KAKAK KENAPA GAK BILANG SAMA ZYA!"jerit Ferzya kalap.

Ferzyan terus memeluk adiknya tanpa berniat menjawab, jujur Ferzyan begitu terkejut sampai lupa memberi tahu adiknya.

"KAKAK LUPA KALO ZYA JUGA MASIH ANAKNYA?! ZYA JUGA PERLU TAHU!! hikss..."

"maaf..."hanya itu yang bisa Ferzyan katakan, ia juga bingung pada dirinya sendiri mengapa ia sampai lupa pada adiknya.

Tak lama terdengar langkah kaki yang tengan berlari mendekat kearah mereka.

"Zya..."Panggil seseorang itu.

Ferzya menoleh kearah suara, terdapat seorang wanita setengah paruh baya namun terlihat masih muda sedang menatapnya khawatir.

"Tante..."Ia segera melepas pelukan Ferzyan dan diganti oleh pelukan Tantenya-Lucy.

"Papa tente, papa...hiks..."ia kembali tersedu sedu.

Lucy mengelus rambut Ferzya lembut sambil mengecupnya sesekali "Tenang Zya, papa kamu pasti baik baik saja sekarang lebih baik kamu berdoa saja untuk keselamatannya" tutur Lucy

Lucy, saudara kandung dari Ayahnya-Huntomo yang menetap di jakarta bersama suaminya yang baru saja menikah 1 tahun yang lalu.

Kini mereka bertiga duduk dibangku yang disediakan rumah sakit, 15 menit mereka seperti itu dan masih belum ada satupun dokter maupun suster yang keluar dari rungan pasien membuat keduanya dilanda khawatir, terutama Ferzya yang kini masih terlihat syok dipelukan Lucy.

Tak lama Dokter keluar dari ruangan tersebut membuak ketiganya refleks berdiri.

"Dok gimana keadaan papa saya...hiks..."Tanya parau Ferzya sambil tak henti hentinya mengguncangkan tangan sang Dokter

Melihat itu kini Ferzyan yang mulai bertindak, ia segera menariknya dan langsung menenangkannya di dalam pelukannya.

"Kecelakaan itu untungnya tidak terlalu parah,namun kini Pak Hungtomo masih tidak bisa sadarkan diri ia masih belum melewati masa kritisnya"ucap Dokter tersebut.

"Terus kapan ia akan sadar"Kini Lucy yang mulai bertanya.

"Kemungkinan besok"ujarnya lalu pergi setelah berpamitan.

"Zya..."panggil Ferzyan lembut sambil mengelu elus rambutnya.

"Kamu pulang ya, biar kak—"

"Tidak, biar Tante saja sama mas Kevin nunggun papa kamu"suruh Lucy.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ferzya StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang