sebelas

985 81 15
                                    

Aku double up ya gais...so jangan malas koment ya.

Ingat masukkan reading list kalian juga ya. Mks.

Happy Reading.

.
.
.
.
.

"Bawa aku ke tempat lahirmu."

Selina terdiam. Ekspresinya jelas berubah. Tapi kemudian ia kembali tersenyum manis. "Baiklah. Tak masalah."

Kali ini Seokjin menatapnya ragu, tapi juga semakin penasaran. Ia semakin yakin ada sesuatu yang disembunyikan wanita itu. Sejemang berfikir, akhirnya ia pun turut tersenyum. "Kalau begitu ayo pergi, akan kuhabisi kau di sana." bisiknya di telinga Selina.

Mendengar bisikan bernada panas di telinganya, sejenak malah membuatnya tersipu dan merona. Selina tak tahu apa yang mengendalikan jiwanya sekarang, hingga ia membiarkan dirinya jatuh ke dalam pesona iblis di sebelahnya. Padahal, sebelum masuk ke wilayah sang iblis, Selina tipe orang yang sangat susah didekati oleh lelaki. Meski ada begitu banyak orang yang memujanya.

Mungkin karena trauma akan sikap kakak tirinya yang kerap kali ingin memperkosanya, atau mungkin karena pria yang mencoba menyentuhnya selalu berakhir terbungkus kain kafan dan dikubur dalam tanah_Mati. Entahlah, tak ada yang tahu itu kecuali dirinya sendiri.

Tak butuh waktu lama bagi Seokjin untuk sampai di Ancordi, kota yang selalu ramai dikunjungi oleh para penghuni dunia bawah. Hampir seperti kehidupan manusia, mereka juga butuh bersenang-senang dan di sinilah tempatnya.

Selina berlarian kesana-kemari seperti anak kecil. Memainkan satu mainan, kemudian pindah lagi memainkan mainan yang lainnya. Senyumnya tampak cerah, secerah mentari. Sesekali ia tampak merengek pada Seokjin meminta keping uang untuk memulai mainan baru, atau untuk membeli jajanan yang tak pernah ia jumpai di dunia manusia. Tapi meskipun rupa jajanan pasar itu berbeda, bahannya tetap saja sama, berasal dari daging hewan atau tumbuhan. Tak ada yang menjual daging manusia atau pun jiwa manusia di sini. Karena daging dan jiwa manusia cenderung akan dilahap langsung oleh mereka yang berhasil menangkapnya.

Melihat Selina begitu bahagia, sekali lagi menghadirkan rasa hangat dalam hati Seokjin. Seakan semua rasa rindunya pada Serenia telah terobati, memandang wajah cantik gadis belia yang bersamanya membuatnya sejenak lupa akan istrinya. 700 tahun berlalu tanpa pendamping, menjadi alasan yang wajar jika Seokjin kembali jatuh cinta.

"Seokjin, bantu aku!!" teriakan Selina mengganggu lamunannya. Gadis itu tengah mencoba menarik tali tambang yang entah fungsinya untuk apa. Ia tampak kelelahan. Dengan keringat yang membanjiri wajah cantiknya, mungkin juga ruas tulang punggungnya atau belahan dadanya. Entahlah, Seokjin tak mau membayangkannya, karena hal itu bisa membangkitkan libidonya yang telah lama tidur.

"Ini untuk apa?" tanya Seokjin keheranan, meski tak menolak permintaan Selina. Dengan sedikit malu-malu Selina menunjuk dengan jarinya.

Sebuah bola besar yang terbuat dari besi yang sudah ditempa dan dibentuk begitu rupa ada di depan mereka. Namun bukan itu saja masalahnya, ada aura iblis yang menyelimuti bulatan besar itu yang jelas-jelas membuat benda itu makin bertambah kuat dan berat. Mengetahui hal itu, sudah bisa Seokjin pastikan benda itu akan sangat susah digerakan oleh bangsa dari dunia bawah sekalipun. Apalagi jika ditarik oleh manusia seperti Selina. "Selina, ini untuk apa?" tanyanya dalam kebingungan.

Sementara di tempat lain sorak-sorai penonton terdengar nyaring. Sejenak ia pun mengedarkan pandangan ke sekitar, barulah kemudian merutuki diri, karena ternyata sekarang mereka tengah ditonton oleh ratusan rakyat kerajaannya. Untung saja ia datang dengan penyamaran, jika tidak maka ia pasti akan merasa sangat malu karena harus bertanding melawan rakyatnya sendiri.

Seven Cursed SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang