tujuh

1.1K 74 7
                                    

Jangan lupakan bintang. Jadi sebelum baca pencet bintangnya dulu ya gais.

Happy reading.
.
.
.
.
.

"Maafkan aku, karena keterlambatanku kau harus kehilangan nyawamu di sini. Aku berjanji akan menguburmu dengan layak, Selina."

Seokjin berdiri sambil menatap wanita berumur belasan tahun yang sempat menggetarkan hatinya itu terkapar tak bergerak. Tubuhnya masih hangat saat ia menyentuhnya tadi, akan tetapi nafasnya sudah berhenti, pertanda ia sudah mati.

"Haah!" Seokjin pun menghela nafas panjang, mencoba menetralisir sesak di dadanya. Kematian Selina kembali mengingatkannya pada kematian Serenia. Di bulan yang sama, purnama yang sama dan mungkin juga jam yang sama, karena saat ini purnama sedang ada di puncaknya.

Haruskah Seokjin mengubur mayat wanita itu di samping makam istrinya?

Ataukah langsung menguburnya di tempatnya tergeletak sekarang?

Setelah menimbang beberapa saat akhirnya ia kembali merendahkan tubuhnya akan mengangkat tubuh wanita itu. Mengingat di hutan itu banyak binatang buas, akan ada kemungkinan jasadnya digali oleh binatang-binatang itu jika di kubur di sana, maka Seokjin memutuskan untuk mengubur Selina di dekat makam istrinya.

Tangan Seokjin sudah berhasil meraup tubuh lemah itu. Tapi, mendadak ia terkesiap, karena wanita itu mengerang.

"Eerrgh." ia bernafas.

Tidak mungkin. Ia menatap nanar sosok wanita yang kini berada dalam gendongannya "Bagaimana bisa ia hidup kembali? Aku tak mungkin salah mengira dia sudah mati 'kan?" Seokjin bergumam. Tatapannya masih tak mau ia lepaskan dari wanita yang mulai bergerak pelan sambil mengerang dan merintih dengan sangat pelan, sementara darahnya masih mengucur terutama di bagian lehernya.

Sejenak Seokjin berfikir, mencoba menentukan langkah apa yang akan dia lakukan sekarang, maka ia pun merunduk. Lidahnya pun menyapu leher wanita itu yang penuh luka. Seokjin yakin luka di leher itu telah mengenai titik vitalnya hingga ia kehilangan nyawanya. Tapi kasus kembali hidupnya manusia itu merupakan hal baru bagi Seokjin. Akan berbeda cerita jika Seokjin melakukan upacara pembangkitan untuk menghidupkannya kembali dan menjadikannya sesosok iblis seperti yang pernah ia lakukan pada Sebastian. Tapi, wanita ini bahkan belum pernah menyecap darah iblisnya, jadi proses pembangkitan jelas tak dapat dilakukan. Dan salah satu syarat lain dalam proses itu adalah menghentikan detak jantung si manusia dengan senjata rahasia yang hanya dimiliki oleh para iblis. Itu artinya proses itu tak bisa dilakukan sembarangan.

"Eugh..." Selina mengerang lemah saat merasakan seseorang menjilat lehernya. Sementara Seokjin terus melakukannya guna menutup luka di leher sang wanita.

Dadanya bergemuruh. Entah kenapa setiap interaksi yang ia lakukan dengan wanita itu selalu membuat perasaannya jadi kacau. Ada hal yang selalu melesak, ingin meledak keluar dari dalam dirinya. Perasaan itu lagi-lagi sama dengan yang pernah ia miliki untuk Serenia. Kehadiran Selina seolah seperti kutukan untuknya. Ia ingin merasakan kembali apa yang pernah dialaminya. Tapi sekaligus Seokjin juga ingin menolaknya, karena kematian Serenia seolah terus menghantuinya.

Selina kembali mengerang, maka kemudian tanpa berfikir panjang lagi Seokjin menghilang dari tempat itu. Ia muncul kembali di istana bawah. Kemudian dengan telepati memanggil para tabibnya untuk memeriksa keadaan sang wanita.

"Ini aneh." gumam salah satu tabibnya. "Aku tak merasakan aura manusia dalam dirinya, Baginda, apa Yang Mulia melakukan sesuatu padanya?"

Benar juga. Kenapa bisa Seokjin mengabaikan hal itu. Aura wanita itu tak lagi menunjukkan kalau dirinya adalah manusia. Dari awal aura wanita yang tergeletak di atas ranjang itu selalu berubah-ubah. Seokjin sendiri sempat merasa aneh dengannya.

Seven Cursed SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang