7.Just one word||Pengungkapan

21 4 2
                                    

Bel pulang sekolah pun berbunyi. Aleta dan Wendha saat ini berjalan di koridor sekolah dengan keheningan yang menyelimuti keduanya. Mereka sama sama diam

Sekarang keduanya telah berada didepan cafe. Sahabat²nya telah menunggu mereka didalam. Saat memasuki cafe, sahabat²nya melihat wendha dan aleta datang. Aleta yang melihat mereka hendak pergi namun tanganya dicekal oleh wendha. Wendha menggelengkan kepalanya dengan isyarat jangan pergi.

Belum sempat aleta menolaknya, ia sudah diajak menuju bangku wendha dan sahabat²nya.

Saat ini aleta duduk diapit oleh senja dan wendha. Keheningan menyelimuti mereka semua. Sampai akhirnya rebecca memecah keheningan itu.

"Ta"ujar rebecca lembut

Aleta yang terpanggil mendongakkan kepalanya menatap rebecca.

"Lo kenapa?"tanya rebecca

"Leta, kalau ada masalah cerita ke kita"nasehat Angel dengan lembut.

"Lo jangan takut"tambah ara

"Cerita sama kita,kita bakalan bantu"ujar sheila dengan suara lembut

"Lo nggak percaya sama kita?"ujar rebecca

Aleta yang diberi nasehat hanya menunduk dan menangis. Ia bingung harus bercerita kepada sahabat²nya atau tidak. Ia takut.

"Nggak papa cerita aja"ujar senja sambil mengelus pundak aleta.

"Bilang kalau udah siap cerita. Kita tunggu"ujar sheila

Sekitar lima belas menit mereka diam. Tak ada yang memulai pembicaraan. Sampai aleta memulai pembicaraan diantara mereka.

"Gue siap cerita"ujar aleta dan menatap semua sahabat²nya. Yang lain hanya tersenyum bahagia.

"Cerita aja, kita dengerin"jawab jihan dengan senyum tulusnya.

"Empat tahun yang lalu sebelum gue kenal kalian gue pernah punya tiga sahabat. Kita sahabatan dari kecil. Bahkan kita sering dibilang kembar sama orang lain. Pada suatu saat, ada kejadian dimana kita bertiga ingin pergi ke konser. Kita seneng banget waktu itu, kita juga nyanyi nyanyi disepanjang jalan. Tiba² pengemudinya bilang kalau rem nya blong. Saat itu kita bertiga kebingungan. Kita bertiga bergandengan tangan dan memejamkan mata. Tiba tiba bis yang kami tumpangi terguling. Saat itu kaki gue nggak bisa dibuat jalan karena kejepit kursi bis, sementara kedua sahabat gue dibantu keluar dari bis. Salah satu sahabat gue lari nyelamatin gue,yang masih ada dalam bis. Dia naruh tangan gue dibahunya dan membantu gue keluar dari bis. Tapi saat itu keadaan bis yang udah terbakar membuat pandangan kita kabur. Akhirnya sahabat gue ngedorong gue agar keluar dari bis sementara dia masih didalam bis. Dan bis yang kami tumpangi meledak. Sahabat gue masih ada disana. Dia rela ngorbanin nyawanya demi nyelamatin gue. Dan sahabat yang satunya selalu nyalahin gue atas meninggalnya dia"cerita aleta pada sahabat²nya.

"Itukan kejadian dulu ta"ujar sheila

"Iya,tapi dia datang lagi dan terus nyalahin gue"jawab aleta

"Emang nama sahabat lo siapa? "tanya rebecca

Sebenarnya aleta ragu untuk memberitahu kepada sahabat²nya. Tapi ia harus jujur.

"Karin dan-"aleta menjeda ucapannya

"siapa? "ujar angel

"Lestari"jawab aleta pelan namun dapat didengar oleh semuanya.

"Lestari anak baru itu? "ujar dea pada aleta. Aleta hanya mengangguk.

"Jadi,dia selama ini yang bikin lo berubah?"tanya rebecca

"Iya"jawab aleta dengan suara seraknya

"Tapi kenapa nggak jelasin ke lestari? "tanya angel

"Dia nggak mau dengerin penjelasan gue"jawab aleta

"Besok gue anterin lo buat ngomong sama dia"ujar rebecca yang dibalas anggukan oleh aleta.

"Jadi, nggak berubah lagi dong"ujar jihan

"Jangan jadi pendiem lagi"ujar ara

"Iya²,cerewet bat lu"jawab aleta

"Eh btw, lo tadi bohongin gue ya wen"ujar aleta yang dibalas cengiran oleh wendha.

Mereka menghabiskan waktu bersama pada hari itu,aleta pun juga berubah menjadi dulu lagi. Aleta pun juga sudah lega karena bisa jujur dengan sahabat²nya.

Aleta sekarang tau, bahwa sahabat adalah orang yang paling mengerti kita. Di saat kita jatuh, dia orang pertama yang memberi kita semangat. Ia sangat beruntung mempunyai sahabat yang ada saat dia membutuhkanya.

JUST ONE WORDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang