Tragedi Tandatangan Palsu

256 35 2
                                    

Pak Daru ngasih password komputernya Bu Arini. "Tlg periksa ya," tulisnya di WA. "Kalau sdh pulang semua ya Pak," balasku. "Ok. Kuminta satpam temani," tulisnya.

Dapat passwordnya Bu Arini itu bagai dapat tiket masuk ke taman bermain rahasia. Kususuri data di komputernya. Foldernya rapih, tapi dalam, berlapis-lapis. Berasa sedang gali sumur. Kubuka satu-satu filenya, cari file-file aneh pakai keyword aneh. Kucoba nyari pakai tahun atau bulan, atau kombinasinya. Kukasihkan HP-ku ke Abah Nanang, biar dia betah nontonin video lucu di Youtube, ketawanya menggelegar. Biarlah, daripada nanti bosan menungguiku, lalu meninggalkanku sendirian.

Kata Pak Boss; gak usah memaksakan diri, jangan sampai malam, cicil dikit-dikit aja, gak ditarget waktu. Walau tak ngoyo, tapi kutargetkan minimal ada satu file bodong yang kutemukan sebelum urusan ISO selesai. Lanjut besok.

Bapak Ganteng balik ke kantor sore-sore, bisa nemani sambil nyelesaikan kerjaan. Tapi dianya di atas, aku mah tetap we dengan si Abah -_-. Gali lagi sampai bunek. Penasaran pingin ngitung. Aku lari ke atas. Masih ada mas-mas IT. Bapak Manajernya juga masih ada. Kutunggu Pak Boss selesai sholat Maghrib. "Mereka manusia bukan, Pak?" kutunjuk para IT-ers. "Kalau bukan?" Dia balik nanya, nahan tawa.

"Datanya boleh saya hitung tak, Pak? Penasaran. Tapi pinjam berkasnya juga," pintaku. Dia membolehkan, mengantarku ke ruang Mbak Afi. Kukotrat-kotret datanya, mulai dari laporan-laporan utama. Jam delapan di suruh pulang. Diam-diam kusalin datanya ke flashdisk dan kufotokopi berkasnya. Kotret di rumah, sampai mabok. Tak ada yang janggal.

Kulanjut lagi besoknya. Untungnya Abah Nanang mah cuek, gak banyak tanya, cukup kubilang mau ngerjain ISO. Kalau puas nonton Youtube, dia akan tidur. "Perlu data apalagi, Non?" Tanya Pak Boss. "Pajak," jawabku, pendek, degdegserr. Sang beliau sukses bikin aku gagal konsen, berdirinya dekat banget memperhatikanku menghitung, tangannya pegangan ke sandaran kursiku. Kadang ngebungkuk kalau perlu lebih jelas lihat angkanya. Posisi keder. Dia buka komputer Mamih, ngasih passwordnya padaku. Komputernya Bu Ani dan Bu Ida juga. Woaaaah, aku bahagiyah. "Sudah malam, Me. Pulang!" Titahnya. Yaaaah -_-

Sejauh ini masih aman-aman sajah. Mulai mikir Pak Daru mungkin benar, tidak ada penggelapan. Data-data di komputernya Bu Nita yang pernah kususuri juga gak ada yang nyeleneh. Bukti kegiatan aspal dan tanda tangan palsu itu mungkin untuk tujuan lain yang tidak jahat. Balik aja, hawanya dah bikin merinding. "Sabtu ini mau libur dulu? Barangkali kamu mau istirahat atau ada acara sama teman," tanyanya di telepon. "Nggak, Pak. Ayo aja mau lanjut mah," jawabku, semangat. Lelahku terbayar kalau sama sampeyan mah.

"Belum ketemu?" Tanyanya, waktu ngafe lagi. "Masih nihil. Tapi penasaran, Pak," jawabku. Pak Boss cerita kegiatan investigasinya. Tanya langsung ke staff marketingnya, memang benar ngedit bukti transaksi, diizinkan oleh Pak Edwin. Sudah sang beliau ingatkan, sampai ultimatum. Ngubek data komputer para demigod juga pernah. Ngitung bareng dengan Mbak Afi juga sudah. Tapi karena kerjaannya juga banyak, jadi senyempatnya. "Kalau memang ada manipulasi, rapih nih Arini kerjanya, pinter ngolah angkanya," ujarnya.

"Pasti ada lah data aslinya, di komputer atau laptop dia sendiri, kan mesti dikotret-kotret juga," kataku.

"Kotretannya itu yang aku gak ngerti, Me. Masih gak habis pikir aja Mbak Afi bisa gak ngenali tanda tangan palsunya," ujarnya.

"Orangnya hafal kebiasaan Mbak Afi dan Bu Sas, Pak. Tahu Mbak Afi hanya meriksa isinya. Paling banter nanya siapa yang bikin, gak akan lihat tanda tangan dia sendiri. Bu Sas apalagi, ditandatangan kalau kita sodorkan. Kalau gak ditanyakan, ya kosong kolomnya, lupa gak ditandatangan. Jadinya, ditanda tangan sama si onyon barakasadut," kataku.

"Hahaha! Istilahmu bisa dikendalikan gak sih, Me? Suka aneh-aneh," katanya. Aku rindu tawanya itu, sekarang sudah kembali. "Dendam pribadi ke tukang tilep mah, Pak. Kayaknya Mbak Afi percaya banget ya sama Bu Arini?"

OKB (Officegirl Kurang Belaian) ~ Miss DeluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang