Trisula Poseidon vs. Garpu Jerami

290 37 1
                                    

Di tengah krisis 'pea', sempat-sempatnya aku mikir perasaanku. Daku cemas waktu lihat Nyi Awang di ruangan Mas Ganteng. Saking bahagianya bisa berdua saja dengan pria idaman, aku sampai lupa pada wanita ini, yang tetiba terlihat wujudnya. Kenapa kau muncul di saat begini, Nyai Dasimah? Saat cinta sudah tertanam di hatiku. Baru aja baikan dengan Mas Ganteng, eeeh, dia seolah mengingatkan "gue ceweknya". Haruskah semuanya berakhir di sini? Sekarang? Setelah semua kege-eran ini? Rasanya Everest-ku nyaris runtuh.

Kuselesaikan kerjaanku dalam galau tanpa semangat. Untungnya Carla bisa diandalkan. Laporan audit ISO selesai setelah sebulan lebih gedebugan. Thanks, Nyai. Jasamu tak akan kunihilkan. Dia juga makin pede, serasa Mas Ganteng perhatian padanya, karena pernah dibiarkan ngerjain ISO atau kasus keuangan di ruangannya. Data terakhir yang kuserahkan ke Pak Boss pun hanya remahan.

"Asisten rahasia lu siapa sih, Ru? Cewek lu, ya? Kenalkan pada Mbakmu ini doong. Aku juga mau ngucapin terima kasih langsung," kata Mbak Afi ke Pak Daru waktu aku ke ruangan Keuangan untuk urusan Bu Sas.

"Nanti kusampaikan terima kasihnya," jawab Pak Daru. Kulirik sang beliau waktu Mbak Afi memeriksa berkas dariku. Banyak amat ceweknya, Paak. Di sini ada Bu Awang, di sana ada lagi asisten rahasia. Bapakeee, apakah kita sudahan? Dirimu tak butuh diriku lagi? ISO selesai, 'pea' pun sudah tak kuurusi lagi.

"Sabtu ada acara gak, Me?" Pak Daru nanya waktu kami jalan bareng, mau turun.

"Ng-gak sih, Pak. Lembur lagi?" jawabku, ragu sambil mikir. Perbaikannya kan sudah selesai, masih perlu lembur Sabtu-Minggu?

"Temenin kondangan," jawabnya. Huwaaaat??? Anda serius??? Aku auto mandeg. "Kon-dangan, Pak?" Tanyaku. Takutnya kupingku yang salah dengar, akibat harapan yang terlalu besar. Atau dia yang siwer salah orang, akibat stress. "Iya," jawabnya.

Fanfare membahana di kepalaku. Ingin ku lompat-lompat, tapi nanti dikira sarap beneran. "Bisa gak?" tanyanya, kelamaan nunggu jawaban si guwe. Nanyanya sopan amat, "bisa gak?", bukan "mau gak?". Aku tak sedang delusi kan ini? Dia ngajak si guweeeh, bukan Nyi Awang atau asisten rahasianya ituuu.

"Gak bisa juga nggak apa-apa kok, Non," ujarnya. Suara terlembut yang kudengar, berkebalikan dengan debaran dadaku yang bagai bass drum digedor double pedal 200 BPM. "Hayu," jawabku, pendek, ngangguk, berusaha menstabilkan diri. "Thank you," ujarnya, seperti berbisik. Aideeeem, tolooong. Aku suka mual kalau perasaanku terlalu meluap tak tersalurkan, baik senang, sedih atau marah.

Aku kerja dengan pikiran kacau saking bahagianya, tangan ngaderegdeg sampai nyenggol jatuh barang di meja orang. Flashback semua candaan Mamih. Mau nanya, tapi maluuu. Aku kan super ge-eran, berasa diliatin semua jalu. Langkahku jadi berirama, gerakanku juga lama-lama ikutan berirama.

Btw, ini kenapa badanku makin demam yah? Apa akibat kesenggol lava pijar barusan? Perutku seperti dipuntir. Sebetulnya sudah terasa sejak beberapa hari sebelumnya, tapi kuabaikan karena sibuk. Maag kambuh karena makan senyempatnya, pulang juga sering kehujanan. Lungsenya baru terasa saat sudah di rumah, minta dikerokin sama Ibu.

Demamku meninggi ada Mas Dwi. Padahal sudah setelan kondangan begini. Ajaibnya, demamku ambyar lihat Pak Daru datang, pakai batik sogan lengan pendek. Ganteng beeeud. Daru effect, meredakan demam tinggi dalam sekejap. Cespleng manjurnya.

Sikapnya Mas Dwi kayak nantangin, diri depan pintu, lalu bilang "bukan boss lagi nih kayaknya kalau weekend". Pak Boss tak nanggapi, tak terpancing drama katro. "Gak usah minta maaf buat orang seperti itu, Non," ujarnya, saat aku bilang 'maaf' ke sang beliau.

Tapi suasananya jadi canggung, dianya diam. "Asisten rahasianya gak bisa nemenin, Pak? Makanya ngajak saya?" Tanyaku, bakar bensin.

"Hahaha! Itu kamu, Me," jawabnya. Wooooh, berasa digambreng fanfare lagi. "Mbak Afi gak percaya aku sendiri yang mretelin datanya. Kubilang ada asisten rahasia, orangnya pemalu, gak mau jadi terkenal," katanya.

OKB (Officegirl Kurang Belaian) ~ Miss DeluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang