Five

224 37 7
                                    

Lelaki itu menyodorkan beberapa lembar tisu di hadapan Naya. Ia tersenyum hangat hingga matanya menyipit. "Berdiri Lee"





"Dejun..."









Naya POV

Disinilah gua. Di cafe milik keluarga Dejun sendiri. Keluarga dengan saham terbesar di salah satu perusahaan di Jakarta. Dari tadi gua cuma diem- dieman doang sama Dejun. Ya mau gimana lagi, gua udah gak pernah ketemu dia lagi. Sejak dia pindah ke Cina buat sekolah.

Dia mantan terindah gua.

Kita putus secara baik-baik. Mungkin gak pernah ada kata putus di perpisahan gua sama dia. Cuma lost contact aja. Tapi kenapa gua sebut dia mantan gua? Karena gua pernah iseng stalker instagramnya dia dan boom gua lihat dia foto sama seorang cewek. Mana Deket banget lagi fotonya.

Gimana kalo itu saudaranya? Sayangnya dia anak tunggal dari kecil.

"Lee" oke dia manggil gua.

Gua cuma lirik dia sekilas dan langsung alihin pandangan gua ke kaca gede samping gua. Entah kenapa rasanya sebel aja inget postingan dia waktu itu.

"Aku minta maaf" katanya.

"Buat apa?" Tanya gua tanpa ngalihin pandangan gua.

"Aku tahu kalo kamu marah sama aku. Em, aku cuma mikir kamu marah karena aku pernah foto bareng kakak tiriku" gua langsung noleh ke dia dengan mimik meminta penjelasan.

"Maksud Lo kakak tiri?" Tanya gua agak ngegas. Dia gak pernah cerita tentang ini.

"Permintaan maaf kedua, aku ke Cina bukan cuma buat sekolah. Tapi, karena ayah menikah sama seorang ibu beranak satu. Kamu tahu kan, ibuku... Maaf aku nggak pernah cerita. Aku juga baru tahu waktu sampai di sana. Aku bener-bener minta maaf Lee" dia cerita sambil genggam tangan gua. Arah pandangnya cuma ke gua doang.

Gua balik natap dia neliti kebohongan di matanya. Tapi nihil. Dia bener-bener tulus ngomong itu ke gua, sama sekali ga ada bullshit di omongannya tadi.

"Maafin kan?"tanya Dejun lagi.

Gua ngangguk sambil senyum tipis. Tipis banget. Perlahan gua malah keinget sama kejadian tadi. Iya, sama kak Ch, ah gua ga sanggup sebut namanya.

"Tadi ngapain nangis di jalan? Kaya orang gila" tanyanya sambil nyesap secangkir kopi di depannya. Mungkin dia sadar akan perubahan air wajah gua.

"Ngomong gila sekali lagi aku sunat ya Jun" kata gua. Gua ngomong ke dia pake 'aku' refleks aja. Padahal mungkin gua sama sekali udah ga ada rasa ama dia. Ya mungkin.

"Ampun byy, bercanda doang. Cerita dong sama aku" kata Dejun.

"Enggak kok, gapapa, Jun anterin pulang yuk udah sore banget" kata gua terus terang. Emang gua hari ini capek banget, jadi pengen cepet pulang ke rumah.

"Oke deh, yuk" dia langsung gandeng gua erat banget. Kaya waktu dulu kita masih pacaran. Tapi rasanya beda aja, mungkin gua emang bener-bener udah ngelupain dia sebagai masa lalu gua.

Kita langsung menuju mobil dia. Aroma mobilnya udah aroma dia banget. Kaya ada bau-bau teh gitu. Aroma yang bikin gua suka sama dia waktu pertama kali.

"Kamu tau SMA Hanlim gak Nay?" Tanya Dejun.

"Iya, itu sekolah aku" jawab gua sambil main maskot yang ada di mobil dia. "Kenapa emang?"

"Beneran? Aku besok sekolah di sana loh" kata dia excited banget.

"Wah, tumpangan gratis nih ya" kata gua bercanda.

"Oke, besok aku anter jemput kamu. Kita seangkatan juga kan?"

Gua langsung melotot ke dia. Ternyata sikapnya gak berubah sama sekali. Dia masih polos kaya dulu. "Aku bercanda loh Jun, beneran bercanda"

"Gapapa, pokoknya besok aku jemput jam setengah tujuh" kata dia. Gua mah angguk-angguk aja. Gak salah juga sih nebeng, lagian bosen dianter Kak Lin, kalo ngomong topiknya kucing mulu.

Setelah beberapa menit, mobil Dejun udah sampai di rumah gua. Karena gua yang udah capek, akhirnya gua tertidur di dalem mobil. Mobilnya juga nyaman banget. Jadinya Dejun butuh beberapa menit buat bangunin gua sepenuhnya.















Author POV

Pagi harinya Naya benar-benar diantar oleh Dejun. Penampilannya juga sedikit berbeda. Gadis itu memoles wajahnya dengan makeup tipis untuk terlihat lebih manis. Padahal biasanya Naya tak pernah menyentuh skincare maupun make-upnya. Kebalikannya, malah Lino yang terkadang meminjam lip balm milik Naya untuk mengatasi bibir kering.

Di sekolah, mereka berdua menjadi pusat perhatian beberapa siswi. Em, mungkin hanya Dejun yang diperhatikan. Tak salah juga, karena lelaki itu memiliki daya tarik bagi siapapun yang melihatnya. Alis tebal, hidung mancung, dan rahang tegas yang dimilikinya.

"Nanti kamu ikutan seleksi basket? Yakin?" Tanya Dejun di sela langkahnya.

"Iya Jun, mama juga nyuruh gitu sih," Kata Naya. Dejun hanya mengangguk, ia tahu betul jika Naya memiliki bakat di bidang olahraga basket. Tapi entah kenapa gadis itu memutuskan untuk berhenti.

Ah, Naya memang mengikuti seleksi basket. Karena sebentar lagi akan ada festival olahraga antar sekolah, maka Hanlim memutuskan untuk mengadakan seleksi tambahan pada beberapa cabang olahraga. Itu bertujuan untuk menyaring siswa berpotensi yang tidak sempat mengikuti ekstra olahraga. Contohnya siswa yang berada di kelas prestasi.

"Bye Lee, nanti aku jemput" kata Dejun setelah mereka sampai di ruang kepala. Ya Naya memang mengantar lelaki itu ke ruang kepala terlebih dahulu untuk mengurus beberapa hal.

"Apaan sih Jun, gausah ngusek-ngusek deh" ujar Naya kesal.

"Lucu sih" Dejun pun melambaikan tangannya dan segera memasuki ruangan.

"Siapa tuh Nay?" Tanya Yeji yang tiba-tiba ada di samping Naya. Membuat cewe berambut pendek itu sedikit terlonjak.

"Heh! Ngagetin Lo!" Sentak Naya.

"Ehe sans. Dia siapa? Ganteng banget" kata Yeji dengan sedikit mengintip ke dalam ruangan kepala.

"Dia temen gue, udah yuk ke aula, daftar dulu" ucap Naya yang dibalas anggukan oleh Yeji. Mereka berdua memang sudah sepakat untuk mengikuti seleksi basket bersama. Mereka berharap bisa diterima seleksi.

Ternyata lumayan banyak yang mengikuti seleksi. Tak sesuai ekspektasi mereka berdua.

"Anjir banyak banget yang ikutan, mana tinggi banget" Naya mulai ciut. Pasalnya badan Naya tidak terlalu tinggi. Bisa dibilang dibawah standar pemain basket putri pada umumnya. Beda dengan Yeji yang sudah tinggi dari orok.

"Udah, gue yakin Lo bisa" hibur Yeji.

Para peserta pun mulai dipanggil satu-persatu untuk memamerkan bakat mereka. Mulai dari shooting dari jarak beberapa meter sampai lay up.

Tiba saatnya Naya yang bermain. Permainannya cukup memukau. Dan tanpa disadari ada seorang lelaki yang memperhatikannya dari tribun.

















"Gue suka yang ini"




Iya, sia kasep pisan:")

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Iya, sia kasep pisan:")

Vote dong readers

Aku usahain bakalan seru kok, moga moga gitu sih:')

Tell Me the Truth; Kim JungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang