Sixteen

164 20 6
                                    

Area lapangan sudah penuh dengan siswa siswi yang berniat menonton pertandingan. Naya menyeka keringat yang mengucur di dahinya. Padahal pertandingan belum dimulai, namun ia sudah berkeringat dulu.

Yeji menepuk pundak Naya pelan. Gadis itu tersenyum hangat, seolah memberi semangat pada sahabatnya yang mudah grogi nan tidak peka ini. Ia menarik tangan Naya agar duduk di undakan lantai.

"Gausah grogi, kalo cewek biasanya nggak terlalu banyak yang nonton kok" hibur Yeji pada Naya.

"Iya sih, tapi kan tetep aja ada yang nonton, apalagi kita nanti ngelawan kakel" lesu Naya. Ia melihat teman-temannya yang sedang melakukan streaching untuk persiapan awal. Mereka terlihat bersemangat, tapi tidak dengannya.

"Sans aja, eh gimana sama kak Jungwoo kemarin?" Yeji berbalik menghadap Naya. Gadis itu memang sangat penasaran, sekaligus gemas dengan tingkah keduanya.

"Iiih jangan ngingetin deh, malu gue tuh buat ceritaaa"

"Apaan sih? Jangan bikin gue penasaran kenapa....janji deh nggak bakal ngeledekin, nggak bakal ketawa" kata Yeji.

Naya menghela nafasnya. Ia pun mulai menceritakan apa yang baru dialaminya satu persatu tanpa terlewat apapun. Yeji yang mendengarnya berusaha menahan tawa. Ditambah melihat ekspresi wajah malu-malu Naya membuat gadis sipit itu benar-benar kesulitan untuk membuat bibirnya tak melengkung.

"Tuh kan....kalo dia cemburu artinya dia suka sama Lo....plis deh Nay, Lo jadi orang yang pekaan dikit kek. Coba lihat tuh Haechan, dia orangnya kelewat peka Nay, padahal belum dikodein" gemas Yeji. "Kalo Lo pribadi gimana deh? Gue yakin ada sedikit rasa dari Lo buat kak Jung. Kasihan tau Nay dia Lo gantungin gitu"

"Nggak yakin juga sih, yaudah yuk siap siap ke sana" ajak Naya, percayalah ia hanya mengalihkan pembicaraan antara dirinya dengan Yeji.

Beberapa menit akhirnya kelas Naya dipanggil. Anak kelas yang sudah dipilih pun langsung mendekati lapangan. Termasuk Naya yang selalu berada di samping Yeji.

Gadis itu menoleh ke lapangan. Ternyata memang yang menonton tak terlalu banyak. Ia menangkap di sisi lapangan terdapat Hyunjin dan Haechan yang tengah menyemangatinya dengan mengepalkan kepalan tangan dan diangkat di udara.

Peluit berbunyi. Permainan dimulai dengan santai, baik dari pihak kelas Naya maupun kelas lawan. Namun semakin mendekati skor, kelas lawan menaikkan ritme bermain. Itu berhasil membuat kelas Naya kewalahan.

"Temen gueee semangat woooi!" Teriak Haechan yang membuat Naya terpancing agar terus melangkah.

Prak!

Naya berhasil memasukkan bola basket ke dalam ring. Hal itu diikuti anggotanya yang lain. Mereka berhasil menyamakan kedudukan.

"Semangat Na"

.
.
.

"Ngapain sih ke lapangan dalem? Yang main tuh cewek Wu, nggak seru samsek gue jamin!" Kata Lucas sambil memainkan gitar yang sengaja ia bawa dari rumah. Taulah, anak cowok kalo bawa gitar buat apa.

"Cas~ ayolah bahagiain temen sendiri, alah Lo mah nggak asyik!"

"Sumpah ya Wu, gue males. Kalo mau ke lapangan ama Ten aja tuh, dia kan orangnya mau an" kata Lucas.

Jungwoo memajukan bibir bagian bawahnya. Ia pun menuruti kata Lucas, yaitu menghampiri Ten yang tengah mengoleskan wajahnya menggunakan masker milik Jihyo. Tapi rupanya Ten menolak, dengan alasan masker yang ia kenakan belum kering sehingga belum bisa dibilas.

Terpaksa Jungwoo melangkah sendiri menuju lapangan indoor. Ia tak mau melewatkan momen yang hanya bisa ia rasakan sekali dan terakhir ini. Di tangannya sudah terdapat kamera yang siap digunakannya untuk mengambil gambar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tell Me the Truth; Kim JungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang