Christina Bang membuka kelopak matanya tiba-tiba. Nafasnya terengah seakan ia baru saja berlarian menembus panjangnya lorong yang tak berujung. Manik matanya bergulir menatap langit-langit kamar yang terasa asing untuknya. Kening si gadis berkerut heran. Ia benar-benar tak mengenal ruangan yang tengah ia tempati saat ini. Bahkan ranjang berukuran queen size yang ia tiduri tidak dikenali olehnya.
Ini bukan apartement-nya, bukan pula apartement milik temannya. Bahkan desain interior kamarnya pun terasa bukan interior di zamannya. Nuansa kamar putih dengan desain mewah yang memanjakan mata layaknya di sebuah kerajaan. Luasnya kamar yang tidak manusiawi itu pun menjadi salah satu keheranan di otak gadis tersebut.
Kening Christina semakin mengerut saat rasa pening menjalar di kepalanya. Mengangkat tangan perlahan, ia gunakan tangan tersebut untuk memijat pangkal hidungnya agar rasa nyeri yang kian terasa di kepalanya bisa sedikit menghilang. Walaupun semua itu tidak begitu efektif karena di menit berikutnya, rangkaian ingatan muncul di dalam memori sang gadis.
Bukan.
Bukan memori tentang dirinya atau kehidupannya di masa lalu, melainkan memori seorang gadis tak dikenal yang memiliki nama Christina Arabelle Lawrence.
Christina Arabelle Lawrence adalah putri semata wayang dari salah seorang Grand Duke di kekaisaran Amoldas. Ibunya adalah seorang pengusaha minyak ternama, sedangkan ayahnya adalah seorang penasehat Kaisar sekarang sekaligus sosok yang telah dianggap sebagai keluarga sendiri oleh Kaisar.
Selain itu, karena gadis itu adalah anak satu-satunya yang mereka miliki, ia tumbuh dengan kasih sayang yang mengalir sangat deras sehingga membuatnya menjadi anak yang arogan serta manja disaat yang bersamaan.
Ada kalanya si gadis meneriaki para dayang pribadinya yang bertugas untuk melayani, ada kalanya juga ia merengek tanpa henti agar keinginannya dituruti, kadang pula ia memaki siapapun yang menurutnya mengganggu.
Christina Arabelle Lawrence bukan seorang nona muda yang disenangi oleh semua orang bahkan oleh para dayang yang bekerja di sana. Kesatria yang mengawal keluarga Grand Duke Lawrence bahkan terlihat enggan untuk menjaga sang nona muda.
Separah itu memang.
Christina mendengkus. Tubuhnya ia bawa untuk menghadap ke arah cermin yang ada di kamar tersebut. Dengan rambut cokelat panjang bergelombang dan warna mata hitam pekat, serta bentuk wajah yang cantik dan tubuh ramping; Christina bisa meyakini bahwa dirinya sedang tidak berada di dalam raganya sendiri.
Christina sadar, saat ini ia berada di tubuh orang bernama Christina Arabelle Lawrence tersebut. Walaupun nama depan keduanya sama, tetap saja mereka adalah orang yang berbeda.
Christina Bang dan Christina Arabelle Lawrence.
Ini buruk menurutnya.
Reputasi sang putri Lawrence yang sudah sangat tercoreng akan membuatnya kesulitan hidup di sini, bahkan untuk membuat teman sekalipun.
"Apa tidak ada hal baik darinya?" monolog Christina sembari menatap wajah tegas dari tubuh yang saat ini digunakan olehnya.
Wajah ini bisa dibilang wajah yang teramat cantik bagaikan dilukis. Tidak terlihat nyata. Kulit putih bak porselen, manik hitam legam yang cantik, rambut cokelat bergelombang yang sungguh memikat, dan sorot mata tajam itu.
Rupanya nona muda ini benar-benar tidak memanfaatkan wajahnya dengan baik, dan malah lebih memilih menjadi antagonis yang dibenci oleh semua orang yang mengenalnya.
"Selamat pagi, Nona Christina. A-ah, Anda sudah bangun rupanya?"
Dayang yang hendak masuk ke dalam kamar sang gadis sontak menghentikan langkah begitu manik matanya bertatapan dengan manik hitam legam milik Christina. Ada gurat ketakutan yang terpatri jelas di wajah cantik dayang muda tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHRISTINA: The Phatetic Villainess
FanfictionKisah ini menceritakan tentang Christina Bang yang hidup sebatang kara di kota luas bernama Seoul. Ia harus merelakan nyawanya untuk menyelamatkan seorang anak yang akan tenggelam. Dan tanpa sadar, jiwanya pun ikut terlempar ke dimensi lain. Dimensi...