Chapter 3

141 29 1
                                    

Roseanne Deolinda Fidelya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Roseanne Deolinda Fidelya

:::

Andaikan negara ini tidak memandang kasta, dapat diyakini jika Christina telah mengumpati sosok Chris yang tadi begitu pilih kasih. Ia lebih memilih Roseanne daripada dirinya yang kini telah menjadi istri dari pemuda tersebut.

Baiklah, Christina cukup memaklumi karena sampai sekarang pun, Roseanne masihlah menjadi kekasih dari sang kaisar, tapi bisakah pemuda itu sedikit menjaga sikapnya dihadapan Christina? Jangan buat gadis itu semakin malu dihadapan gadis picik semacam Roseanne.

Benar-benar, Christina tidak akan pernah memaafkan sikap kurang ajar yang ditunjukkan oleh Chris.

"Kenapa kau bisa menyukai orang semacamnya? Aku bahkan tidak mengerti pola pikirmu itu, Nona." Christina mendesis sinis pada sosok 'Christina' lain yang mungkin kini telah mendapatkan kehidupan bahagia di dunia yang lain. Ia sandarkan tubuh berbalut gaun putih dengan renda cantik yang memenuhinya pada batang pohon yang tumbuh kokoh di dekat danau istana. Sorot matanya menatap sendu ke arah permukaan danau yang tampak begitu tenang.

Ia tiba-tiba menjadi rindu dunianya. Walaupun dunianya tidak jauh berbeda dari sini, tetap saja, dunianya jauh lebih baik. Walaupun ia dikucilkan di sana, Christina merasa jauh lebih bebas daripada ada di sini yang harus menjaga semua sikap.

"Bukankah Baginda Kaisar Christopher terlalu pilih kasih? Bagaimana mungkin ia membiarkan ibu dari seluruh rakyat berjalan sendirian di sekitar danau tanpa penjagaan?"

Christina tersentak dari lamunannya begitu mendengar suara asing di indera pendengarannya. Ia menoleh dan mendapatkan pemuda dengan sorot mata tajam tengah memandangnya dari kejauhan. Sesaat Christina terdiam, terbuai akan ketampanan luar biasa dari pemilik wajah tampan nan rupawan. Aura berkharismanya terasa begitu kentara menguar dari tubuh si pemuda. Bahkan ekspresi dingin yang terlihat di gurat wajahnya seakan menenangkan siapapun yang melihatnya.

Bagaimana mungkin Tuhan bisa menciptakan pahatan yang begitu sempurna ini?

"Ah, maaf. Saya Christina Arabelle Lawrence, putri Duke Lawrence." Christina kembali memposisikan tubuhnya untuk berdiri tegak. Gadis itu membungkukkan tubuh sebagai bentuk hormat kepada pemuda tersebut. "Jika boleh tahu, Siapa nama Anda? Darimana Anda berasal, Tuan?"

"Tidak, Yang Mulia." Sosok itu mengukir senyuman pada wajah tampannya. "Anda bukan lagi putri Duke Lawrence, tapi Ratu kekaisaran Amoldas; Yang Mulia Ratu Christina Arabelle Cornelius," koreksi pemuda tersebut. "Saya Alastair Tristan Ardhani, Raja dari kerajaan Barat; Winston."

Lihatlah betapa sopannya pemuda tersebut terhadap sosok Christina yang bahkan kehadirannya tak diakui oleh putra mahkota yang kini telah menjadi kaisar itu sendiri. Tubuh kekarnya yang membungkuk dengan sangat dalam sebagai tanda menghormati sosok Christina cukup membuat gadis itu kagum.

CHRISTINA: The Phatetic VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang