Chris tertegun saat pandangan menangkap sosok anggun Christina berjalan melewati dirinya dan Roseanne yang tengah menikmati waktu bersama di taman utama istana. Tampak tak peduli dengan atensi keduanya, sang gadis tetap melangkah tanpa melirik sedikitpun ke arah dua insan yang tampak tengah merajut asmaraloka tersebut.
Memberi jeda sesaat, Christina menghentikan langkah kaki begitu seorang dayang menyerahkan sebuah surat entah dari siapa. Sang gadis tampak sedikit mendengkus, membuka surat tersebut, membacanya, dan mengalihkan atensi pada Chris yang masih tertegun di tempatnya tanpa mengacuhkan kehadiran Roseanne di sana.
Ruang waktu seakan terhenti begitu saja saat rupanya manik mata hitam khas milik sang gadis bertemu tatap dengan manik milik sang Kaisar. Sorot mata Christina terasa memancarkan sihir pemikat, menarik siapapun yang melihat manik cantik itu untuk masuk ke dalam euphoria aneh yang menggetarkan dada.
Kedua sudut bibir Christina terangkat dengan simetris, memberikan senyuman terbaiknya pada kedua insan tersebut sebelum akhirnya kembali menampilkan ekspresi datar dan berlalu begitu saja tanpa mempedulikan ekspresi Roseanne yang tampak geram akan tingkah menyebalkannya.
Persetan.
Memangnya apa peduli dengan kedua insan yang tengah terbuai dengan perasaan sementara bernama cinta itu?
"Stela, jadwalku bagaimana?"
"Jadwal Yang Mulia akan mulai berjalan esok hari. Untuk sekarang, tak ada jadwal yang harus dilakukan."
Christina menganggukkan kepalanya. Ia mengambil duduk begitu sampai pada ruang perpustakaan yang memang sedang ditujunya tadi. Surat yang diberikan beberapa saat lalu masih ada di dalam genggaman. Senyum manisnya terukir, kembali membaca rangkaian kata yang terpapar pada kertas surat berwarna cokelat dengan ukiran cantik yang berada tepat pada setiap sudut sang kertas.
Itu undangan minum teh yang biasanya dilakukan oleh setiap putri bangsawan yang ada di penjuru dunia. Walau memang surat itu terlihat begitu sederhana dengan tulisan indah yang menghiasi isinya, bagi Christina, mendapatkan undangan tersebut mampu memberikan kesenangan tersendiri yang begitu membucah di dalam dadanya.
Tanpa berpikir dua kalipun, Christina akan menerina ajakan tersebut. Terutama saat mengetahui bahwa sang pengirim merupakan putri dari kerajaan Winston di daerah Barat, adik kembar dari Raja yang saat ini tengah memimpin.
Ah! Christina benar-benar tak sabar untuk bisa berkenalan dengan putri yang dirumorkan sangat rendah hati tersebut. Apalagi seperti yang sudah diduga, Christina ingin bertemu dengan Alastair lebih dari apapun.
Masa bodoh dengan status-nya yang telah menjadi istri dari Kaisar dingin Amoldas. Ia harus membangun koneksi seluas mungkin untuk mendukung jabatannya agar bisa membanggakan Duke Leandro juga.
Memang pada kenyataannya Christina tak ingin terlalu mempertahankan posisinya menjadi seorang Ratu karena dirinya sendiri berniat untuk perceraian terencana dan hidup bahagia bersama keluarganya. Jadi sebenarnya membangun koneksi tak terlalu dibutuhkan. Namun, Christina sendiri tak bisa hanya diam duduk santai di singgasana saat diluar sana masih banyak orang yang membutuhkan bantuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHRISTINA: The Phatetic Villainess
FanfictionKisah ini menceritakan tentang Christina Bang yang hidup sebatang kara di kota luas bernama Seoul. Ia harus merelakan nyawanya untuk menyelamatkan seorang anak yang akan tenggelam. Dan tanpa sadar, jiwanya pun ikut terlempar ke dimensi lain. Dimensi...