Chapter 4

120 25 0
                                    

Kennard Lavoisier

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kennard Lavoisier

Rashard Lavoisier

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rashard Lavoisier

:::

Kamar bernuansa hitam dan biru tua itu terasa begitu asing untuk ditempati oleh Christina. Sebuah kasur king size tampak ditata tepat di tengah-tengah ruangan dengan meja dan lampu tidur yang menghiasi kanan dan kiri tempat tidur tersebut. Selain itu, ukuran kamar yang terlihat empat kali lipat lebih besar dari kamar apartement-nya membuat Christina merasa tak nyaman. Langit-langit yang dihasi lampu pun terlihat lebih mewah untuk dipandang. Di sebelah kiri, disediakan dua buah sofa sedangkan di depan tempat tidurpun disediakan sebuah sofa serupa. Di sebelah kanan, terdapat pintu yang Christina yakini menghubungkan ruangan tersebut dengan kamar mandi.

Entah kenapa, Christina merasa bahwa ia merindukan kamarnya yang simple namun nyaman untuk ditempati. Hidup di dalam istana yang masih terasa asing untuknya ternyata membuat Christina merasa bahwa ia bukanlah orang yang cocok untuk hidup dengan hal mewah seperti ini mengingat bahwa dirinya hidup sederhana selama dua puluh lima tahun.

"Aku ingin pulang," ringis Christina pilu. Sorot mata sendunya menatap langit malam dari jendela yang dibiarkan terbuka. "Aku kesepian. Aku rindu Ayah dan Ibu."

Christina tahu ini akan menjadi malam yang panjang untuknya. Chris tidak akan datang malam ini karena pasti ia sedang bersama dengan kekasihnya. Tidak masalah, itu lebih baik daripada harus berduaan bersama dengan seseorang yang bahkan enggan untuk ditemui. Christina bahkan tak tahu apa yang akan terjadi andaikan ia dan Chris tinggal di ruangan yang sama.

Christina tidak ingin merasakan kecanggungan yang mencekiknya lagi. Jadi, ini semua lebih baik. Setidaknya itu yang ia harapkan. Namun semuanya tampak seperti angan-angan begitu ia merasakan kehadiran Chris di ambang pintu dengan tatapan datar yang khas.

Di dalam hati, Christina mendecak kasar. Ia segera berdiri dari duduknya untuk menyambut si sialan yang kini telah menjadi suaminya tersebut. Senyum hangat sebisa mungkin ia lukis untuk sosok Chris di sana, semata-mata agar kecanggungan tersebut hilang. Namun semua itu tak berguna karena Chris tampak tidak mengacuhkannya dan lebih memilih untuk masuk ke dalam kamar mandi.

CHRISTINA: The Phatetic VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang