Nathan membuka pintu rumah yang berukuran sederhana, sudah berapa lama dia tidak kerumah ini. Disini banyak kenangan dirinya bersama seseorang dan kakeknya. Ia mengelus satu foto yang terdapat di meja, sudah sedikit berdebu. Ia meneruskan langkahnya menuju balkon.
Sejuk, itu yang ia rasakan saat ini. Berada ditengah-tengah pegunungan dan berdekatan dengan air terjun membuat suara gemercik air terdengar ditelinganya ditambah dengan suara kicauan burung, itu sangat menenangkan hatinya sementara ini.
Nathan masuk kembali karena mendengar suara telepon rumah, bukan kah yang tau tempat ini hanya mereka bertiga?. Nathan mengangkat telepon, terdengar suara dari sebrang sana, Nathan menghela napas.
"Jangan. Nanti gua balik"
Si penelpon berdecak, ia berbicara cukup panjang namun hanya dibalas dehaman sama Nathan.
"Bilang Bunda, jangan khawatirin gua"
Nathan langsung menutup telepon, ia mengingat kembali kenapa ada orang lain yang tau tempat ini. Ia duduk sebentar di sofa ruang TV. Terakhir kali ia kesini Nathan masih berusia 12 tahun, terhitung sudah 5 tahun ia tak kesini. Memang semenjak orang itu pergi ia tak pernah kesini lagi. Terlalu menyakitkan bagi nya.
•••
Nayya sudah selesai mandi dan sarapan, ini saat nya dia untuk movie maraton, ia membuka laptopnya. Tetapi ia terdiam setelah melihat wallpaper laptopnya adalah dirinya dan Nathan. Apakah Alvaro sudah mencari nya? Apa Nathan baik baik saja?. Ya Nayya sedikit menyesal. Ingat hanya sedikit.
Nayya menghubungi Alvaro, namun tak ada jawaban dari Alvaro. Ia membuka room chatnya dengan Nathan, last seen Nathan tepat setelah Nathan berusaha menghubungi Nayya. Tetapi seharusnya kan Nayya yang menghilang dan marah ini kenapa sebaliknya. Nayya berusaha untuk bersikap bodoamat dan melanjutkan kegiatannya untuk menonton film.
Karena terbawa perasaan dan situasi saat ini, Nayya menangis tersedu-sedu setelah menonton film, selama menonton pikirannya terus berpikir tentang Nathan. Ia melihat ada balasan dari Alvaro, ia langsung membuka nya dan langsung terdiam, Nathan belum kembali.
Ketukan pintu membuat Nayya kembali tersadar, ia melihat abangnya masuk dan duduk di ranjangnya.
"Gimana? Dia udah hubungin lo?" Tanya Bintang, Nayya menghela napas dan menggeleng lesu.
"Tadi Alvaro sama Raihan kesini" Kata Bintang, Nayya langsung mengubah posisinya menjadi duduk.
"Dia bilang, Mau cari Nathan di Puncak, kalo lu mau kesana. Gua bisa anter lo" Kata Bintang.
Nayya berpikir, apa harus iya ikut mencari Nathan. Hati nya mengatakan untuk dia ikut mencari, namun ego mengalahkan hati nya. Nayya tak mau ikut mencari Nathan.
"Yaudah. Tapi lo belum denger penjelasan dia kan? Jangan sampai nyesel Nayy" Bintang melengos pergi kembali ke kamarnya.
Setelah mendengar perkataan Bintang, ia kembali melamun, ia pun bingung harus mendengar kata hati nya atau mengikuti ego nya.
Setelah ia pikirkan baik-baik, Nayya akan ikut mencari Nathan dan langsung mendengar penjelasaannya. Nayya mengganti baju, mengambil dompet dan powerbanknya dan dimasukan ke sling bagnya. Ia turun kebawah dan menemui Bintang untuk minta di antar, setelah Bintang siap dan izin ke Mama, Nayya berangkat.
Ia sudah mengabari Alvaro bahwa dia ikut mencari Nathan, Alvaro segera mengshare location kepada Nayya. Mereka bertemu di villa keluarga Nayya, setelahnya baru lah mereka cari bersama.
•••
Nathan ingin jalan jalan sebentar untuk menenangkan hatinya ia berjalan menuju perkebunan teh untuk sekedar melihat melihat. Ia menghembuskan napas, sejuk sekali. Berbeda dengan asap polusi yang berada di kota. Nathan melihat seperti tak asing dengan gadis di depannya ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/168312320-288-k911654.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Prince Vs Ketua Osis [HIATUS]
Fiksi Remaja"Lo harus jadi babu gua" - Nathan "Siapa lo siapa gua" - Nayya Nathan Arkanata Putra most wanted SMA Garuda Bangsa yang mendapat julukan manusia kutub, Tembok, es batu, jelmaan beruang kutub dll,banyak kaum hawa yang menggrandungi Nathan tapi hanya...