"Akhiri disini..."
"lanjutkan..."
Gemerisik dedaunan berguguran serta derit rantai ayunan senantiasa menemaninya hingga senja tiba, namun tidak ada tanda ia akan beranjak dari tempatnya. Setiap menit setiap detik ia habiskan waktunya di sini seorang diri untuk menentukan nasib nya dengan setangkai bunga. menanggalkan kelopak demi kelopak bunga nya hingga yang terakhir
"Akhiri"
"Lanjutkan"
Hampir seminggu ini ia tidak menginjakkan kakinya lagi ke sekolah. walaupun ia meminta izin pada pengasuh panti untuk pergi sekolah, Itu hanyalah sebuah alasan agar tidak ada yang curiga. Ia tidak ingin membuat masalah lagi untuk mereka. Sudah cukup ia dianggap sebagai pembawa masalah dan petaka bagi semua orang
"Akhiri (?)" Gumam gadis itu mencabut kelopak yang terakhir
"Aigoo~ kenapa kau terus bermain disini eoh. Apa kau tidak pergi ke sekolah lagi"
Erika menoleh pada wanita paruh baya dengan baju pasien rumah sakit lengkap dengan selang infus yang dibawanya, karena kebetulan taman bermain ini terletak tidak jauh dari rumah sakit.
"Ah ahjuma"
"Sampai kapan kau akan terus seperti ini? Kau ini masih muda, seharusnya lebih bersemangat untuk belajar. Bagaimana jika kau tertinggal pelajaran"
Erika menghela nafasnya. jika saja menuntut ilmu itu lebih mudah, mungkin ia tidak akan berakhir menyedihkan seperti ini.
"Gwenchana... Asal ahjuma tau, aku ini selalu mendapat peringkat 1 di sekolah. Jadi tidak perlu khawatir"
"Aigo rupanya kau gadis pintar. Lalu bagaimana dengan teman mu? Apa mereka tidak mencemaskan mu"
Erika sedikit sedih mendengar kata teman yang terlontar pada bibir wanita itu, namun ia memaksakan senyum nya
"Haha.. entahlah, kuharap teman-teman ku sedang mencemaskan ku disana"
Merasa ada yang aneh dari respon erika, wanita itu pun memberanikan diri untuk mengelus kepala gadis itu perlahan.
"Jika kau memiliki masalah, kau bisa menceritakan nya padaku. Mungkin aku bisa meringankan sedikit beban mu"
"Ania... tidak ada masalah apapun"
"Apa kau yakin? Aku bisa melihatnya dari wajahmu"
Erika menggeleng pelan padahal sudah jelas ia tengah berbohong. Melihat sikap Erika yang begitu keras kepala membuat wanita itu teringat akan putri kesayangan nya. Mereka berdua terlihat begitu mirip, selalu berusaha tampil kuat dan tersenyum didepan orang lain seakan tidak ada apapun yang terjadi.
Wanita itu pun kerap merasa bersalah karena tidak dapat hadir disaat putrinya sedang menderita. Ia sungguh menyesal karena terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan nya hingga menelantarkan putrinya sendiri.
"Waegeurae ahjuma, kenapa kau menangis?"
Erika menyeka air mata wanita itu dengan ibu jarinya, ia tidak mengerti kenapa tiba tiba wanita ini menangis.
"Gwenchana, tiba tiba saja aku jadi teringat pada Hayeon. Aku sungguh merindukan nya"
Erika ikut bersedih ketika wanita itu membicarakan mendiang putrinya. Ia sering kali bercerita mengenai putrinya setiap mereka jumpa di tempat ini, sepertinya wanita itu belum bisa melupakan dosa yang ia perbuat pada putrinya. Tapi jika terus seperti ini wanita paruh baya itu tidak akan dapat bertahan. Lihatlah kondisi tubuhnya yang semakin kurus tiap harinya
"Ahjuma, boleh aku memeluk mu?"
Wanita itu pun mengangguk membuka lebar kedua tangan nya. Erika pun beranjak dari tempatnya menuju pelukan wanita paruh baya itu. Ia menyelusupkan wajahnya pada ceruk leher wanita itu, menghirup aroma obat obatan khas rumah sakit yang tidak begitu ia sukai. Namun Entah kenapa ia bisa menyukai aroma tubuh wanita itu
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSION
RomanceWarning ⚠🔞⚠ mature area ⚠ ⚠NC ⚠ (FROM MY SEXY MAID) become an "OBSESSION"