Gini

326 23 6
                                    

[Moon Su Inn]

Sudah tak terhitung banyaknya gue menemani lelaki satu ini berlatih.
Mulai dari gue yang males banget olahraga sampai bisa suka sama olahraga.
Mulai dari yang sekedar jog di taman sampe nemenin latihan bareng member lain di lapangan basket.
Awalnya mungkin karena dia selalu meminta gue menemani, namun seiring berjalannya waktu gue semakin suka melihat dia dilapangan.
Everysingle gesture he made is so precious.

"Buruan, baru 2 putaran juga." Su Inn berlari mundur sembari berbicara dengan gue.
"Lo tau kan gue kemaren abis ngapain, terus sekarang pake lo ajakin latihan fisik gini." Keluh gue.

"Baru renang doang juga kemaren, masa udah capek sih. Ayo semangat semangat sayangku." Kali ini Su Inn sudah berlari disebelah gue.

"Sayang sayang palalo peyang." Ucap gue kesal namun tetap meneruskan berlari.
"Lo tuh ya seenaknya banget sayang sayang." Lanjut gue protes.
"Ya kan emang lo sayangnya gue." Ucapnya santai seolah makna sayang itu tidak ada artinya.

Moon Su Inn selalu seperti itu, menunjukkan affeksinya namun diantara kita tidak ada hubungan yang lebih dari sekedar pertemanan. Apakah lelaki memang suka seperti itu?
Gue akhirnya menyimpan concern gue sendiri dan terus berlari seolah bisa menghilangkan pikiran itu.

Gue berhenti diputaran ketiga sementara Su Inn melanjutkan hingga beberapa putaran.

"Nih." Dia meletakkan air mineral diatas kepala gue.
"Ihhhh tambah pendek ntar gue lo gituin." Gue bercanda.
"Bagus dong, biar gue tambah gemes sama lo."

Gue hanya memutar mata mendengar perkataan dia.
Selesai beristirahat kita berdua berjalan menuju parkiran.

"Su Inn gendong dong. Capek banget." Pinta gue setengah bercanda. Karena tau dia pasti juga capek.
"Males, lo berat." Ucapnya singkat. Membuat gue kesal.

Gue memperlambat langkah gue sembari menundukkan kepala.

"Ihhh kenapa sih sukanya stop mendadak? Makanya tali sepatu itu diiket yang bener biar ga lepas." Gue memarahi Su Inn yang saat ini berjongkok didepan gue, membuat gue menabrak dia pelan.

"Buruan naik." Ucapnya singkat.
"Tadi katanya gue berat."
"Buruan, sebelum gue berubah pikiran."
Gue dengan cepat naik ke punggung Su Inn.

"Tuh kan? Gue berat ya? Lo ga capek apa?" Gue berceloteh disamping wajah Su Inn yang saat ini menghadap ke jalanan didepan.
Jarak antara kita berdua hanya terpaut beberapa centi, membuat jantung gue berdegup lebih cepat dari biasanya.

"Kalo gue berat mending turunin aja, ntar lo sakit lagi kalo kecapean. Bukannya mau ada match ya?" Gue berceloteh lagi.
"Lo bisa diem ga, berisik banget."
"Gue kan cuma nanya, gue tuh ngerasa bersalah. Pokoknya kalo ntar lo sakit awas aja pake nyalahin gue."
"Kalo lo ga diem gue buat lo diem nih ya." Ancam Su Inn santai tanpa menoleh ke arah gue.
"Dih, emang lo mau ngapain?" Tanya gue bingung.
"Gini." Su Inn menoleh ke arah gue dan mencium bibir gue dengan cepat.

Handsome Tigers' One Shot StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang