Afazh menguap lebar. Sedikit mendengus karena ia harus dibangunkan pukul 3 pagi seperti ini. Tentu saja bukan hal yang baik bagi seseorang yang baru mengerjakan tugas fisika hingga pukul setengah 12. Akhirnya, dengan malas ia meraih ponselnya yg tergeletak di nakas.
Sial, kesalnya tiba-tiba sirna melihat siapa sang penelpon. Tidak bernama. Hanya ada sebuah emoji hati berwarna hitam. Katanya, itu melambangkan cinta yang teramat sangat.
"Halo?" sapa Afazh lembut.
"Maaf aku ganggu jam tidur kamu.."
Suara lemah dari seberang membuat Afzha benar-benar bangun. Nyawa yang tadi setengah, kini berkumpul sempurna. Agak cemas dan penasaran apa gerangan yang terjadi pada gadisnya. Tidak biasanya Elsha meneleponnya jam segini dengan suara seperti habis menangis seperti itu.
"Kamu kenapa?" Afzha to the point.
"Fazh.. Aku minta maaf banget.." suara itu kembali terdengar normal, namun sangat pelan dan mendalam.
Afazh sempat mengerutkan kening sebelum akhirnya menjawab, "Kamu kenapa sih? Tiba-tiba minta maaf kayak orang mau berangkat umroh,"
"Aku serius. Aku mau minta maaf selama ini aku sering egois. Aku.."
Perasaan cemas dan bingung menyerang Afazh, "Kamu apa?"
"Aku kita mau berhenti. Aku tahu, aku tahu ini sulit buat kamu. Tapi-"
"Tapi ini mudah buatmu, begitu?" Afazh memaksa untuk terkekeh. Kekehan yang terdengar pedih. Ia menggigit bibir bawahnya. Ini bukan mimpi, tapi semacam kenyataan yang sulit untuk diterima.
"Bukan gitu, Fazh. Dengerin aku dulu. Aku nggak mau kita nggak akur gara-gara ini, aku mau kita berakhir baik-baik. Kita masih bisa temenan kan Fazh?"
Afazh terdiam beberapa detik. Pertanyaan yang sulit dijawab dan tentunya ia tak mau menjawab dengan asal-asalan.
"Sekarang jelasin, salahku apa sampe kamu minta putus?"
"Aku dan keluarga bakal pindah ke Balikpapan. Aku gak bisa LDR,"
Afazh sontak tertawa, "Masalahnya gitu doang?" katanya sebelum kedua mata bulatnya berkaca-kaca.
"Aku emang gak bisa LDR, Fazh. Menurut kamu ini sepele, tapi aku nggak."
"Tapi kenapa semudah itu kamu minta putus gara-gara LDR setelah kita 4 tahun pacaran? Mungkin kamu nggak bisa LDR, tapi menurut aku ini nggak logis. Kita pacaran bukan sebulan, dua bulan."
"Terserah kamu. Aku minta maaf. Kita.. masih bisa temenan kan?"
Afazh menghela nafas, "Lihat nanti ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertemu untuk Berpisah
Ficção GeralTidak ada yang kekal abadi dalam setiap pertemuan. Setelahnya akan ada kata selamat tinggal atas perpisahan. Sejatinya, semua perpisahan akan terasa buruk. Sekalipun perpisahan secara baik-baik, akan ada masa buruknya. Di mana sebuah rindu yang meny...