BAGIAN 4

372 20 2
                                    

Semalam penuh Rangga dan Pandan Wangi tidak bisa memejamkan matanya sedikit pun. Benak mereka terus dipenuhi berbagai macam pikiran, tentang beberapa kejadian yang dialami dalam dua hari ini. Dan semalam, mereka sampai tidak mengerti oleh adanya sebuah serangan gelap dari seseorang yang menggunakan senjata rahasia dari bunga berbentuk bunga mawar putih keperakan.
Dan begitu matahari terbit di ufuk timur, sepasang pendekar muda itu meninggalkan Desa Caringin. Jelas sekali, langkah kaki kuda mereka diarahkan ke Gunung Brambang. Namun, jalan yang diambil, melalui bagian barat kaki gunung ini. Jadi, mereka tidak harus melewati sungai untuk mencapai Gunung Brambang dari Desa Caringin.
Sepanjang perjalanan, tidak ada seorang pun yang bicara. Mereka semua membisu. Entah, apa yang ada dalam kepala masing-masing saat ini. Beberapa kali kedua pendekar muda itu menghela napas dalam-dalam, dan beberapa kali pula saling melemparkan pandang lewat sudut ekor mata.
"Masih jauh tempatnya, Pandan?" tanya Rangga membuka suara, memecah kebisuan.
"Tidak seberapa jauh lagi," sahut Pandan Wangi.
"Kau seperti memikirkan sesuatu, Pandan. Boleh aku tahu...?" tebak Rangga memperhatikan si Kipas Maut itu.
"Hhh...!" Pandan Wangi hanya menghembuskan napas panjang saja. Rangga melihat, tangan kanan Pandan Wangi masih menggenggam erat-erat bunga mawar putih keperakan dari baja yang semalam dilemparkan seseorang ke arah mereka sewaktu di dalam kamar penginapan. Dan lagi, wajah Pandan Wangi juga kelihatan menegang.
Entah, sudah berapa kali gadis itu menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya kuat-kuat. Baru saja Rangga membuka mulutnya hendak bicara lagi, tiba-tiba saja mereka berdua dikejutkan oleh teriakan keras yang kemudian disusul terdengarnya denting senjata beradu.
"Apa itu...?" seru Rangga seperti bertanya pada diri sendiri.
"Seperti suara pertarungan," sahut Pandan Wangi.
Sekilas mereka saling berpandangan, kemudian langsung menggebah cepat kudanya, ke arah sumber suara yang mengejutkan itu. Debu seketika membubung tinggi ke angkasa bercampur daun-daun kering, begitu kuda-kuda kedua pendekar muda itu dipacu cepat.
"Hiya!"
"Yeaaah...!" Dalam berpacu seperti ini, sudah barang tentu kecepatan lari kuda Pandan Wangi tidak bisa menyamai Dewa Bayu yang ditunggangi Rangga. Maka sebentar saja gadis itu sudah tertinggal jauh di belakang. Dan sepertinya Rangga tidak menyadari kecepatan lari kudanya yang seperti angin itu.
Hiya! Hiya! Hiyaaa...!"
Rangga malah semakin keras menggebah kudanya, hingga Dewa Bayu berlari bagaikan kesetanan saja. Bahkan semakin jauh meninggalkan Pandan Wangi. Dan begitu Pendekar Rajawali Sakti itu sampai di sebuah padang rumput yang tidak begitu luas....
"Hooop!"
Pemuda berbaju rompi putih itu langsung menghentikan lari kudanya, lalu melompat turun. Begitu indah dan ringan gerakannya, sehingga sedikit pun tidak menimbulkan suara saat kedua kakinya menjejak tanah berumput ini. Dan sekitar tiga batang tombak di depannya, terlihat seorang gadis muda tengah dikeroyok dua orang laki-laki tua berbaju jubah panjang warna merah menyala.
Rangga langsung mengenali. Memang, gadis berbaju kuning muda itu adalah Rahmita, wanita yang pernah ditolongnya dari keroyokan empat orang laki-laki bertampang kasar. Melihat Rahmita kini bertarung lagi, Rangga jadi termangu sendiri. Sulit dimengerti, mengapa gadis semuda itu banyak sekali musuhnya.
"Hm.... Kelihatannya dia mulai terdesak," gumam Rangga dalam hati.
Dan memang, Rahmita sudah mulai kelihatan kewalahan. Bahkan tidak lagi mempunyai kesempatan menyerang. Tubuhnya hanya bisa berjumpalitan, menghindari serangan-serangan dua orang laki-laki tua berjubah merah yang mengeroyoknya.
Dan pada satu kesempatan, tiba-tiba saja salah seorang laki-laki tua berjubah merah yang rambutnya sudah putih semua, melenting ke udara. Lalu tubuhnya menukik deras sekali sambil melepaskan satu pukulan keras yang begitu cepat ke arah kepala gadis ini.
Namun dengan satu gerakan manis, Rahmita masih bisa berkelit. Tapi ketika laki-laki tua berjubah merah yang satunya lagi melepaskan satu tendangan menggeledek ke arah dada, gadis itu sudah tidak bisa lagi berbuat apa-apa. Dan....
Des!
"Akh...!"
Sambil memekik keras, tubuh gadis berbaju kuning muda itu terpental cukup jauh ke belakang. Lalu, keras sekali tubuh yang ramping itu terjajar ke tanah. Pada saat itu juga, laki-laki berjubah merah berambut putih sudah melesat cepat bagai kilat ke arah gadis ini. Kemudian kembali dilepaskannya satu pukulan tangan kanan yang pasti disertai pengerahan tenaga dalam.
"Hiyaaat...!"
"Celaka...! Dia bisa mati kalau kena." desis Rangga agak terperanjat. Dan... "Hih...!"
Rangga cepat memungut selembar daun kering. Dan dengan kecepatan dahsyat dilemparkannya ke arah orang tua berjubah merah itu. Daun kering itu melesat begitu cepat bagai anak panah lepas dari busur. Dan begitu pukulan tangan kanan orang tua berjubah merah itu hampir mendarat di dada Rahmita, daun kering yang dilemparkan Rangga melesat ke arah tangannya.
"Ikh...!"
Orang tua berjubah merah itu jadi tersentak kaget setengah mati. Buru-buru tubuhnya melenting ke belakang, sambil menarik kembali pukulannya. Dua kali tubuhnya berputaran di udara, sebelum kedua kakinya menjejak tanah berumput ini.
"Setan...! Siapa berani kurang ajar, heh...?!" geram orang tua itu marah
Pada saat itu juga, Rangga sudah melesat cepat, dan tahu-tahu sudah berdiri tegak sekitar tiga langkah lagi di depan Rahmita. Gadis itu juga kelihatan terkejut oleh munculnya pemuda tampan berbaju rompi putih yang pernah menolongnya dari keroyokan empat orang laki-laki kemarin. Kini, dia muncul lagi dan menyelamatkan nyawanya kembali.
"Rangga...," desis Rahmita tanpa sadar. Bergegas gadis itu bangkit berdiri, walaupun dadanya terasa begitu sesak, membuat nafasnya jadi tersengal tidak beraturan.
Sementara itu, dua orang laki-laki tua berjubah merah menyala kelihatan berang oleh munculnya Pendekar Rajawali Sakti. Mereka berdiri berdampingan. Sorot mata mereka begitu tajam memerah, menerobos langsung ke bola mata pemuda di depannya. Rangga sendiri agak terkesiap juga, begitu melihat dua orang laki-laki tua ini ternyata berwajah kembar.
Dan yang membedakan antara mereka berdua hanya rambutnya saja. Yang seorang berambut putih. Sedangkan yang seorang lagi berambut hitam. Tapi, bentuk tubuh maupun pakaian tidak ada bedanya sama sekali. Demikian pula pedang yang tergantung di pinggang yang bentuk dan ukurannya sama pula.
"Anak muda, siapa kau?! Berani benar mencampuri urusan Setan Kembar Jubah Merah!" bentak salah seorang yang berambut putih.
Suaranya terdengar kecil, tapi sangat nyaring. Sorot matanya juga begitu tajam, menatap langsung ke bola mata Rangga yang berada sekitar dua batang tombak di depannya.
"Maaf, Kisanak. Aku hanya tidak ingin kalian berdua mencelakai temanku ini," sahut Rangga kalem, seraya membungkuk untuk memberi hormat.
"Phuih! Kalau kau temannya, berarti juga harus mampus, Bocah!" dengus orang tua yang berambut hitam.
"Tunggu dulu...!" sentak Rangga hendak mencegah. Tapi....
"Tidak ada waktu untuk berdebat, Bocah. Tahan seranganku. Hiyaaat...!"
Tanpa menghiraukan cegahan Pendekar Rajawali Sakti, dua orang laki-laki tua yang menjuluki diri Setan Kembar Jubah Merah langsung saja melompat cepat, sambil melepaskan pukulan-pukulan keras beruntun.
"Hup! Yeaaah...!"
Rangga terpaksa harus melompat mundur. Dan tubuhnya langsung meliuk menghindari serangan-serangan cepat dari dua orang tua berjubah merah menyala ini. Dengan menggunakan jurus Sembilan Langkah Ajaib, serangan-serangan kedua orang tua itu mudah sekali dapat dimentahkan. Tapi, pertahanan Pendekar Rajawali Sakti kelihatannya tidak berlangsung lama, begitu kelemahan jurus Sembilan Langkah Ajaib, cepat diketahui Setan Kembar Jubah Merah.
Maka salah seorang dari mereka langsung saja menyerang bagian kaki Pendekar Rajawali Sakti, sedangkan yang seorang lagi menyerang bagian atas. Serangan-serangan cepat yang mengarah pada dua bagian tubuh ini, tentu saja membuat Rangga jadi kelabakan juga. Cepat-cepat tubuhnya melenting ke udara, dan berputaran beberapa kali. Lalu tubuhnya cepat melesat turun, dan manis sekali kakinya menjejak sekitar dua batang tombak di depan kedua orang tua berjubah merah ini.
"Hap!" Namun baru saja Pendekar Rajawali Sakti bisa menarik napas lega, dua orang tua itu sudah menyerang lagi
"Hup! Hiyaaa...!"
Tepat di saat laki-laki tua berjubah merah yang berambut putih menghantamkan pukulannya ke arah perut, Rangga cepat mengegoskan tubuhnya ke kanan. Dan saat itu juga, kaki kirinya dihentakkan ke depan, sambil memiringkan tubuhnya ke kanan.
"Hiyaaa...!"
"Ikh...!" Orang tua berjubah merah yang berambut putih itu jadi terkejut setengah mati. Sungguh tidak disangka kalau Rangga akan melakukan serangan, justru di saat tengah menghindari serangannya. Tak ada waktu lagi untuk berkelit. Maka cepat-cepat tangan kirinya dikebutkan untuk menangkis hentakan kaki kiri Pendekar Rajawali Sakti.
Plak!
"Akh...!" Orang tua berjubah merah yang berambut putih itu jadi terpekik, begitu tangannya beradu keras dengan kaki kiri Pendekar Rajawali Sakti. Maka cepat-cepat dia melompat ke belakang sejauh lima langkah. Tapi baru saja menjejakkan kakinya di tanah, Rangga sudah menggeser kakinya cepat sekali menyusur tanah. Dan pada saat itu juga, tangannya cepat dikibaskan ke arah dada orang tua ini.
"Hiyaaa...!"
"Haiiit..!"
"Yeaaah...!"
Cring!
Wuk!
"Upts...!"
Kali ini Rangga yang tersentak kaget Begitu serangannya dilancarkan, tiba-tiba saja orang tua berjubah merah yang berambut hitam sudah melompat sambil mencabut pedangnya. Dan pedang itu langsung dibabatkan ke arah tangan Pendekar Rajawali Sakti. Untung Rangga cepat-cepat menarik tangannya, sehingga tebasan pedang itu tidak sampai menyambar tangannya.
"Hup!"
Cepat-cepat Rangga melompat ke belakang beberapa langkah. Sementara, orang tua berjubah merah yang berambut putih sudah meloloskan pedangnya juga. Dan kini mereka berdiri berdampingan dengan pedang tersilang di depan dada. Sedangkan Rangga berdiri tegak memandangi dengan sorot mata tajam, tidak berkedip sedikit pun.
"Cabut pedangmu, Bocah!" bentak Setan Kembar Jubah Merah yang berambut putih.
"Maaf. Aku belum merasa perlu menggunakan pedang," sahut Rangga, menolak halus.
"Sombong...!" dengus Setan Kembar Jubah Merah yang berambut hitam.
"Jangan salahkan kami kalau kau mampus tanpa sempat mencabut senjata, Bocah!" sambung Setan Kembar Jubah Merah yang berambut putih.
Rangga hanya tersenyum kecil saja. Sementara, dua orang laki-laki tua yang berjubah Setan Kembar Jubah Merah itu sudah menggeser kaki ke samping, hingga jarak satu sama Iain merenggang. Begitu ringan gerakan kaki mereka, sehingga tidak terdengar suara sedikit pun juga. Dan saat itu juga, Rangga menyadari kalau dua orang tua kembar itu memiliki kepandaian yang tidak bisa dianggap enteng.
"Hiyaaat...!"
"Yeaaa...!"
"Hap!"
Rangga cepat-cepat meliukkan, begitu Setan Kembar Jubah Merah yang berambut putih mengebutkan pedangnya. Dan hampir bersamaan, orang tua yang berambut hitam juga sudah menyerang. Pedangnya dibabatkan ke arah kaki Pendekar Rajawali Sakti. Dengan pedang di tangan, serangan dua orang laki-laki berjuluk Setan Kembar Merah itu semakin dahsyat saja. Sedikit saja lengah, akan sangat parah akibatnya. Dan Rangga terpaksa harus berjumpalitan menghindarinya.
"Hiyaaat..!"
Begitu mendapat kesempatan, cepat sekali Pendekar Rajawali Sakti melenting ke udara. Lalu bagaikan kilat tubuhnya meluruk deras dengan kedua kaki berputaran cepat mengarah ke kepala Setan Kembar Jubah Merah yang berambut putih.
"Ikh...!"
Laki-laki tua berjubah merah yang berambut putih itu jadi terkejut setengah mati. Cepat-cepat pedangnya diputar ke atas kepala, lalu melompat ke belakang dua langkah. Tapi pada saat yang bersamaan, Rangga sudah cepat memutar tubuhnya hingga kepalanya terbalik ke bawah. Dan saat itu juga...
"Yeaaah...!"
Bagaikan kilat Pendekar Rajawali Sakti melepaskan satu pukulan keras, menggunakan jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali'. Begitu cepat hentakan tangan kanannya, sehingga Setan Kembar Jubah Merah berambut putih itu tidak sempat lagi menghindar. Maka....
Diegkh!
"Akh...!"
Pukulan Pendekar Rajawali Sakti tepat menghantam dadanya. Dan sambil memekik tertahan, laki-laki tua berjubah merah yang berambut putih itu terpental ke belakang, sejauh dua batang tombak. Sementara orang tua kembarannya yang berambut hitam jadi tersentak kaget, melihat saudaranya terpental, terkenal pukulan telak di dadanya.
"Setan alas...! Kubunuh kau! Hiyat...!"
Wuk!
"Hap! Yeaaah...!"
Tepat di saat orang tua berambut hitam itu mengebutkan pedangnya ke arah kepala, Rangga langsung merunduk. Tubuhnya lalu berputar cepat bagai kilat sambil melepas satu tendangan berputar yang begitu cepat disertai pengerahan tenaga dalam sempurna. Begitu cepatnya serangan balik yang dilakukan Pendekar Rajawali Sakti, sehingga....
Des!
"Akh...!"
Laki-laki tua berjubah merah yang berambut hitam itu kontan terpental ke belakang sejauh dua batang tombak, begitu dadanya terkena tendangan telak Pendekar Rajawali Sakti. Tubuhnya langsung terjengkang di tanah, diiringi pekik kesakitan.
Sementara, Rangga berdiri tegak dengan kedua kaki kokoh. Sorot matanya begitu tajam, menatap dua orang laki-laki tua yang tergeletak bersisian sambil mengerang, merintih kesakitan. Perlahan Pendekar Rajawali Sakti melangkah menghampiri. Lalu, dipungutnya dua pedang Setan Kembar Jubah Merah yang tadi terpental lepas dari tangannya, begitu terkena pukulan dan tendangannya.
Sementara, dua orang tua berjubah merah itu sudah bangkit berdiri. Tapi, bibir mereka masih terlihat meringis menahan sakit di dada. Dan Rangga sudah berdiri tegak sekitar tujuh langkah di depan mereka. Tangan kanannya tampak menggenggam dua pedang orang tua itu.
"Anak muda, siapa kau sebenarnya...?! Kepandaianmu sungguh tinggi! Dan kami mengaku kalah...," kata Setan Kembar Jubah Merah yang berambut putih. Suaranya terdengar tersendat-sendat, karena jalan pernafasannya belum teratur benar.
Namun belum juga Rangga bisa menjawab, tiba-tiba saja terdengar suara tawa terkikik yang begitu keras menyakitkan telinga. Akibatnya, mereka semua yang ada di tempat itu jadi tersendat kaget. Rangga yang sudah begitu sempurna tingkat kepandaiannya, langsung mengerahkan hawa murni untuk menahan suara tawa terkikik yang mengandung pengerahan tenaga dalam tinggi ini
"Hmmm.... Siapa lagi ini...?" gumam Rangga dalam hari, bertanya pada diri sendiri.

***

99. Pendekar Rajawali Sakti : Pelangi Lembah KambangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang