BAGIAN 8

452 22 0
                                    

Hampir-hampir Rangga tidak percaya dengan penglihatannya sendiri. Di dalam ruangan yang juga berukuran besar, Ratu Lembah Kambang terlihat berdiri tegak di belakang seorang gadis cantik berbaju biru muda. Sebilah pedang berwarna merah menyala yang tergenggam erat di tangan kanan Ratu Lembah Kambang tampak menempel di tenggorokan gadis itu.
Sedangkan tangan kirinya yang menggenggam sebuah kipas putih berada di perut gadis itu. Yang membuat Rangga jadi terbeliak, gadis itu adalah Pandan Wangi. Dan tampaknya gadis berjuluk si Kipas Maut itu benar-benar tidak berdaya, terbelenggu rantai pada tangan, kaki, dan tubuhnya.
"Sebaiknya menyerahlah, kalau tidak ingin kepala kekasihmu terpisah dari lehernya, Pendekar Rajawali Sakti," dingin sekali suara Ratu Lembah Kambang mengancam.
"Pengecut..!" desis Rangga menggeram.
"Hik hik hik...! Kau tidak punya pilihan lain lagi, Pendekar Rajawali Sakti. Hanya ada satu pilihan buatmu. Menyerah, atau kekasihmu terbang ke neraka."
"Jangan pedulikan dia, Kakang. Jangan menyerah...!" sentak Pandan Wangi.
"Diam! Hih...!"
Diegkh!
"Akh...!"
Pandan Wangi jadi terpekik, begitu ujung gagang pedangnya sendiri yang kini dikuasai Ratu Lembah Kambang, menghantam keras pelipisnya. Seketika, darah mengucur keluar dari pelipis yang sobek.
"Jahanam...!" bentak Pendekar Rajawali Sakti. Rangga semakin geram melihat tindakan wanita cantik penguasa Lembah Kambang ini. Kedua tangannya sudah terkepal, dan matanya berapi-api menahan kemarahan. Tampaknya Ratu Lembah Kambang memang menguasai keadaan.
Pendekar Rajawali Sakti itu kini benar-benar terjepit, dan benar-benar sukar menentukan pilihan lagi. Namun di saat Rangga tengah kebingungan, tiba-tiba saja....
Wusss...!
"Heh...?!"
Ratu Lembah Kambang jadi tersentak kaget, begitu tiba-tiba saja sebatang anak panah meluncur deras kearahnya dari sebelah kanan. Begitu terkejutnya, sehingga langsung mendorong Pandan Wangi sambil melompat ke belakang. Sementara, panah itu terus meluncur, hingga....
Crab!
"Akh...!"
"Pandan..!"
Rangga cepat-cepat melompat, langsung menyambar tubuh Pandan Wangi yang menggeletak di lantai. Cepat dibawanya gadis itu ke tempat yang cukup jauh dari jangkauan Ratu Lembah Kambang. Untung saja anak panah yang melesat tadi hanya menancap di bahu kanannya, sehingga tidak sempat merenggut nyawa si Kipas Maut ini.
"Keparat..!" desis Rangga geram setengah mati. Cepat Pendekar Rajawali Sakti bangkit berdiri, dan melompat hendak menerjang Ratu Lembah Kambang.
Tapi belum juga sampai, tiba-tiba saja dari atas sudah meluncur sebuah bayangan kuning ke arah ratu cantik penguasa Lembah Kambang ini. Pada saat yang sama, Ratu Lembah Kambang sudah mengebutkan Pedang Naga Geni milik Pandan Wangi yang berada di tangan kanannya, ke arah bayangan kuning itu.
Wuk!
Cahaya merah langsung berkelebat, begitu Pedang Naga Geni dikebutkan. Mendapat serangan ini, bayangan kuning itu melesat balik dengan kecepatan luar biasa sekali. Beberapa kali bayangan kuning itu berputaran di udara, lalu ringan sekali hinggap di atas tembok yang tinggal setengahnya lagi. Saat itu, terlihat kalau bayangan kuning tadi adalah seorang gadis cantik berbaju kuning muda.
"Rahmita...," desis Rangga langsung mengenali gadis itu.
Dan pada saat itu juga, Ratu Lembah Kambang sudah melesat begitu cepat ke arah gadis berbaju kuning yang dikenali Rangga sebagai Rahmita.
"Hiyaaat..!"
"Rahmita, awasss...!"
"Hup! Yeaaah...!"
Rahmita cepat melenting ke udara, begitu Ratu Lembah Kambang membabatkan Pedang Naga Geni ke arahnya. Begitu cepat sabetan pedang bercahaya merah itu, sehingga Ratu Lembah Kambang tidak dapat menguasainya lagi. Dan sabetan pedang itu langsung menghantam tembok baru yang tinggal setengahnya.
Glarrr...!!!
Ledakan seketika terdengar, bersamaan hancurnya dinding batu yang terhantam Pedang Naga Geni.
"Hiyaaa...!"
Rangga yang tahu betul akan kedahsyatan Pedang Naga Geni milik Pandan Wangi itu, tidak bisa lagi tinggal diam. Dia tidak ingin Rahmita celaka, karena belum mengetahui kedahsyatan Pedang Naga Geni yang kini berada di tangan Ratu Lembah Kambang. Secepat kilat Pendekar Rajawali Sakti melesat menerjang, sebelum Ratu Lembah Kambang bisa menyerang Rahmita.
Sret!
Cring!
Bet!
Secepat itu pula Pendekar Rajawali Sakti mencabut pedang pusakanya dari punggung, dan membabatkannya ke arah dada ratu cantik penguasa Lembah Kambang ini. Seketika cahaya biru berkelebat begitu cepat, bersamaan tercabutnya Pedang Pusaka Rajawali Sakti dari warangka di punggung Rangga.
"Haiiit..!"
Bet!
Ratu Lembah Kambang cepat-cepat menangkis serangan Pendekar Rajawali Sakti dengan Pedang Naga Geni. Begitu cepat serangan Rangga, sehingga benturan antara dua pedang berpamor dahsyat itu tidak bisa dihindari. Dan....
Trang!
Glarrr...!
Kembali terdengar ledakan dahsyat menggelegar, begitu dua pedang itu beradu tepat di depan dada Ratu Lembah Kambang.
"Ikh...!" Ratu Lembah Kambang tampak terperanjat, dan langsung terdorong ke belakang dua langkah.
Tapi pada saat itu juga, Pendekar Rajawali Sakti sudah kembali melancarkan serangan menggunakan jurus 'Pedang Pemecah Sukma'. Begitu cepat serangannya, sehingga membuat Ratu Lembah Kambang terpaksa harus berjumpalitan menghindarinya. Dan beberapa kali pula pedangnya harus dibabatkan mencoba menangkis serangan pedang yang memancarkan cahaya biru berkilauan itu.
Namun gerakan-gerakan pedang yang dilakukan Rangga, memang sangat indah dan cepat luar biasa. Sehingga beberapa kali pula Ratu Lembah Kambang hampir kecolongan. Untung saja, dia masih bisa menghindarinya.
Setelah beberapa gebrakan berlangsung, Ratu Lembah Kambang mulai terlihat goyah pertahanannya. Bahkan gerakan-gerakannya jadi tidak beraturan. Rangga yang tahu, lawannya ini sudah terpengaruh jurus 'Pedang Pemecah Sukma' yang semakin gencar dikerahkannya.
"Phuihhh...!"
Namun Ratu Lembah Kambang rupanya cepat menyadari ketidakseimbangan gerakan jurus-jurusnya. Dan secepat itu pula disadari adanya pengaruh dari jurus yang dimainkan Pendekar Rajawali Sakti. Maka dengan cepat tubuhnya melesat ke belakang sejauh setengah batang tombak, tepat di saat Rangga mengarahkan pedangnya ke kaki.
"Hap!"
Tap!
Manis sekali Ratu Lembah Kambang melompat, lalu mendarat kembali di lantai. Pedangnya langsung disilangkan di depan dada, dan membuang kipas baja putih milik Pandan Wangi yang sejak tadi berada di tangan kirinya. Tampaknya kipas itu dianggapnya sama sekali tidak berguna.
Perlahan wanita itu menggeser kakinya ke kanan, menghampiri tongkatnya yang bersandar di dinding. Tangan kirinya menjulur, lalu mengambil tongkat berwarna kuning keemasannya. Kemudian Pedang Naga Geni dipindahkan ke tangan kiri, sementara tongkatnya tergenggam di tangan kanan.
Pada saat yang sama Rangga sudah menyilangkan pedangnya di depan dada. Terlihat Pendekar Rajawali Sakti menempelkan telapak tangan kirinya pada mata pedang dekat tangkainya. Sedangkan kedua kakinya sudah merenggang cukup lebar. Dari sikapnya itu, jelas kalau Rangga tengah mengerahkan aji 'Cakra Buana Sukma' yang sangat dahsyat dan belum ada tandingannya.
"Hiyaaat...!" Bagaikan kilat, Ratu Lembah Kambang melompat sambil mengebutkan tongkatnya ke depan. Dan saat itu juga...
"Aji 'Cakra Buana Sukma'! Yeaaah...!"
Wusss!
"Heh...?!" Ratu Lembah Kambang jadi tersentak kaget setengah mati begitu tiba-tiba Rangga menghentakkan pedangnya ke depan. Seketika dari ujung mata pedang itu memancar gumpalan cahaya biru berkilauan yang begitu cepat bagai kilat, hingga Ratu Lembah Kambang tidak sempat lagi menghindar. Dan....
Slap!
"Akh...!" Ratu Lembah Kambang jadi terpekik, begitu tubuhnya terhantam cahaya biru yang memancar dari pedang Pendekar Rajawali Sakti. Dan seketika itu juga, seluruh tubuhnya sudah terselubung sinar biru yang semakin banyak menggumpal.
"Akh...!" Ratu Lembah Kambang menggeliat-geliat, berusaha melepaskan diri dari selubung cahaya biru itu. Tapi semakin keras berusaha, semakin banyak saja tenaganya terkuras. Ratu Lembah Kambang tidak menyadari kalau aji 'Cakra Buana Sukma' yang dilepaskan Rangga mempunyai kekuatan yang mampu menyedot kekuatan lawan. Sungguh hal itu sama sekali tidak disadari. Sehingga semakin keras dia berusaha, semakin banyak pula tenaganya yang terkuras.
"Yeaaah...!" Rangga semakin kuat mengerahkan aji kesaktiannya yang sangat dahsyat itu. Maka semakin banyak saja kekuatan Ratu Lembah Kambang yang terkuras. Hingga akhirnya, wanita itu benar-benar tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Seluruh tenaganya sudah terkuras habis. Dan pada saat itu juga....
"Hiyaaat...!" Sambil berteriak keras menggelegar, Rangga melenting ke depan. Lalu cepat sekali pedangnya diangkat ke atas. Dan begitu cahaya biru yang memancar dari pedang itu tertarik, secepat kilat Rangga membabatkan pedangnya ke leher Ratu Lembah Kambang.
Cras!
"Aaa...!" Jeritan panjang melengking tinggi seketika itu terdengar menyayat. Tampak Ratu Lembah Kambang berdiri tegak dengan kedua bola mata terbeliak lebar. Sementara Rangga sudah menjejakkan kakinya kembali di lantai.
Cring!
Bruk!
Tepat di saat Pendekar Rajawali Sakti memasukkan pedangnya kembali ke dalam warangka di punggung, tubuh Ratu Lembah Kambang yang juga dikenal bergelar Pelangi Lembah Kambang atau Dewi Pelangi itu ambruk ke lantai. Sedikit pun tubuhnya tidak bergerak-gerak lagi, dengan kepala langsung terpisah dari leher. Darah menyembur deras sekali, keluar dari batang lehernya yang buntung tak berkepala lagi.
"Hhh...!" Rangga menghembuskan napas panjang-panjang. Sebentar dipandanginya Ratu Lembah Kambang yang tergeletak tidak bernyawa lagi. Kemudian dihampirinya Pandan Wangi yang kini ditemani Rahmita. Dan pada saat itu, terlihat enam orang pendekar muda berdatangan. Mereka menarik napas lega, begitu melihat Ratu Lembah Kambang sudah terkapar tidak bernyawa lagi.
"Bagaimana lukamu, Pandan?" tanya Rangga.
"Tidak begitu dalam panahnya menembus bahuku," sahut Pandan Wangi seraya bangkit berdiri, diikuti Rahmita.
"Maaf, seharusnya aku tidak meninggalkanmu," ucap Rangga.
"Ah! Sudahlah, Kakang," desah Pandan Wangi.
"Aku memang ditipu ratu setan itu." Rangga mengalihkan pandangan pada Rahmita. "Terima kasih atas bantuanmu mencabut panah itu, Rahmita," ucap Rangga.
"Seharusnya aku yang berterima kasih padamu, Rangga. Kau sudah membalaskan kematian guru dan seluruh saudara-saudara seperguruanku," sahut Rahmita.
"Hm.... Ratu Lembah Kambang membunuh gurumu...?" tanya Rangga agak menggumam terkejut.
"Ya! Akulah satu-satunya murid Padepokan Dara Wulung yang bisa lolos dari kekejaman Ratu Lembah Kambang."
"Oh...," Rangga mendesah, tidak menyangka kalau Rahmita adalah murid Padepokan Dara Wulung.
"Guruku memang sudah mengetahui akan kedatangan Ratu Lembah Kambang. Itu sebabnya dia mengirim surat padamu dan memintamu datang ke padepokan, Rangga," jelas Rahmita lagi.
"Ya! Sayangnya, aku datang terlambat," desah Rangga menyesali.
"Tapi, kau sudah membalasnya, Rangga."
Rangga hanya tersenyum saja. "Rahmita, kenapa Ratu Lembah Kambang menghancurkan padepokanmu?" tanya Rangga lagi.
"Dia kecewa, karena mengira akan menemukan pemuda-pemuda gagah di sana untuk dijadikan pendampingnya. Dan kekecewaannya itu dilampiaskan dengan membantai kami semua. Untung saja, aku bisa selamat, dan bisa keluar dari padepokan," jelas Rahmita lagi.
"O..., jadi sebenarnya selama ini kau sudah tahu...?"
"Maaf. Aku tidak bisa membuka siapa diriku sebenarnya, karena khawatir Ratu Lembah Kambang mengenaliku," ujar Rahmita.
"Tapi kenyataannya dia tidak mengenalimu, kan...? Lalu, siapa orang-orang bertampang kasar yang pernah mengeroyokmu. Dan siapa pula Setan Kembar Jubah Merah yang juga mengeroyokmu? Apa masalahnya sehingga kau berurusan dengan mereka?" berondong Pendekar Rajawali Sakti, mengungkapkan ganjalan hatinya.
"Orang-orang bertampang kasar yang pernah mengeroyokku sebenarnya para murid Setan Kembar Jubah Merah, yang memang ingin menghancurkan Padepokan Dara Wulung. Mereka memang mempunyai dendam pribadi pada guruku," jelas Rahmita.
Rangga hanya manggut-manggut mendengar penjelasan gadis itu. Namun, saat itu terdengar suara gemuruh yang mengguncangkan seluruh bangunan istana di Lembah Kambang ini. Mereka semua jadi tersentak kaget.
"Cepat keluar. Tempat ini akan segera hancur...!" seru Rangga langsung menyadari. Secepat kilat, Pendekar Rajawali Sakti menyambar Pandan Wangi yang masih kelihatan lemah, lalu melesat keluar.
Sedangkan Rahmita dan enam orang pendekar muda undangan Ratu Lembah Kambang segera mengikuti. Begitu mereka cukup jauh berada di luar bangunan megah Istana Lembah Kambang, seketika bangunan istana itu hancur, hingga membuat seluruh lembah ini jadi berguncang. Debu membubung tinggi ke angkasa, mengiringi kehancuran istana itu, akibat pertarungan dahsyat antara Rangga melawan Ratu Lembah Kambang tadi.
Sementara, Rangga sudah menurunkan Pandan Wangi perlahan-lahan, kemudian berbalik. Dipandanginya Istana Lembah Kambang yang sudah hancur, rata dengan tanah.
"Hhh...! Tamat sudah keangkuhannya...," desah Pendekar Pedang Perak.
Rangga berpaling sedikit pada pendekar muda itu.
"Untung kau bisa mengalahkannya, Pendekar Rajawali Sakti," ujar Pendekar Golok Ireng
"Ya! Kalau tidak.., entah apa jadinya dunia ini," sambung yang lainnya.
Rangga hanya tersenyum saja. Sebenarnya diakui kalau tadi hampir saja tidak sanggup menandingi ketangguhan Ratu Lembah Kambang. Kalau saja tidak memiliki aji pamungkas yang sangat dahsyat itu, entah apa jadinya. Barangkali, saat ini dia sudah terkubur bersama istana yang hancur itu.
Setelah cukup puas memandangi kehancuran Istana Lembah Kambang, enam orang pendekar muda itu meninggalkan lembah ini. Kini tinggal Rangga, Pandan Wangi, dan Rahmita yang masih ada.
"Kau akan pergi ke mana, Rahmita?" tanya Rangga.
"Ke Padepokan Melati Putih," sahut Rahmita. "Di sana aku bisa memperdalam kepandaianku."
"Memang sebaiknya begitu, Rahmita. Kau pasti akan diterima dengan tangan terbuka, karena guru Padepokan Melati Putih memang adik kandung gurumu," sambut Rangga senang.
"Mudah-mudahan saja, Rangga." Rahmita kemudian meninggalkan kedua pendekar dari Karang Setra itu, setelah berpamitan.
Sementara Pandan Wangi masih tetap duduk di atas batang kayu yang roboh. Dan Rangga kemudian menghampirinya. "Kau kuat berjalan, Pandan?" tanya Rangga.
"Aku belum lumpuh, Kakang," sahut Pandan Wangi agak mendengus.
Lagi-lagi Rangga hanya tersenyum saja. Kemudian, mereka melangkah beriringan meninggalkan Lembah Kambang yang indah ini. Namun baru saja berjalan sejauh sepuluh batang tombak, Rangga menghentikan ayunan kakinya. Tubuhnya langsung berbalik kembali menatap ke arah reruntuhan bangunan Istana Lembah Kambang.
"Ada apa, Kakang?" tanya Pandan Wangi.
"Ah, tidak apa-apa...," sahut Rangga cepat-cepat. Pendekar Rajawali Sakti kembali berbalik dan melangkah lagi diikuti Pandan Wangi di sebelah kanan. Mereka terus berjalan tanpa bicara lagi sedikit pun juga.

***

TAMAT

🎉 Kamu telah selesai membaca 99. Pendekar Rajawali Sakti : Pelangi Lembah Kambang 🎉
99. Pendekar Rajawali Sakti : Pelangi Lembah KambangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang