BAGIAN 5

387 21 0
                                    

"Hik hik hik..!" Tawa terkikik yang begitu nyaring menyakitkan telinga itu terus terdengar menggema, membuat darah di tubuh mereka semua jadi bergolak. Tampak Setan Kembar Jubah Merah sudah merapatkan kedua telapak tangan di depan dada. Sementara, Rangga masih tetap berdiri tegak tanpa bergeming sedikit pun.
"Nisanak! Keluarlah...! Tidak ada gunanya bermain-main seperti itu...!" Terdengar keras sekali suara Rangga, karena dikeluarkan lewat pengerahan tenaga dalam sempurna. Dan seketika itu juga, suara tawa terkikik itu lenyap dari pendengaran. Tapi tidak berapa lama kemudian, terlihat sebuah bayangan hijau berkelebat begitu cepat di depan Rangga.
Wusss...!
"Heh...?!" Rangga jadi tersentak kaget, karena bayangan hijau itu berkelebat begitu cepat menyambar dua orang laki-laki tua di depannya yang berjuluk Setan Kembar Jubah Merah. Begitu cepat kelebatannya, sehingga dua orang tua berjubah merah itu tidak sempat lagi menyadari. Dan....
Bet!
Wuk!
"Akh!"
"Aaa...!"
Saat itu juga terdengar jeritan panjang melengking tinggi yang begitu menyayat. Saat itu, kelopak mata Rangga jadi terbeliak lebar, begitu melihat dua orang laki-laki tua berjubah merah ini sudah ambruk menggelepar di tanah. Tampak leher mereka menyemburkan darah segar dari luka yang seperti terbabat pedang. Hanya sebentar saja Setan Kembar Jubah Merah itu menggelepar sambil mengerang, kemudian mengejang kaku. Dan kini, mereka diam tidak bergerak-gerak lagi.
"Edan...!" dengus Rangga terkejut.
"Hik hik hik...!"
"Okh...?!" Kembali Pendekar Rajawali Sakti tersentak kaget, ketika terdengar lagi tawa mengikik yang menyakitkan telinga. Tapi begitu tawa itu terhenti, kembali terlihat satu bayangan hijau berkelebat begitu cepat di depan pemuda berbaju rompi putih ini.
"Hup!" Cepat-cepat Rangga melompat ke belakang, tidak ingin bernasib sama dengan si Setan Kembar Jubah Merah. Tapi, rupanya bayangan hijau itu tidak menyambar ke arahnya, dan hanya berkelebat di depan tubuhnya saja. Dan tepat di saat Rangga menjejakkan kakinya, tahu-tahu sekitar satu batang tombak di depannya sudah berdiri seorang perempuan muda berwajah cantik bagai bidadari.
Wanita itu berbaju ketat dan agak tipis berwarna hijau. Sehingga, bentuk tubuhnya yang indah dan ramping menggiurkan membayang jelas. Tampak di balik punggungnya tersembul sebilah pedang, yang pada bagian ujungnya berbentuk sekuntum bunga mawar berwarna putih keperakan. Bibirnya yang merah, terlihat menyunggingkan senyum manis sekali.
Sesaat Rangga sempat terpana memandanginya. Dia merasa, seakan-akan tengah berhadapan dengan bidadari yang baru turun dari kayangan. Sungguh kecantikan wanita itu tiada bandingnya. Dan sepertinya, baru kali ini Rangga melihat wanita cantik yang sangat sempurna, sehingga membuat matanya tidak berkedip memandangi beberapa saat.
"Seharusnya kau tidak perlu melayani tikus-tikus tidak berguna seperti mereka, Pendekar Rajawali Sakti. Kau sudah menerima undangan kami. Dan kami semua sangat mengharapkan kedatanganmu," terdengar sangat lembut nada suara wanita cantik berbaju hijau itu.
"Maaf, aku belum mengenalmu, Nisanak. Kalau boleh tahu, siapa kau ini...?" tanya Rangga tanpa menghiraukan kata-kata wanita bagai bidadari itu.
"Oh, ya. Maaf.... Aku sampai lupa memperkenalkan diri," ucap wanita itu.
Dia melangkah beberapa tindak ke depan, hingga jaraknya dengan Pendekar Rajawali Sakti tinggal sekitar lima langkah lagi. Saat itu juga, Rangga bisa merasakan aroma yang sangat harum menyebar dari tubuh ramping wanita berwajah cantik dan berkulit putih halus menggiurkan ini.
"Aku Ratu Dewi Pelangi. Tapi biasanya disebut Ratu Lembah Kambang. Dan ada juga yang memanggilku Pelangi Lembah Kambang. Terserah, kau mau memanggilku yang mana...," ujar wanita cantik berbaju hijau ini memperkenalkan diri dengan suara lembut sekali.
Rangga melirik sedikit pada dua tubuh laki-laki tua yang tergeletak tidak bernyawa lagi, dengan leher terbabat hampir buntung. Kemudian matanya melirik Rahmita yang duduk bersandar di bawah pohon. Tampaknya gadis itu mengalami luka yang cukup parah, hingga tidak bisa lagi mengangkat tubuhnya berdiri. Dan pada saat yang sama, Ratu Lembah Kambang yang juga dikenal sebagai Ratu Dewi Pelangi atau Pelangi Lembah Kambang itu mengarahkan pandangan pada gadis manis berbaju kuning muda ini. Tapi sebentar kemudian, kembali ditatapnya Pendekar Rajawali Sakti.
"Tidak perlu kau cemaskan dia, Pendekar Rajawali Sakti," kata Ratu Lembah Kambang, masih terdengar lembut sekali suaranya terdengar.
"Kelihatannya dia terluka," ujar Rangga pelan.
"Hanya luka ringan. Tidak lama lagi, dia juga sudah pulih," jelas Ratu Lembah Kambang. Rangga menatap wanita di depannya ini dalam-dalam.
"Tadi aku sempat memeriksanya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Percayalah, dia tidak mengalami luka parah," kata Ratu Lembah Kambang lagi, berusaha meyakinkan Pendekar Rajawali Sakti. Rangga hanya diam saja. Sebentar dipandangnya wanita di depannya ini, dan sebentar kemudian beralih pada Rahmita yang masih tetap duduk bersandar pada sebatang pohon yang cukup rimbun daunnya dengan kedua kaki menjulur ke depan. Tapi sebentar kemudian pandangan Pendekar Rajawali Sakti kembali terarah pada Ratu Lembah Kambang, yang juga dikenal sebagai Ratu Dewi Pelangi.
"Aku kira, tidak ada waktu lagi, Pendekar Rajawali Sakti. Kita harus secepatnya sampai di Lembah Kambang," kata Ratu Lembang Kambang mengingatkan.
"Tunggu dulu...," sentak Rangga, mencegah ayunan langkah kaki wanita cantik ini.
"Ada apa lagi?" tanya Ratu Lembah Kambang.
"Aku tidak bisa pergi tanpa Pandan Wangi. Dia sedang menuju ke sini," sahut Rangga, langsung teringat pada si Kipas Maut.
"Kekasihmu sudah menunggu di sana," jelas Ratu Lembah Kambang kalem.
"Apa maksudmu, Nisanak...?" Rangga kelihatannya agak terkejut juga mendengar kata-kata wanita itu. Langsung ditatapnya Ratu Lembah Kambang dengan sinar mata yang sangat tajam.
Tapi Ratu Lembah Kambang malah tersenyum manis. "Jangan khawatir, Rangga...," terdengar terputus nada suara Ratu Lembah Kambang. Rangga masih tetap diam, menatap dengan sinar mata sangat tajam. "Boleh aku memanggil dengan namamu saja...?" pinta Ratu Lembang Kambang.
"Tampaknya kau sudah tahu banyak tentang diriku, Nisanak," agak mendesis kecil nada suara Pendekar Rajawali Sakti.
"Ya, aku tahu banyak tentang dirimu," sahut Ratu Lembah Kambang mengakui.
"Hmmm...."
"Pandan Wangi sudah dijemput di tengah perjalanan oleh dua orang abdiku. Jangan khawatir, dia tidak apa-apa. Dan lagi, kedua abdiku tidak memaksanya. Pandan Wangi mengikuti, setelah salah seorang abdiku mengatakan kau sudah menunggu di sana," jelas Ratu Lembah Kambang.
"Heh...?! Apa katamu...?!" Rangga jadi terperanjat setengah mati.
"Maaf, Rangga. Kalau tidak begitu, aku tahu Pandan Wangi tidak akan mau mengikuti," kata Ratu Lembah Kambang.
"Katakan terus-terang, apa maksudmu sebenarnya, Nisanak?" terdengar agak mendesis nada suara Rangga.
"Sayang sekali, aku tidak bisa mengatakannya di sini. Sebaiknya, ikutlah saja denganku ke Lembah Kambang," sahut Ratu Lembah Kambang.
Rangga jadi terdiam beberapa saat. Sebentar matanya melirik Rahmita yang masih tetap duduk menjulurkan kakinya bersandar pada sebatang pohon.
"Cepatlah, Rangga. Tidak ada waktu lagi...," desak Ratu Lembah Kambang.
Rangga memandangi wanita cantik itu beberapa saat, kemudian melangkah mendekati Rahmita yang masih tetap duduk bersandar di bawah pohon. Sebentar diperiksanya keadaan gadis itu. Tapi begitu hendak bangkit berdiri, Rahmita sudah mencekal tangannya.
"Hati-hati, Rangga. Aku tahu, siapa dia. Perempuan itu bukan wanita baik-baik," bisik Rahmita perlahan.
"Adikku ada di tangannya," kata Rangga juga berbisik pelan.
"Sudah kuduga...," desis Rahmita.
Rangga memandangi gadis itu beberapa saat, kemudian melirik sedikit pada Ratu Lembah Kambang yang masih menunggu dengan sikap tidak sabar.
"Kau tidak apa-apa, Rahmita?" tanya Rangga.
"Tenanglah. Aku sengaja berbuat begini, supaya dia tidak membunuhku," sahut Rahmita seraya tersenyum sedikit.
"Membunuhmu...? Kenapa?"
"Nanti juga kau akan tahu, Rangga. Sebaiknya kau memang ikut dengannya saja dulu. Nanti kita bertemu di sana," kata Rahmita lagi. Entalah kenapa, Pendekar Rajawali Sakti jadi menganggukkan kepalanya.
"Ingat Rangga. Hati-hati...," pesan Rahmita. Setelah tangannya dilepaskan, Rangga baru bangkit berdiri. Kemudian kakinya melangkah menghampiri Ratu Lembah Kambang. Sedikit matanya melirik Rahmita yang masih duduk bersandar di bawah pohon, kemudian terus melangkah diiringi wanita cantik berbaju hijau ini.

99. Pendekar Rajawali Sakti : Pelangi Lembah KambangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang