BAGIAN 6

369 19 0
                                    

Rangga bergegas bangkit dari pembaringan, begitu mendengar pintu kamar tempatnya beristirahat di dalam Istana Lembah Kambang ini terbuka. Saat itu juga, empat orang gadis yang sejak siang tadi menemani sudah bangkit berdiri. Rangga juga melihat dua orang gadis lain berada di depan pintu.
"Raden..., silakan. Gusti Ratu sudah menunggu," ujar salah seorang gadis di depan pintu itu.
Sedikit Rangga melirik empat orang gadis yang terus-menerus menemaninya di dalam kamar ini. Dan mereka menganggukkan kepala bersamaan. Kemudian, Rangga melangkah keluar dari dalam kamar ini. Sementara, dua orang gadis yang membuka pintu kamar berjalan di depan. Sedangkan empat orang gadis lainnya berjalan di belakang Pendekar Rajawali Sakti.
Mereka terus berjalan tanpa bicara sedikit pun juga, menyusuri lorong yang cukup panjang. Beberapa buah pintu dilewati, hingga akhirnya mereka tiba di sebuah ruangan yang sangat luas. Di dalam ruangan itu sudah dipenuhi gadis cantik yang berpakaian sama, baik warna maupun potongan.
Rangga diantarkan sampai pada sebuah kursi yang masih kosong yang memang disediakan untuknya. Sementara kursi-kursi lain sudah terisi penuh. Pendekar Rajawali Sakti duduk di kursi, sejajar dengan enam orang laki-laki yang tidak dikenalnya sama sekali. Tapi dari pakaian dan senjata yang disandang, jelas kalau mereka dari kalangan persilatan.
"Gusti Ratu akan hadir. Harap semua berdiri untuk memberi penghormatan...!"
Tiba-tiba saja terdengar seruan yang cukup keras menggema di dalam ruangan ini. Dan semua gadis yang tadi duduk, langsung berdiri. Rangga juga ikut berdiri begitu melihat enam orang laki-laki yang duduk sebaris dengannya sudah berdiri. Saat itu, sebuah pintu berukuran besar dan memancarkan cahaya pelangi bergerak terbuka.
Dari balik pintu itu juga memancarkan cahaya terang yang sangat menyilaukan. Tampak semua gadis yang memenuhi ruangan ini membungkuk dalam-dalam. Hanya Rangga dan enam orang laki-laki lainnya yang tidak membungkuk. Tak berapa lama kemudian, terlihat seorang wanita bertubuh ramping keluar dari bias cahaya terang di pintu itu.
Tampak Ratu Lembah Kambang melangkah anggun. Pakaiannya sangat indah, namun dari bahan yang sangat tipis. Sehingga lekuk-lekuk tubuhnya begitu jelas terlihat. Wanita itu duduk di atas singgasananya. Dan pintu tempat dia keluar tadi, kembali tertutup dengan sendirinya.
"Duduklah kalian semua...!" seru Ratu Lembah Kambang sambil mengangkat tangan kanan sedikit.
Semua gadis yang memadati ruangan ini langsung duduk kembali tanpa menunggu perintah dua kali. Begitu tertib sikap mereka, bahkan tidak seorang pun yang memperdengarkan suaranya. Sehingga suasana dalam ruangan ini jadi sunyi. Beberapa saat suasana di dalam ruangan itu tetap sunyi, tanpa ada seorang pun yang membuka suara.
Sementara, Rangga terus memperhatikan keadaan sekeliling lewat sudut ekor matanya. Hatinya terus-menerus berbicara. Entah, apa yang ada dalam hati dan kepalanya saat ini. Tapi dari sudut ekor matanya, jelas sekali kalau Pendekar Rajawali Sakti tengah mengatur sebuah rencana.
"Sebelumnya, kuucapkan selamat datang pada kalian semua para pendekar gagah dan perkasa...," ucap Ratu Lembah Kambang memecah kesunyian.
Semua mata langsung tertuju pada wanita cantik yang duduk di atas singgasana merah itu. Tidak ada seorang pun yang berbicara. Dan semuanya menunggu, apa yang akan diucapkan Ratu Lembah Kambang.
"Aku merasa, malam ini merupakan malam yang sangat bersejarah, bagi diriku sebagai ratu di sini...," lanjut Ratu Lembah Kambang. "Mungkin kalian semua sudah tahu, kenapa aku mengundang kalian para pendekar gagah datang ke sini. Malam ini, aku akan mencari calon pendampingku. Dan yang kuinginkan sebagai mendampingku nanti adalah seorang pendekar gagah yang memiliki kepandaian sangat tinggi. Nah! Dari kalian semua yang berjumlah tujuh orang, aku ingin diperlihatkan kepandaian yang kalian miliki. Dan ingat kalian harus saling mengalahkan satu sama lain. Cara apa pun yang digunakan tidak ku larang. Tidak ada belas kasihan, juga tidak ada saling memaafkan. Jika kalian tidak suka dan ingin mengalah, kupersilakan untuk menikam diri sendiri."
Bukan hanya Rangga yang terkejut. Tapi keenam pendekar itu juga tersentak kaget setengah mati mendengar kata-kata wanita cantik penguasa Lembah Kambang itu. Sungguh tidak diduga kalau Ratu Lembah Kambang mempunyai peraturan seperti itu.
"Nini Ratu...!" selak salah seorang pemuda berbaju merah muda, dengan sebuah golok berwarna hitam legam yang tergenggam di tangan kanannya.
"Ya.... Ada apa, Pendekar Golok Ireng?" tanya Ratu Lembah Kambang lembut.
Pemuda berusia sekitar dua puluh delapan tahun yang cukup tampan itu bangkit berdiri dari duduknya. Sementara, yang lain memandangi dengan sinar mata sulit diartikan. Hanya Rangga saja yang menatap dengan sorot mata biasa saja, tapi keningnya terlihat sedikit berkerut.
"Aku tidak ingin bertarung tanpa alasan pasti. Dan aku juga tidak ingin mati sia-sia di sini. Dengar, Nini Ratu.... Kalau kau tidak mengijinkan aku dan yang lain keluar dari istanamu ini, aku tidak akan menjamin kehancuran istanamu!" lantang sekali suara Pendekar Golok Ireng.
Mendengar kata-kata pemuda tampan bernama Pendekar Golok Ireng itu, semua pendekar yang duduk berjajar di kursi langsung bangkit berdiri. Bahkan Rangga juga ikut bangkit berdiri. Kini, Pendekar Rajawali Sakti baru tahu kalau enam orang laki-laki yang ada di dalam ruangan ini adalah para pendekar muda yang berada pada jalan lurus.
Dan rupanya, mereka semua juga tidak senang mendapat undangan Ratu Lembah Kambang yang cukup aneh ini. Mengundang tujuh orang pendekar, hanya untuk mencari teman pendamping hidupnya di dalam istananya yang megah ini. Bahkan lewat pertarungan hidup dan mati!
"Aku peringatkan sekali lagi, tidak ada jalan untuk keluar dari istana ini tanpa seizinku. Dengar...! Kalian berada di dalam istanaku. Dan, hanya aku yang berkuasa di sini. Jadi, jangan berharap punya hak apa pun juga di sini. Kalian kuminta bertarung, dan menunjukkan kepandaian masing-masing. Dan salah satu di antara kalian yang terbaik, akan menjadi pendampingku seumur hidup...!" kata Ratu Lembah Kambang. Terdengar lembut, dan merdu suaranya, namun begitu lantang.
"Gila...! Peraturan macam apa ini...?" dengus salah seorang yang berbaju biru tua, dengan sebuah pedang tersampir di punggung. Pemuda yang wajahnya cukup tampan itu dikenal sebagai Pendekar Pedang Perak. Karena memang pedang yang disandang seluruhnya berwarna putih keperakan.
"Huh! Dasar ratu edan...!" dengus seorang pemuda lagi yang berbaju hijau. Dia membawa senjata berupa tombak pendek yang bermata dua pada kedua ujungnya, dan dikenal berjuluk Pendekar Sawung Geledek.
Gerutu-gerutuan terus terdengar dari para pendekar-pendekar muda itu. Hanya Pendekar Rajawali Sakti saja yang kelihatan diam dan tenang. Tapi, matanya terus beredar ke sekeliling, seakan tidak mempedulikan pendekar-pendekar muda lain yang merasa tertipu oleh undangan Ratu Lembah Kambang ini. Mereka benar-benar tidak tahu, kalau sebenarnya undangan Ratu Lembah Kambang ingin mencari jodoh.
Dan tentu saja membuat mereka jadi tidak senang. Mereka adalah pendekar muda yang tentu saja memiliki kepandaian tidak rendah. Di antara mereka semua tentu saja sudah pernah mendengar nama satu sama lain, di pelataran rimba persilatan. Hanya saja, belum ada yang saling mengenal. Ratu Lembah Kambang memang memilih mereka, karena terkenal di daerah masing-masing dengan kedigdayaan serta sukar dicari tandingannya.
"Sudah cukup malam. Kalian boleh mulai...!" seru Ratu Lembah Kambang.
Tapi, tidak ada seorang pun dari ke tujuh pendekar muda itu yang menuruti keinginan ratu cantik ini. Mereka hanya diam saja, dan justru dengan sikap menantang Ratu Penguasa Lembah Kambang itu. sorot mata mereka terlihat begitu tajam, memancarkan kebencian yang amat sangat Hanya Rangga saja yang masih kelihatan tenang.
Melihat ketujuh pendekar muda pilihannya tidak beranjak sedikit pun, Ratu Lembah Kambang bukannya marah, tapi malah tersenyum manis sekali. Lalu, tangannya bergerak ke depan. Ditunjuknya barisan tujuh orang gadis berbaju hijau yang bagian perut dan sebagian dadanya terbuka.
"Hup!"
"Hiyaaa...!"
Tujuh orang gadis berwajah cantik dan bertubuh ramping indah menggiurkan itu langsung saja berlompatan ke depan tujuh pendekar muda pilihan Ratu Lembah Kambang ini. Di tangan mereka semua tergenggam sebilah tombak berukuran cukup panjang. Mereka membelakangi para pendekar muda itu, dan membungkuk memberi hormat pada Ratu Lembah Kambang. Lalu cepat mereka berbalik, menghadapi tujuh orang pendekar ini.
"Hiyaaa...!"
"Yeaaah...!"
"Heh...?!"
"Gilaaa...?!"
"Upts!"
Pendekar-pendekar muda itu jadi tersentak kaget setengah mati, begitu tiba-tiba saja tujuh orang gadis cantik ini berlompatan menyerang tanpa berkata-kata sedikit pun. Cepat-cepat mereka berlompatan menyebar, menghindari serangan tujuh orang gadis ini. Dan kini, mereka masing-masing mendapat satu lawan.
"Hiyaaa...!"
"Yeaaah...!"
Ketujuh gadis cantik itu bagaikan singa betina yang menyerang tanpa henti. Akibatnya tujuh orang pendekar muda itu jadi geram juga. Dan mereka tidak lagi sungkan-sungkan, begitu menyadari kalau serangan gadis-gadis ini sungguh cepat dan berbahaya. Ujung-ujung tombak mereka berkelebatan begitu cepat, mengarah ke bagian-bagian tubuh yang mematikan.
"Hup! Yeaaah...!"
Saat itu terlihat Rangga melenting tinggi-tinggi ke udara meninggalkannya. Lalu cepat bagai kilat, Pendekar Rajawali Sakti meluruk deras ke arah Ratu Lembah Kambang yang berada di singgasananya.
"Hup! Yeaaah...!"
Rangga meluruk cepat ke arah Ratu Lembah Kambang di singgasananya.
"Hih...!"
Wanita berbaju hijau muda itu segera menghentakkan tongkatnya. Maka, dari kepala tongkat yang berbentuk bulat itu memancar cahaya merah bagai api ke arah Pendekar Rajawali Sakti.
"Upts! Yeaaah...!"
Rangga cepat menghindar. Melihat Rangga meluncur bagai kilat ke arahnya, Ratu Lembah Kambang jadi terbeliak kaget tidak menyangka.
"Hih...!" Secepat kilat pula, wanita cantik berbaju hijau muda itu menghentakkan tongkat di tangan kanannya. Maka dari kepala tongkat yang berbentuk bulat berwarna merah itu memancar cahaya merah bagai api ke arah Pendekar Rajawali Sakti.
"Upts! Yeaaah...!"
Cepat-cepat Rangga memutar tubuhnya di udara, menghindari serangan Ratu Lembah Kambang itu. Maka sinar merah yang memancar dari kepala tongkat ratu cantik itu lewat di antara putaran tubuh Pendekar Rajawali Sakti.
"Hap!"
Manis sekali Rangga menjejakkan kakinya kembali di lantai. Tapi pada saat itu, gadis yang tadi menjadi lawannya sudah melompat cepat menyerangnya. Tombak di tangan kanannya meluncur begitu cepat ke arah dada Pendekar Rajawali Sakti.
"Hap!"
Namun dengan gerakan indah sekali, Rangga menarik tubuhnya sedikit ke kiri. Dan pada saat ujung mata tombak gadis itu lewat di depan dadanya yang miring, cepat tangan kanannya dihentakkan untuk memapak batang tombak itu.
"Yeaaah...!"
Plak!
Trak!
"Heh...?!"
Bukan hanya gadis itu yang terkejut melihat tombaknya dengan mudah dapat dipatahkan. Tapi, Ratu Lembah Kambang yang sejak tadi perhatiannya pada Pendekar Rajawali Sakti juga tersentak kaget. Dan belum lagi hilang rasa keterkejutan mereka, tiba-tiba saja Rangga sudah menarik tubuhnya ke depan. Lalu dengan kecepatan bagai kilat, diberikannya satu tendangan keras, disertai pengerahan tenaga dalam tinggi.
"Hiyaaa...!"
Begitu cepatnya tendangan yang dilepaskan Pendekar Rajawali Sakti, sehingga gadis cantik ini tidak sempat lagi menghindarinya. Dan....
Des!
"Akh...!"
Gadis itu memekik keras agak tertahan, begitu tendangan kaki kanan Rangga tepat menghantam dadanya yang agak terbuka. Seketika itu juga, tubuhnya terpental ke belakang sejauh dua batang tombak. Keras sekali tubuhnya menghantam lantai, dan bergulingan beberapa kali sebelum menghantam dinding dengan keras. Hanya sedikit saja gadis itu menggeliat, kemudian diam tidak bergerak gerak lagi. Mati. Dari mulutnya terlihat darah agak kental mengalir keluar.
Sementara, pendekar lain yang berjumlah enam orang masih menghadapi lawan masing-masing. Dan tampaknya, lawan mereka juga bukan gadis sembarangan dengan tingkat kepandaian yang tidak bisa dikatakan rendah. Akibatnya enam orang pendekar muda itu jadi geram.
Dan saat itu, Rangga berdiri tegak dengan sikap menantang Ratu Lembah Kambang. Sorot matanya terlihat begitu tajam, tertuju lurus pada bola mata wanita berwajah cantik bagai bidadari ini.
"Ratu Lembah Kambang...! Aku akan menantangmu dengan satu syarat!" terdengar lantang sekali suara Rangga.
"Hm.... Apa syaratmu, Pendekar Rajawali Sakti? Katakan...," sambut Ratu Lembah Kambang.
"Kalau aku bisa mengalahkanmu, kau harus membebaskan kami semua. Dan kalau kau bisa mengalahkanku, tentu aku rela menjadi pendampingmu. Tapi, kau juga harus membebaskan mereka semua," kata Rangga mengajukan syaratnya.
"Ha ha ha...!"
Ratu Lembah Kambang jadi tertawa terbahak-bahak mendengar syarat yang diajukan Pendekar Rajawali Sakti. Kata-kata Rangga yang lantang, dan suara tawa Ratu Lembah Kambang yang keras menggelegar, rupanya menarik perhatian yang lain. Hingga dalam seketika saja, pertarungan yang sedang berlangsung jadi berhenti. Dan mereka sama-sama berlompatan mundur menjauh.
Sementara, Rangga masih tetap berdiri tegak bersikap menantang Ratu Lembah Kambang yang cantik itu. Sedangkan enam orang pendekar muda lainnya, jadi saling berpandangan. Jelas sekali, mereka tadi mendengar kata-kata Rangga yang mengajukan permintaan. Dan mereka benar-benar tidak mengerti sikap Pendekar Rajawali Sakti yang berani menantang Ratu Lembah Kambang. Bahkan rela mengorbankan dirinya untuk kebebasan yang lain.
"Baiklah, Pendekar Rajawali Sakti. Tantanganmu kuterima," sambut Ratu Lembah Kambang, diiringi senyum manis tersungging di bibir yang selalu merah menawan.
"Tunggu...!" Baru saja Ratu Lembah Kambang bangkit berdiri dari singgasana, tiba-tiba saja Pendekar Pedang Perak berteriak lantang sambil melompat ke samping kanan Pendekar Rajawali Sakti.
"Kisanak! Kau jangan mengorbankan dirimu sendiri saja. Aku dan yang lain tentu tidak akan tinggal diam begitu saja. Kita akan menghadapi mereka semua bersama-sama," kata Pendekar Pedang Perak tegas.
"Benar...! Kami akan menghadapi mereka semua," sambut Pendekar Golok Ireng.
Dan pendekar yang Iain juga langsung menyambut gegap-gempita. Sehingga di dalam ruangan ini jadi gaduh. Pendekar-pendekar muda itu kini sudah berdiri berjajar, mengapit Pendekar Rajawali Sakti.
Sementara, Ratu Lembah Kambang jadi kelihatan berang melihat sikap pendekar-pendekar muda pilihannya. Keputusan yang diambil pendekar-pendekar muda itu membuat Rangga jadi tersenyum. Kini, dia tidak lagi merasa seorang diri. Ternyata, mereka yang juga mendapat undangan, tidak menyukai cara ratu cantik itu dalam memilih teman hidupnya.
"Manusia-manusia busuk! Kalian rupanya tidak mau diajak senang, heh...?!" dengus Ratu Lembah Kambang murka.
"Kami semua sudah merasa senang, sebelum kau membawa ke sini, Ratu Lembah Kambang," sahut Pendekar Golok Ireng tegas.
"Phuih...! Percuma kalian kubawa ke sini. Sebaiknya kalian mampus. Huh...!" dengus Ratu Lembah Kambang semakin berang.
Setelah berkata begitu, Ratu Lembah Kambang menghentakkan tongkatnya yang berwarna kuning keemasan ke lantai, tepat di ujung jari kakinya. Dan seketika itu juga, gadis-gadis cantik yang berjumlah puluhan dan memadati bagian pinggir ruangan ini, langsung berlompatan maju. Dan mereka langsung mengepung ke tujuh pendekar muda ini.
Namun tidak semua gadis itu menggenggam senjata tombak. Ada yang menghunus pedang, ada juga yang menggunakan senjata rantai, yang berbandul bulat berduri. Bahkan pada bagian atas dinding ruangan ini, terlihat puluhan gadis cantik siap dengan anak panah terpasang di busurnya. Rupanya, Ratu Lembah Kambang memang sudah mempersiapkan kalau peristiwa ini akan terjadi.
Maka gadis-gadis cantik yang merupakan bala tentaranya sudah disiap-siagakan, dan tinggal menunggu perintah. Keadaan yang tidak menguntungkan ini membuat ketujuh pendekar muda itu jadi kecut juga hatinya. Tapi sorot mata mereka tidak menampakkan kegentaran, walaupun kedudukan saat ini sama sekali tidak menguntungkan.
"Kalian lihat..! Sedikit pun tidak ada tempat untuk kalian hidup di sini. Kalau aku menginginkan kalian mati, semudah membalikkan telapak tangan!" terdengar dingin sekali nada suara Ratu Lembah Kambang.
Tujuh orang pendekar tangguh ini jadi saling melemparkan pandangan satu sama lain. Mereka sama-sama menyadari keadaan yang tidak menguntungkan ini. Cukup disadari kalau tidak mungkin bisa mengalahkan gadis-gadis yang berjumlah sedikitnya seratus orang ini. Dan lagi, gadis-gadis itu juga memiliki kepandaian yang tidak rendah. Lalu, apa yang bisa dilakukan...?

***

99. Pendekar Rajawali Sakti : Pelangi Lembah KambangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang