Chapter 16

310 46 8
                                    

"Lo pada ngerasa gak sih kalau semakin bertambah umur kita tuh bebannya makin berat?" Celetuk Ayu memecah keheningan diantara Lea, Arin dan Ayu.

Saat ini ketiga mahasiswi itu tengah duduk di warung ayam geprek langganan mereka. Lea yang duduk ditengah menjadi tempat sandaran Arin dan Ayu. Wajah kedua gadis itu tertekuk tidak secerah biasanya. Sepertinya kedua sahabat Lea itu dalam mood yang buruk.

"Iya makin tambah juga tuntutan entah dari orang tua, keluarga, lingkungan ataupun diri sendiri," Timpal Arin seraya menyamankan kepalanya yang bersandar di bahu kanan Lea.

"Lo pada ngeluh ke gue ini ceritanya?"

"Kita gak ngeluh cuma curhat aja, menyampaikan unek-unek yang ada di hati. Kalo dipendem bisa-bisa jadi stress sendiri jadi lebih baik dikeluarin aja. Gak perlu dikomentarin atau dikasih saran, cukup didengerin aja udah bikin lega. Setidaknya gue ngerasa beban gue terangkat meski sedikit setelah cerita," Balas Ayu menanggapi pertanyaan Lea. Gadis berwajah kalem itu menatap kosong ke depan, tidak jauh berbeda dengan kondisi Arin yang disebelahnya.

Lea sendiri menghembuskan nafasnya perlahan, menatap sendu ke arah dua sahabatnya secara bergantian. Merasa asing dengan dua sahabatnya yang biasa banyak bacot dan suka bercanda tiba-tiba menjadi pendiam, wajahnya juga terlihat kusut. Lea tidak suka dengan keadaan ini, ia lebih suka mendengar bacotan keduanya. Ia lebih senang berdebat dengan keduanya atau hanya sekedar saling mengejek satu sama lain atau bergosip ria. Tidak dengan keduanya yang menjadi pendiam, tidak bertenaga dan kusut seperti ini.

Selanjutnya Lea hanya diam mendengarkan cerita yang datang dari Arin dan Ayu secara bergantian. Sama sekali tidak menyela saat keduanya menceritakan unek-uneknya. Gadis itu menempatkan diri sebagai pendengar yang baik, tidak banyak berkomentar karena seperti yang Ayu katakan tidak semua cerita butuh dikomentari, hanya butuh didengarkan itu sudah lebih dari cukup.

Selesai mendengar cerita dari keduanya, Lea hanya bisa merotasikan bola matanya. Tidak habis pikir dengan kedua sahabatnya yang masih bersandar manja dibahunya. Ia pikir Arin dan Ayu memiliki masalah yang genting, menilik dari perilaku sahabatnya yang tidak biasa sampai cara mereka yang mendramatisir keadaan hingga meminta Lea untuk cepat-cepat datang ke warung ayam geprek langganan mereka setelah selesai rapat dengan anak-anak MB. Lea benar-benar berpikir keduanya ditimpa masalah besar.

Ternyata Lea salah, tidak ada masalah besar yang menimpa keduanya. Memang benar mereka tidak mengeluh, hanya mengeluarkan unek-unek yang ada dalam hatinya. Unek-unek yang membuat Lea ingin rasanya menubrukkan kepalanya ke tembok. Awalnya Lea sangat serius mendengarkan cerita mereka sampai akhirnya mereka berdua hanya bercerita tentang betapa melelahkannya selama 2 minggu ini mengikuti ujian semester. Kemudian unek-unek mereka tentang semester depan yang mana mereka akan mengikuti PPL dan KKN hingga mereka yang heboh menyebut diri mereka tidak muda lagi karna hampir menyandang gelar mahasiswa semester tua/tingkat akhir saat mereka mengerjakan skripsi. Berpikir tentang semakin banyaknya tugas dan tuntutan yang menggelayuti mereka. Dan segala unek-unek lainnya tentang kehidupan yang hanya membuat Lea diam, mendengarkan.

"Rasanya gue pengen balik jadi anak kecil ajalah biar gue gak pusing mikirin tugas kuliah, skripsi dan komplotannya. Capek gue lama-lama pengen nikah tapi guenya belum siap tapi kalo begini ya lelah gue makk," Celetuk Arin dengan wajah tertekuk dramatis.

"Btw, tanpa mengurangi ke khusyukan kalian berdua nih ya. Bisa gak sih gak usah senderan di bahu gue, pegel ini," Sela Lea sambil menggoyangkan bahunya membuat kepala dua sahabatnya sedikit bergerak. Bahunya pegal sejak tadi menjadi sandaran dua orang sekaligus.

"Halah, bentar doang bik. Lo kan biasa tuh sandaran sama Kak Dipta kalo capek.  Lha kalo kitakan gak ada sandaran, jadi yaudah sih pinjemin bentar bahu lo ke kita. Jangan pelit-pelit gitulah mentang-mentang udah punya cowok lo jadi apatis terhadap orang-orang yang gak punya sandaran kayak kita," Ucap Ayu lebih mendramatisir keadaan dengan kalimatnya.

Story Of... ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang