Bagian Tujuh - Akbar!

116 11 2
                                    

Kabar duka bahwa pesawat yang ditumpangi Akbar kecelakaan. Hati dan pikirannya kacau. Mengingat sebentar lagi pernikahan Akbar serta Najwa segera dilangsungkan.

Ternyata benar, setelah melakukan transit di tempat ke dua, pesawat yang ditumpangi Akbar hilang kendali, dan penyebabnya masih diselidiki.

Kabar tersebut membuat Shopia begitu terpukul. Ia benar-benar bimbang, apa yang akan ia jelaskan pada keluarga Najwa, mengingat sebentar lagi hari pernikahan Najwa dan Akbar.

“Pah, ini gimana?” Isak tangis terdengar nyata saat Shopia mengeluarkan beberapa kata. Ia seperti kehilangan energi untuk bisa berdiri kokoh, keduanya duduk lemas di tempat informasi.

“Kita langsung kabari keluarga Najwa.” Jaka yang langsung mencari nama kontak Najwa di ponsel Shopia, tetapi Shopia dengan cepat merebut ponselnya itu, tatapannya begitu tajam.

“Pah! Jangan lukai orang lain! Aku yakin Akbar masih hidup. Dia pasti sedang berjuang untuk bisa sampai di sini, Akbar tidak lemah, Pah!”

Jaka tak habis pikir dengan pemikiran istrinya. Bagaimana bisa Shopia berpikir sedangkal itu, padahal korban kecelakaan pesawat sangat minim untuk hidup kembali, kecuali benar-benar ada keajaiban yang datang.

Shopia bersikeras dengan pemikirannya. Ia tetap akan melanjutkan pernikahan Najwa, karena ia yakin Akbar akan pulang untuk menikahi gadis yang dicintai Akbar.

“Kamu istighfar!” bentak Jaka.

“Pah!”

“Terserah!”

Shopia memang keras kepala. Apa yang menurutnya benar akan tetap diposisi benar, tanpa mendengar komentar apa pun. Keduanya masih sama-sama diam dengan amarah masing-masing.

“Gimana kalau Akbar tidak kembali? Apa yang akan kamu katakan? Itu yang akan membuatnya terluka, Shopia!”

“Nikahkan Azka dan Najwa. Karena aku yakin suatu saat Akbar akan pulang!” persetan dengan ucapannya. Ia rela mengorbankan Azka demi egonya sendiri.

“Azka sudah punya kekasih! Ayolah kamu sadar, jangan buat banyak luka karena keegoisan kamu. Kita doakan Akbar, kita jelaskan pada Najwa.”

“Tidak, Pah! Mamah mohon, jangan batalkan pernikahan mereka. Mamah akan bujuk Azka, dia pasti mengerti, Pah.” Emosi Shopia sudah mulai mereda. Ia begitu memohon untuk dikabulkan permintaannya.

“Mah, jangan egois! Azka dan Akbar berbeda, apalagi Azka sudah mempunyai kekasih. Mamah mau lihat Azka kecewa, lalu jika Najwa tahu pun dia akan merasa jauh kecewa. Ayolah sadar.”

“Mamah mohon, Pah, jika Akbar kembali Mamah akan berterus terang.”

“Akbar tidak akan kembali!”

“Akbar pasti kembali!”

Bukan Shopia jika ia tidak bisa memenangkan perdebatan. Jaka hanya bisa menerima dengan pasrah apa yang diutarakan Shopia, dengan harapan Akbar benar-benar selamat dan ide gilanya itu bisa segera selesai.

Setelah banyak sekali perdebatan. Mereka berdua memutuskan untuk mengabari hal ini pada kedua orang tua Najwa, dan tanpa sepengetahuan Najwa juga. Persis dengan ide gila dari Shopia.

Entah ini kejahatan atau bukan, tetapi Jaka hanya bisa pasrah menuruti seluruh permintaan istrinya itu, dan berharap suatu hari tidak ada kekecewaan yang datang bagi siapa pun.

Jaka langsung mengabari Azka dan menyuruhnya segera pindah tugas di Indonesia menggantikan Akbar. Untungnya Azka tidak banyak pertanyaan, ia cukup mengerti akan permintaan Jaka ayahnya.

Dari keluarga ini seperti ada dua perpecahan. Akbar yang begitu dekat dengan Shopia dan Azka yang begitu dekat dengan Jaka, tetapi sikap keras kepala Shopia lebih dominan pada sosok Azka. Serta sikap Jaka lebih dominan pada sosok Akbar.

***

Seperti yang telah direncanakan, Shopia langsung bertemu dengan kedua orang tua Najwa, saat Najwa sedang bertugas mengajar di sekolah.

Tangisan Shopia kembali memecah, ia masih belum bisa sepenuhnya mengikhlaskan kejadian yang menimpa anaknya. Kabar tersebut juga membuat kedua orang tua Najwa cukup dikagetkan.

Bagaimana tidak? Akbar adalah calon suami anaknya dan sekarang ia telah tiada. Bagaimana perasaan, Najwa, pikir Dini.

“Tapi, saya tidak ingin membatalkan pernikahan ini, saya mohon, Mbak.” Shopia dengan isak tangisnya.

Dini terkejut dengan maksud ucapan Shopia, apa yang ia maksudkan? Jika tidak dibatalkan, Najwa akan menikah dengan siapa? Bukannya Akbar tidak ada kabar apa pun, dan sangat sedikit kemungkinan untuk bisa mempertahankan hidupnya.

“Maksud, Mbak Shopia?”

“Akbar punya kembaran yang begitu identik, namanya Azka. Saya mohon Mbak, nikahkan saja Najwa dengan Azka.”

“Karena saya yakin Akbar pasti kembali. Saya mohon, Mbak.” Lanjut Shopia yang masih terus memohon pada Dini.

Dini hanya diam sambil terus mencerna setiap ucapan yang dikeluarkan lawan bicaranya. Bagaimana bisa ia mengorbankan kebahagiaan anak semata wayangnya demi ego orang lain, tetapi Dini juga tidak bisa melihat anaknya berlarut dalam kesedihan.

“Semua jawaban ada pada Najwa, kami tidak berhak menentukan, Mbak.”

“Mbak. Saya yakin Akbar pasti kembali, dan nanti kita jelaskan sama-sama kebenarannya. Mbak, saya sudah anggap Najwa sebagai anak saya, saya juga tidak mau melihat Najwa terpukul. Ayo, Mbak.” Dini hanya bisa diam dalam isaknya, begitu pun Andi yang masih bimbang dengan tawaran Shopia.

“Baiklah, kami setuju.” Andi yang mengemukakan pendapat, bagi Andi ide tersebut tidak terlalu buruk, selama keduanya saling mencintai satu sama lain. Karena, bahtera rumah tangga ialah saling melengkapi cinta satu sama lain.

Shopia tersenyum lega. Seluruh keinginannya terpenuhi oleh kedua belah pihak. Dini hanya bisa pasrah, dan berdoa semoga pernikahan anaknya selalu dalam rida Allah.

“Jangan sampai Najwa tau,” pinta Shopia.

Ini sebuah persetujuan yang entah bagaimana kelanjutannya. Kemungkinan besar kebahagiaan akan datang atau mungkin kesakitan yang mendominasi, Dini tidak bisa menebak-nebak takdir. Karena apa pun terjadi, telah dikehendaki-Nya.

****

Sore ini Azka sudah sampai di Indonesia. Rasa rindunya sudah perlahan terobati, terlepas dari kabar duka yang ia dengar tempo lalu. Padahal saat kepulangan ke Indonesia Akbar masih melontarkan beberapa guyonan recehnya, tetapi kali ini hanya sebuah nama yang bisa dikenang.

Kepulangan Azka disambut hangat oleh kedua orang tuanya. Namun ada yang hilang dari tatapan Shopia, tatapan yang masih kosong dengan mata sembab.

“Mah, ikhlaskan, ya.” Azka yang memeluk erat Shopia, membuat Shopia kembali memecahkan tangisannya.

“Ada Azka yang akan menjaga Mamah.” Shopia hanya mengangguk lemah.
Nyatanya bukan hanya Shopia saja yang merasa ditinggalkan, karena bagaimanapun Azka merasakan kehilangan. Apalagi Akbar adalah saudara kembarnya, otomatis separuh jiwanya terasa hilang.

“Kamu istirahat dulu. Nanti ada yang akan Papah bicarakan.” Jaka yang langsung memerintah.

Jaka memang tidak yakin jika Azka akan menerima rencana Shopia. Namun apa boleh buat, ia juga sudah menyetujui rencana tersebut, baik buruknya semoga bisa diterima oleh Shopia.

*****

Liku Najwa (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang