Shabine melangkah masuk gerbang utama sekolah khusus cowok yang masih terbuka, dan tatapan cewek itu kaget dengan keadaan sekolah yang W O W banget.
Lapangan luas bahkan sanggup untuk tanding lari jarak jauh.
Bangunan biru laut yang bersih dengan rumput rapi. Di hari yang mulai malam ini shabine masih sanggup melihat keindahan sekolah ini.Langkahnya menuju koridor dan melihat kelas-kelas yang rapi tanpa coretan apapun.
Brak!
Sebuah suara membuat cewek itu berjengkit kaget, menatap sekitar dengan takut-takut. Lalu melanjutkan langkahnya sambil mengendap-endap.
Bruk! Bruk! Bruk!
"Suara apaan tuh?".
" Kurang keras! Mereka yang mati atau lo yang mati?!".
Shabine terdiam kaku mendengar suara menggelegar itu, mirip suara voldemort di harry potter.
"BRUK! BRUK! BRUK! BRUK!"
Dengan menelan ketakutan dan mempertaruhkan nyawanya, shabine berusaha mencari sumber suara di kegelapan.
Sampai di kelas paling ujung dan belakang, shabine melihat cahaya kedip-kedip seolah akan redup kapan saja di sebuah bangunan kecil.
"Itu basecamp mereka kah?". Sungguh langkah cewek itu tak bisa di hentikan, bahkan ia sudah tak peduli gelap, setan yang mungkin menakutinya atau nyawanya mungkin akan berakhir disini.
" AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA".
Teriakan keras mengejutkan semua orang yang ada di tempat.
Brak!
Pintu ruangan terbuka dengan kasar. Terlihat seorang cewek berambut panjang tengah meringkuk sambil memeluk lutut ketakutan.
"Pergi".
Tubuh shabine semakin gemetar mendengar suara dingin serta tajam dari arah belakangnya.
"Lo pergi atau gue bunuh lo disini?".
" bunuh aja! Gue nggak takut!". Entah kekuatan darimana bisa-bisanya cewek itu mengeluarkan ancaman terkutuk itu.
Cowok itu mendengus kasar. Menarik tangan shabine membuat cewek itu bangkit. Otomatis cewek itu menutup matanya rapat melihat cowok itu bertelanjang dada.
"Minta di bunuh? Liat perut gue aja takut". Suara itu terdengar mengejek membuat shabine marah.
" gue nggak takut, cuma jijik aja ngliat perut lo itu!".
"Ohya??". Cowok itu mengurung shabine di antara temboknya dan tubuhnya. Mendekatkan wajahnya hingga deru nafasnya bisa di rasakan shabine.
" tipe cewek matre yang suka om-om buncit ya?". Tebak si cowok membuat shabine menahan nafas.
"O...oh ini kelakuan sekolah khusus cowok? mirip preman!".
Ucapan shabine menimbulkan pukulan keras di tembok tepat di sebelah kepalanya dari cowok itu, bahkan shabine merasakan aura gelap di sekitar mereka.
" siapa yang nyuruh lo kesini?! JAWAB!".
"Kenapa? Lo mau ngapain kalo gue nggak jawab? Pukul? Bunuh? Perkosa?".
" wah hebat, mereka gunain cewek kayak lo buat mata-mata, di bayar berapa lo?".
"Sepuluh ribu?". Sambung cowok itu.
Plakk!
" lo pikir gue cewek murahan??!".
"Bukan murahan?? Atau sukarelawan??".
4 orang di dalam mendengarkan mereka tanpa ekspresi.
" apa yang bakal terjadi antara mereka?". Tanya seorang cowok sambil mengelap keringatnya dengan handuk.
"Pikiran dia susah di tebak". Jawab seorang cowok yang tiduran di sofa sambil memainkan rubik.
Tersisa 2 orang yang masa bodo dengan keadaan dan tetap fokus pada layar laptop masing-masing.
Shabine mendekat kearah bahu cowok itu lalu mengigitnya keras.
" lo gila?!". Seru cowok itu penuh amarah. Bagaimana bisa cewek itu bisa senekad itu.
Cowok itu kembali masuk mengambil kaos hitam panjang lalu memakainya sambil berjalan keluar. Menarik tangan shabine kasar.
"Berenti!". Dengan sekuat tenaga cewek itu menghempaskan cengkraman cowok itu.
" pergi!". Tunjuk cowok itu ke arah gerbang yang terlihat samar dari kejauhan.
"Gue nggak bakal pergi dari sini!". Teguh shabine.
" apa yang lo mau?". Cowok itu berusaha bernegosiasi dengan cewek antah berantah ini. Cepat selesai cepat pergi.
"Gue mau ketemu cowok yang punya tas bergantungan sayap".
" ada perlu apa?".
"Ada urusan penting".
" gue ".
" apanya?".
"Tas itu".
" hah?".
"Gue yang punya tas itu".
Shabine menatap sengit cowok itu.
" pasti biar gue cepet pergi dari sini, iya kan?!"."Emang gue yang punya". Sekarang cowok itu bersikap dingin daripada ganas.
" mana bisa gue percaya gitu aja".
Cowok itu memilih pergi kembali menuju basecampnya meninggalkan shabine yang tengah melongo dengan respon cowok itu.
"Heh! Lo kok pergi gitu aja!". Tiba-tiba bulu kuduknya merinding.
" di belakang lo ada hantu". Tukas cowok itu datar masih berjalan santai.
"Preman tengik! Berenti lo!".
" gue butuh bantuan lo!". Seru shabine lagi.
"INI SOAL KUCING!". Dari kejauhan shabine melihat cowok itu berhenti dengan posisi membelakanginya.